PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini sekitar 90 bahan baku pakan ikan yang beredar merupakan impor. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, berbagai
penelitian telah dilakukan untuk mencari bahan baku alternatif, yakni bahan baku lokal. Bahan baku lokal yang sudah diteliti sebagai bahan baku pakan antara lain
biji karet, biji kapuk, kulit singkong, palm kernel meal PKM, kopra Edriani, 2011, kulit buah kakao Kurniansyah, 2012, bungkil kelapa Zuraida, 2012,
tepung daun lamtoro Fitriliyani, 2010. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan berbagai bahan baku lokal berbasis bahan
nabati dihadapkan pada kendala adanya zat anti nutrisi, rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan serat kasar yang menyebabkan kecernaan
rendah. Cara yang telah dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasar yaitu
melalui proses hidrolisis atau fermentasi. Menurut penelitian yang telah dilakukan Edriani 2011, proses fermentasi mampu mengubah komposisi nutrisi pada bahan
biji karet, biji kapuk, kulit singkong, PKM dan kopra dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Selain itu, penggunaan enzim cairan rumen domba
telah banyak dilakukan untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan kecernaan pada bungkil kelapa Zuraida, 2012, kulit buah kakao Kurniansyah,
2012 dan tepung daun lamtoro Fitriliyani, 2010. Namun penggunaan S. cerevisiae dan enzim cairan rumen domba untuk menurunkan serat kasar pada
penelitian tersebut masih belum efisien untuk aplikasi skala komersil. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang lama serta kendala dalam pengadaan rumen
cairan domba. Selain itu, terdapat ragi komersial yang dikenal sebagai bioyeast, telah
banyak digunakan sebagai produk suplemen untuk pakan ikan dan ternak. Dalam bobot kering bioyeast memiliki kandungan abu 15,30 , protein 52,71 , serat
kasar 18,44 , lemak 7,94 dan BETN 1,41. Bioyeast juga telah digunakan dalam formulasi pakan ikan budidaya yakni dalam penelitian Anggraeni 2011,
menggunakan 0,5 bioyeast pada formulasi pakan ikan nila.
2 Bahan baku alternatif lain yang memiliki prospek sebagai bahan baku
pakan ikan adalah ragi bir S. cerevisiae. Ragi bir merupakan hasil produk samping limbah dari industri pembuatan bir yang berpotensi digunakan sebagai bahan
baku pembuatan pakan ikan. Gabungan Industri Minuman Malt Indonesia GIMMI mencatat produksi bir pada tahun 2011 berkisar 2.375.000 hektoliter
Rosita, 2011. Sedangkan jumlah ragi bir limbah yang dihasilkan dari salah satu produsen bir per hari yaitu mencapai 12 ton basah atau setara dengan 3 ton kering.
Ragi bir memiliki kandungan nutrisi cukup baik, karena mengandung protein tinggi dan serat kasar rendah. Hasil proksimat awal dalam bobot kering,
ragi bir memiliki kandungan abu 5,89 , protein 56,37 , serat kasar 0,44 , lemak 1,29 dan BETN 36,23. Tingginya nilai protein dan rendahnya serat
kasar tersebut, memberi peluang ragi bir sebagai sumber protein di dalam pakan bersama-sama bahan baku lain, seperti tepung kedelai, tepung ikan, meat bone
meal, dan lain-lain. Penggunaan ragi bir hingga 30 dalam pakan dapat meningkatkan
efisiensi pakan untuk juvenil sea bass Dicentrarchus labrax berukuran 12 g Oliva-Teles dan Goncalves, 2001. Sedangkan ragi bir sebanyak 2 di dalam
pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta daya tahan terhadap serangan penyakit pada juvenil hasil persilangan ikan striped bass
Morone chrysops dengan M. saxatilis Li dan Gatlin, 2003. Ragi bir juga berpotensi sebagai imunostimulan, karena mengandung
asam nukleat dan polisakarida non pati, termasuk β-1,3 glukan. β-1,3 glukan efektif untuk meningkatkan fungsi imunitas dari beberapa spesies ikan budidaya
seperti pada african catfish dengan dosis 1 gkg pakan Yoshida et al., 1995. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa penambahan ragi bir dengan dosis 4-6
dapat meningkatkan kekebalan non spesifik tubuh juvenil ikan pikeperch Sander lucioperca Jarmolowicz et al., 2011.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai penambahan ragi bir dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan mas
terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila perlu dilakukan. Penggunaan bioyeast ragi komersil sebagai pembanding dari ragi bir limbah.
3
1.2 Tujuan