Biologi Tikus Putih TINJAUAN PUSTAKA

yang lebih banyak dari yang lain, seperti daging merah memiliki kandungan zat besi lebih tinggi daripada susu sapi Ganong 2008.

2.5 Biologi Tikus Putih

Sistem taksonomi tikus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Rodentia, subordo Myomorpha, family Muridae, subfamily Murinae, dengan genus Rattus, dan digolongkan ke dalam spesies Rattus norvegicus. Tikus putih Rattus norvegicus merupakan salah satu hewan percobaan atau hewan laboratorium yang sering digunakan dalam riset medis. Keuntungan utamanya adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya. Tikus putih merupakan rodensia yang mudah dipelihara, praktis juga dapat berkembang biak dengan cepat, sehingga dapat diperoleh keturunan dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat serta anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar, sedangkan hewan percobaan lain yang lebih kecil, dinamakan mencit Smith Mangkoewidjojo 1988. Jika dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, umumnya lebih mudah berkembang biak, dan lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar. Jika tikus liar dapat hidup selama 4 sampai dengan 5 tahun, tikus laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lainnya, yaitu bahwa tikus tidak mudah muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak mempunyai kantung empedu Bivin et al. 1979. Kebutuhan pakan bagi seekor tikus putih setiap harinya kurang lebih sebanyak 10 dari bobot tubuhnya, jika pakan tersebut merupakan pakan kering. Hal ini dapat meningkat sampai 15 dari bobot tubuhnya, jika pakan yang dikonsumsi berupa pakan basah Priambodo 1995. Data biologi dan fisiologis untuk volume darah normal tikus putih berkisar antara 57-70 mlkg; sel darah merah berkisar antara 7,2-9,6 x 10 6 mm 3 ; sel darah putih berkisar antara 5-13 x 103mm 3 ; netrofil tikus putih berkisar antara 9-34; limfosit berkisar antara 63-84; monosit berkisar antara 0-5; eosinofil berkisar antara 0-6; nilai kadar hematrokit berkisar antara 45-47; sedangkan nilai kadar Hb berkisar antara 13-16 g100 ml Smith Mangkoewidjojo 1988. Jenis tikus putih Rattus norvegicus merupakan tikus yang paling sering digunakan dalam penelitian. Bentuk morfologi tikus Rattus norvegicus dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Tikus putih Suharma 2011

3. METODOLOGI