Mineral Fe dan Fungsinya

2.3 Mineral Fe dan Fungsinya

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Banyak mineral esensial yang didistribusikan secara luas dalam makanan, dan kebanyakan orang mengonsumsi makanan yang telah dicampur mungkin untuk mendapatkan asupan yang memadai. Mineral di dalam tubuh ada 19 macam. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 13 yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan Departemen Gizi dan Masyarakat 2007. Tabel 2 merupakan klasifikasi mineral berdasarkan fungsinya. Tabel 2 Klasifikasi mineral beradasarkan fungsinya Mineral Fungsi Kalsium, magnesium, fosfat Fungsi stuktural Natrium, kalium Fungsi yang berhubungan dengan membran Kobalt, tembaga, besi, selenium, seng Fungsi sebagai gugus prostetik di enzim Kalsium, kromium, yodium, magnesium, mangan, natrium, kalium Berperan mengatur atau berperan dalam kerja hormon Silikon, vanadium, nikel, timah Diketahui sebagai zat esensial, tetapi fungsinya tidak diketahui Alumunium, arsen, antimon, boran, bromium, kadnium, sesium, germanium, timah hitam, merkuri, perak, stronsium Dapat ditemukan dalam makanan dan bersifat toksik jika berlebihan Sumber : Arifin 2008 Arifin 2008 menyatakan berbagai unsur anorganik mineral terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan dalam tubuh lebih dari 100 mg sehari, seperti kalsium, khlor, magnesium, kalium, natrium, dan belerang. Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan dalam tubuh kurang dari 100 mg sehari, seperti tembaga, flour, iodium, mangan dan mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa Almatsier 2006. Menurut Arifin 2008 zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi jaringan atau dalam sel. Zat besi bukan hanya diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi juga sebagai bagian dari beberapa enzim hemoprotein. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri misalnya bentuk storage Sedioetomo 2006. Skema metabolisme besi dalam jaringan tubuh ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Metabolisme zat besi di dalam tubuh Gropper et al. 2009 Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka, selain itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun Almatsier 2006. Angka kecukupan rata- ratasehari untuk besi bagi orang Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Transferin – Fe 3+ Plasma Fe 2+ nonheme enzymes Heme enzymes Fe2+ Fe3+ other cell uses Ferritin - Fe3+ Hemosiderin - Fe 3+ Jaringan Hemoglobin – Fe 2+ Sel darah merah Degraded Hb Fe 2+ Ferritin- Fe 3+ Hemosiderin – Fe 3+ Retikulum endoplasma Tabel 3. Angka kecukupan rata-rata sehari untuk besi Usia Angka kecukupan rata-rata sehari mg Bayi 0,5-7 Anak-anak 8-10 Laki-laki dan wanita 10-18 tahun 13-19 Usia 19-45 tahun keatas 13-26 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 Salah satu akibat kekurangan asupan Fe adalah anemia. Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin Hb, rendahnya produksi sel darah merah eritrosit, dan meningkatknya kerusakan eritrosit. Defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorbsi tidak memadai kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh rendahnya intake Fe, penurunan bioavablilitas Fe dalam tubuh, peningkatan kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan, dan proses pertumbuhan. ketidakcukupan ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi Departemen Gizi dan Masyarakat 2007. Anemia yang paling sering terjadi merupakan problem umum di Amerika Utara dan di bagian negara lain Linder 1992.

2.4 Darah dan Hemoglobin