6
wilayah,  konsep  ini  dikenal  sebagai  pembangunan  berkelanjutan  sustainable development
, yakni suatu konsep pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan  generasi yang  akan datang  Rustiadi  at al.
2009.
2.2  Penggunaan dan Penutupan Lahan
Penggunaan  lahan  dan  penutupan  lahan  dapat  memiliki  pengertian  yang sama  untuk  hal-hal  tertentu,  tetapi  sebenarnya  mengandung  penekanan  yang
berbeda.  Penggunaan  lahan  land  use  mengandung  aspek  menyangkut  aktifitas pemanfaatan  lahan  oleh  manusia  sedangkan  penutupan  lahan  land  cover  lebih
bernuansa  fisik  Rustiadi  at  al.  2009.    Lillesand  dan  Kiefer  1990 mendefinisikan  penggunaan  lahan  land  use  berhubungan  dengan  kegiatan
manusia  pada  bidang  lahan,  sedangkan  penutup  lahan  land  cover  lebih merupakan  perwujudan  fisik  obyek-obyek  yang  menutupi  lahan  tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Arsyad  2010  mengelompokkan  penggunaan  lahan  ke  dalam  dua  bentuk
yaitu  1  penggunaan  lahan  pertanian  yang  dibedakan  berdasarkan  atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat
di atas lahan tersebut; dan 2 penggunaan lahan nonpertanian seperti penggunaan lahan  pemukiman  kota  atau  desa,  industri,  rekreasi,  dan  sebagainya.    Sebagai
wujud  kegiatan  manusia,  maka  di  lapangan  sering  dijumpai  penggunaan  lahan baik  bersifat  tunggal  satu  penggunaan  maupun  kombinasi  dari  dua  atau  lebih
penggunaan  lahan.    Dengan  demikian,  sebagai  keputusan  manusia  untuk memperlakukan lahan ke suatu penggunaan tertentu, selain disebabkan oleh faktor
permintaan  dan  ketersediaan  lahan  demi  meningkatkan  kebutuhan  dan  kepuasan hidup,  penggunaan  lahan  juga  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  diantaranya
karakteristik fisik lahan suitability, perilaku manusia, teknologi maupun modal, faktor ekonomi feasibility yang dipengaruhi oleh lokasi, aksesibilitas, sarana dan
prasarana,  faktor  budaya  masyarakat  culture  dan  faktor  kebijakan  pemerintah policy.
Menurut FAO 1976 dalam Arsyad 2010, penggunaan lahan dibedakan atas dua kelompok yaitu 1 penggunaan lahan secara umum major kind of land
7
use , adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah
hujan,  pertanian  beririgasi,  padang  rumput,  kehutanan  atau  daerah  rekreasi;  dan 2 penggunaan lahan secara terperinci atau dikenal sebagai Land Utilization Type
LUT,  adalah  tipe  penggunaan  lahan  yang  diperinci  sesuai  dengan  syarat-syarat teknis  untuk  suatu  daerah  dengan  keadaan  fisik  dan  sosial  ekonomi  tertentu.
Contohnya: “tanaman  pangan  tadah  hujan  dengan  padi  sebagai  tanaman  utama,
modal kecil, pengolahan lahan dengan ternak, banyak tenaga kerja, lahan kecil 2-5 hektar
”.
2.3  Perubahan Penggunaan Lahan
Penggunaan  lahan  suatu  wilayah  sifatnya  tidak  permanen.    Suatu  lahan memiliki  kemampuan  yang  dapat  dimanfaatkan  untuk  berbagai  tujuan.    Dengan
adanya  kemampuan  lahan  yang  dapat  diterapkan  untuk  berbagai  tujuan  inilah suatu lahan tidak terbatas penggunaannya pada suatu tujuan tertentu saja.  Bentuk
penggunaan  lahan  dapat  berubah  sejalan  dengan  perkembangan  kebutuhan  dan kebudayaan manusia.  Perubahan pola pemanfaatan lahan ini akan memunculkan
suatu  fenomena  dimana  satu  pemanfaatan  lahan  dikorbankan  untuk  pemanfaatan lainnya.  Misalnya pemanfaatan lahan yang pada awalnya sebagai lahan pertanian
berubah  sebagai  lahan  permukiman.    Dalam  hal  ini  dikatakan  lahan  pertanian dikorbankan untuk pemanfaatan lainnya yaitu sebagai lahan permukiman.  Bentuk
penggunaan  lahan  terjadi  dalam  dua  bentuk  yaitu  perubahan  dengan  perluasan atas suatu penggunaan tertentu dan perubahan tanpa perluasan untuk penggunaan
tertentu.    Perubahan  penggunaan  lahan  pada  suatu  lokasi  dapat  terjadi  dengan berubahnya  penggunaan  lahan  tersebut  dari  suatu  penggunaan  tertentu  ke
penggunaan  lainnya.  Perluasan  penggunaan  lahan  untuk  tujuan  tertentu  sering terjadi  di  daerah  pinggiran  atau  pedesaan  dimana  lahan  masih  “tersedia”  dalam
jumlah  yang luas.  Sedangkan perubahan tanpa  perluasan wilayah sering disebut dengan  pemadatan,  dan  terjadi  pada  wilayah  perkotaan  atau  daerah-daerah
tertentu  dengan  adanya  faktor-faktor  pembatas.    Pemadatan  terjadi  atas  suatu penggunaan tertentu.
Perubahan  penggunaan  lahan  diartikan  sebagai  suatu  proses  perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lain yang dapat bersifat