Sifat Optik Film HASIL DAN PEMBAHASAN

dan gelap dapat diketahui karakteristik film yang dibuat bersifat dioda, resistansi atau kapasitansi.

c. Karakterisasi

sifat optik absorbansi dan reflektansi Alat yang digunakan, yaitu spektrofotometer model ocean optics DT mini 2. Karakterisasi sifat optik absorbansi dan reflektansi dilakukan untuk mengetahui tingkat absorbansi, reflektansi dan energy gap film. Energy gap diperoleh dengan cara menentukan energy gap film LiNbO 3 berdasarkan kurva menurut αhν 2 terhadap energi pada Gambar 4.3 4.6 [33].

d. Karakterisasi konstanta dielektrik

Pada karakterisasi ini digunakan rangkaian seperti pada Gambar 3.1. Dari rangkaian pengukuran ini ditentukan time constant dan nilai kapasitansi film sedangkan penentuan besar konstanta dielektriknya dapat menggunakan persamaan 3.3. 3.3 Keterangan: ɛ adalah konstanta dielektrik, C adalah kapasitansi film Farad, d adalah ketebalan film m, A adalah luas kontak m 2 , ɛ adalah permitivitas ruang hampa 8,85 x 10 12 Fm. Permitivitas relatif ɛ menunjukkan sifat kemampuan polarisasi dan menyimpan energi.

e. Karakterisasi XRD

Karakterisasi XRD dilakukan untuk menentukan model struktur kristal film yang telah dibuat, lalu dari hasil pengujian dapat digunakan untuk mencari indeks miller dan parameter kisi struktur kristal film. Sistem kristal trigonal adalah sistem kristal yang hanya dimiliki titik kelompok yang memiliki lebih dari satu sistem kisi terkait dengan kelompok ruang mereka: kisi heksagonal dan rhombohedral kedua muncul. Dalam sistem rhombohedral, kristal digambarkan oleh vektor yang sama panjang, dua di antaranya adalah ortogonal . Sistem rhombohedral dapat dianggap sebagai sistem kubik membentang sepanjang tubuh diagonal a = b = c;. α = β = γ ≠ 90 ° [14].

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Film yang dibuat merupakan persambungan antara dua buah semikonduktor. Silikon yang digunakan merupakan semikonduktor tipe p, sedangkan lapisan LiNbO 3 merupakan semikonduktor tipe n [34]. Persambungan semikonduktor tipe p dan tipe n dikenal dengan nama p n junction [35]. Dengan adanya p n junction, maka film yang dibuat sama dengan karakteristik dari dioda. Sifat optik, sifat listrik, dan struktur film pada waktu annealing 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam pada molaritas 0,5 M, 1 M, 2 M masing masing menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan ini mengindikasikan adanya pengaruh lama annealing terhadap film dan juga pengaruh molaritas terhadap film.

4.1 Sifat Optik Film

Alat yang digunakan dalam karakterisasi sifat optik film LiNbO 3 , yaitu spektrofotometer. Dalam spektrofotometer fenomena yang terjadi merupakan interaksi sampel dengan panjang gelombang yang dibangkitkan dari sumber. Panjang gelombang yang digunakan yaitu panjang gelombang cahaya tampak. Karakterisasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat absorbansi dan reflektansi film yang dihasilkan pada panjang gelombang cahaya tampak. Setelah dilakukan karakterisasi diperoleh kurva hubungan absorbansi dengan panjang gelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari kurva tersebut dapat dilihat film LiNbO 3 pada molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam menyerap cahaya paling banyak pada panjang gelombang 570 600 nm warna kuning dan paling rendah pada panjang gelombang 450 500 nm warna biru. Film LiNbO3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 22 jam menyerap cahaya paling banyak pada panjang gelombang 450 500 nm dan 570 600 nm sedangkan paling rendah pada panjang gelombang 500 550 nm warna hijau dan 620 750 nm warna merah. Film LiNbO 3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 15 jam paling banyak menyerap panjang gelombang warna biru dan merah sedangkan paling rendah pada panjang gelombang warna hijau. Sedangkan film LiNbO 3 pada molaritas 2 M dan waktu 9 annealing 22 jam, kurva absorbansi yang diperoleh hampir membentuk garis lurus horizontal, artinya tingkat absorbansinya hampir sama untuk setiap panjang gelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Selain pengukuran absorbansi juga dilakukan pengukuran terhadap besar reflektansi film. Kurva reflektansi yang dihasilkan merupakan kebalikan dari absorbansi. Jadi dapat disimpulkan bahwa film LiNbO 3 pada molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam paling banyak mereflektansi cahaya daripada film LiNbO 3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 15 jam, film LiNbO 3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 22 jam serta film LiNbO 3 pada molaritas 2 M dan waktu annealing 22 jam karena tingkat absorbansinya paling rendah. Perbedaan absorbansi ini mungkin disebabkan oleh jarak atom pada kristal film dari setiap sampel berbeda beda. Tabel 4.2 menunjukkan nilai indeks bias dan energy gap film. Indeks bias dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.2, sedangkan energy gap diperoleh dengan memplotkan kurva αhν 2 terhadap energi, dengan E = , keterangan: α adalah koefisien absorbansi, h adalah konstanta planck 4,136 x 10 15 eV.s, ν adalah frekuensi, c adalah kecepatan cahaya 2,998 x 10 8 ms, dan λ adalah panjang gelombang dalam satuan meter. Pada Gambar 4.3 4.6 dapat dilihat pengaruh lama annealing film terhadap sifat optiknya. Film LiNbO 3 dengan molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam memiliki persen reflektansi dan indeks bias paling besar, sedangkan film dengan molaritas 2 M dan waktu annealing 22 jam memiliki persen reflektansi dan indeks bias paling kecil, artinya semakin lama proses annealing dilakukan dan semakin besar molaritas maka film LiNbO 3 memiliki indeks bias yang semakin kecil dan energy gap film meningkat. Panjang gelombang cahaya tampak ditabelkan dalam Tabel 4.1 [27]. Tabel 4.1 Spektrum panjang gelombang cahaya tampak Spektrum Panjang gelombang nm Ungu 380 450 Biru 450 495 Hijau 495 570 Kuning 570 590 Jingga 590 620 Merah 620 750 Tabel 4 .2 Indeks bias dan energy gap film LiNbO 3 Film LiNbO 3 pada molaritas M dan waktu annealing jam Indeks bias Energy gap Eg eV 0,5 ; 15 1,93 2,54 1 ; 15 1,64 3,12 1 ; 22 1,31 2,97 2 ; 22 1,60 3,19 Gambar 4.1 Hubungan absorbansi dan panjang gelombang Gambar 4.2 Hubungan reflektansi dan panjang gelombang Film LiNbO 3 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam Film LiNbO 3 1 M, pada waktu annealing 15 jam Film LiNbO 3 1 M, pada waktu annealing 22 jam Film LiNbO 2 M, pada waktu annealing 22 jam Film LiNbO 3 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam Film LiNbO 3 1 M, pada waktu annealing 15 jam Film LiNbO 3 1 M, pada waktu annealing 22 jam Film LiNbO 2 M, pada waktu annealing 22 jam 10 Gambar 4.3 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut αhν 2 terhadap energi 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam. Gambar 4.4 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut αhν 2 terhadap energi 1 M, pada waktu annealing 15 jam. Gambar 4.5 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut αhν 2 terhadap energi 1 M, pada waktu annealing 22 jam. Gambar 4.6 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut αhν 2 terhadap energi 2 M, pada waktu annealing 22 jam.

4.2 Konstanta Dielektrik