I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km
2
dan garis pantai sepanjang 95.181 km WRI 2001 memiliki 17.504 pulau-pulau kecil KKP 2011. Kawasan pulau-pulau kecil
menyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang produktif sebagai modal dalam pelaksanaan pembangunan nasional seperti terumbu karang, hutan
mangrove, padang lamun seagrass, perikanan, kawasan konservasi, dan wisata bahari maupun lainnya. Di masa yang akan datang dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan potensi pulau-pulau kecil yang dimiliki Indonesia, maka sumberdaya alam dan jasa yang berada di kawasan ini semakin memegang
peranan penting. Pulau-pulau kecil memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Pulau-pulau
kecil memiliki potensi perikanan didukung oleh adanya ekosistem terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove yang memiliki keanekaragaman hayati
tinggi serta bernilai ekonomi. Keunikan, keindahan, dan nilai yang ada di pulau- pulau kecil berupa keanekaragaman kekayaan alam maupun sosial budaya dapat
dimanfaatkan bagi pengembangan wisata bahari sebagai daerah tujuan wisata. Potensi ini berpeluang menghasilkan devisa bagi Indonesia dari kunjungan
wisatawan mancanegara Kemenbudpar 2004. Data statistik menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara wisman yang
datang ke Indonesia selama tahun 2011 sebanyak 7.649.731 wisman atau naik sebesar 9,24 persen dibandingkan tahun 2010. Selanjutnya, pada tahun 2011
terjadi peningkatan pada rata-rata pengeluaran wisman dari tahun sebelumnya 2010, yaitu US 1.118,26 per kunjungan US 142,69 per hari. Penerimaan
devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan sebesar 12,51 persen dibandingkan tahun 2010, dimana selama tahun 2011
penerimaan devisa sebesar US 8.554,39 juta. Lain halnya dengan wisatawan nusantara wisnus, jumlah wisnus pada tahun 2011 tercatat sebanyak 89.112 ribu
orang, dimana jumlah tersebut lebih rendah dari tahun 2010 yang tercatat
sebanyak 122.312 ribu orang. Hal ini disebabkan baru angka sementara yang dihimpun dari triwulan I-III. Dilihat dari rata-rata perjalanan wisnus, pada tahun
2011 rata-rata perjalanan wisnus tercatat 1,94 hari dengan pengeluaran per
perjalanan sebesar Rp. 662,68 ribu atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya dimana rata-rata perjalanan wisnus pada tahun 2010 tercatat hanya sebanyak 1,92
hari dengan pengeluaran per perjalanan sebesar Rp. 641,76 ribu Kemenparekraf 2012. Keseluruhan angka tersebut diatas, mencerminkan kemampuan sektor
pariwisata dalam meningkatkan pendapatan nasional baik dalam bentuk pemasukan devisa negara dari wisman maupun perputaran uang di dalam negeri.
Salah satu kawasan wisata bahari di Indonesia adalah Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu terletak di Laut Jawa dan Teluk Jakarta merupakan suatu
wilayah dengan karakteristik dan potensi alam yang berbeda dengan wilayah DKI Jakarta lainnya. Secara administratif melalui UU No. 341999 dan PP No.
552001, Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya dari sebuah kecamatan menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Wilayah ini merupakan gugusan
pulau-pulau yang terdiri atas 110 pulau dengan luas lautan 6.997,50 km
2
dan luas daratan pulaunya sekitar 864,59 hektar. Secara administrasi Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu terdiri dua kecamatan yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kepulauan
Seribu yang terbentang dari Kawasan Teluk Jakarta sampai Pulau Sebira memiliki potensi sumberdaya alam berupa pulau-pulau karang yang kecil dengan keindahan
alam yang bagus serta kawasan perairan dangkal yang potensial untuk budidaya laut. Di beberapa pulau-pulaunya terdapat berbagai ekosistem seperti terumbu
karang, padang lamun, dan mangrove serta berbagai jenis ikan. Didukung letaknya yang dekat dengan daratan Jakarta, maka Kepulauan Seribu memiliki
potensi untuk pemanfaatan wisata bahari. Selama tahun 2010, Kepulauan Seribu dikunjungi oleh 231.020 orang
pengunjung. Dari jumlah tersebut, wisatawan nusantara wisnus masih mendominasi sebagai pengunjung di Kepulauan Seribu, dimana jumlah wisnus
selama tahun 2010 sebanyak 226.234 orang sedangkan jumlah wisatawan mancanegara wisman yang mengunjungi Kepulauan Seribu tercatat sebanyak
4.786 orang. Dari 9 pulau di Kepulauan Seribu yang dikunjungi wisatawan, Pulau Tidung merupakan pulau yang mencapai jumlah pengunjung terbanyak selama
tahun 2010 yakni 99.295 orang. Pulau yang paling sedikit dikunjungi wisman adalah Pulau Harapan hanya 41 orang dan pulau yang paling sedikit dikunjungi
wisnus adalah Pulau Putri, yaitu sebanyak 784 orang pengunjung BPS 2011. Salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang sedang berkembang
wisata baharinya adalah Pulau Pari di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini merupakan gugusan pulau yang terdiri dari pulau-pulau kecil di
sekitarnya seperti Pulau Pari, Pulau Burung, Pulau Tikus, Pulau Tengah, dan Pulau Kongsi. Tiga ekosistem tropika lengkap yang dimiliki oleh gugusan Pulau
Pari seperti mangrove, padang lamun, karang merupakan daya tarik wisata dari gugusan pulau ini di samping keanekaragaman sumberdaya hayati, panorama
alam dan keindahan bawah lautnya. Lokasinya yang dapat diakses dari berbagai alternatif dengan jarak tempuh yang singkat dari Jakarta semakin memudahkan
wisawatan untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Selama ini kawasan gugusan Pulau Pari hanya dikenal sebagai tempat untuk
objek penelitian sedangkan aspek pariwisatanya belum banyak dikenal. Gugusan Pulau Pari juga merupakan tempat mata pencaharian penting bagi hampir seluruh
masyarakat Pulau Pari terutama dari budidaya rumput laut selain menangkap ikan. Jumlah produksi dan lahan potensial yang dimiliki untuk kegiatan budidaya
rumput laut pernah menjadikan Pulau Pari sebagai salah satu sentra produksi rumput laut di Kepulauan Seribu. Adanya berbagai penyakit yang menyerang
rumput laut menyebabkan jumlah produksi rumput laut mulai menurun dan sebagian besar masyarakat mulai beralih dengan membuka usaha di bidang wisata
bahari, disamping melihat pesatnya kegiatan wisata bahari di Pulau Tidung. Mengingat besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki Pulau Pari untuk
wisata bahari maka penilaian ekonomi wisata bahari perlu dilakukan. Suatu penilaian ekonomi pemanfaatan jasa lingkungan untuk kegiatan wisata bahari
penting dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana aktivitas pariwisata di wilayah ini memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat lokal
di Pulau Pari. Di sisi lain, agar pengembangan wisata bahari di Pulau Pari dapat
dilakukan secara lestari dan berkelanjutan maka analisis daya dukung fisik sangat diperlukan. Diharapkan dari analisis tersebut diatas dapat menghasilkan informasi
untuk digunakan dalam rangka pengembangan wisata bahari di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
1.2. Perumusan Masalah