terbuat dari bahan nylon. Kantong-kantong yang berisi ikan hasil tangkapan sampingan dikaitkan dikapal selanjutnya dibawa ke darat dan penyortiran
dilakukan di darat yang selanjutnya dipasarkan di pasar tradisional ataupun untuk industri.
Menurut Allsopp 1981, sesungguhnya belum ada metode yang baku ataupun desain standar untuk menangani hasil tangkapan sampingan di laut,
karena masing-masing tempat penangkapan memiliki karakteristik dan struktur perikanan yang berbeda-beda, ada yang menggunakan alat mekanis untuk
penyortiran, ada yang menyediakan volume palka dan ruang pendingin yang lebih besar dan ada yang memanfaatkan hanya sebagaian ikan hasil tangkapan
sampingan, oleh sebab itu dengan mengkombinasikan contoh-contoh di atas diharapkan diperoleh metode yang paling sesuai untuk menangani hasil
tangkapan sampingan di laut.
2.6 Aspek Ekonomi dalam Pengelolaan Hasil Tangkapan Sampingan
Nikijuluw 2002 mengemukakan, perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi, masalah perikanan adalah masalah manusia yang merupakan sentral
kegiatan ekonomi. Oleh karena itu tujuan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan harus didasarkan pada memaksimumkan manfaat
ekonomi dan sosial. Menurut Allsopp 1981 hambatan utama dalam upaya pengelolaan HTS
agar dapat didaratkan dan dimanfaatkan adalah keuntungan yang tidak menjanjikan bagi pengusaha kapal dan pengusaha pengolahan. Untuk dapat
mengelola ikan yang berasal dari hasil tangkapan sampingan secara ekonomis, pengusaha penangkapan dan industri pengolahan harus dapat bekerja-sama
dalam mendaratkan dan mengolah ikan hasil tangkapan sampingan menjadi produk yang laku dipasar dengan harga kompetitif, disamping itu untuk menjaga
kelangsungan pasokan bahan baku, maka harga ikan hasil tangkapan sampingan harus menarik bagi pengusaha dan ABK kapal pukat udang.
Tentunya tidak mudah mencapai kondisi tersebut, karena di satu sisi harga produk olahan harus “murah” competitive di sisi lainnya harga ikan hasil
tangkapan sampingan harus “mahal” attractive, oleh sebab itu kepedulian dan intervensi pemerintah terhadap pengelolaan hasil tangkapan sampingan sangat
diperlukan seperti membuat peraturan dan pemberian subsidi atau kemudahan- kemudahan yang diperlukan.
Lanjut Allsopp 1981, oleh sebab itu mengelola ikan dari hasil tangkapan sampingan perlu dilakukan secara bertahap melalui proyek percontohan pilot
project. Penanganan dan preservasi di atas kapal, transportasi dari kapal ke darat, pengolahan dan preservasi di darat, studi pasar dan promosi serta
pengembangan produk-produk komersial dilakukan dalam skala percontohan. Setelah sukses dengan skala percontohan, selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi skala industri.
2.7 Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process
Analytical Hierarchy Process AHP adalah salah satu alat analisis dalam pengambilan keputusan yang baik dan fleksibel. Metode ini berdasarkan pada
pengalaman dan penilaian dari pelaku atau pengambil keputusan. Metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dua puluh tahun yang lalu, terutama sekali
membantu mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dengan menetapkan prioritas dan membuat keputusan yang paling baik
ketika aspek kualitatif dan kuantitatif dibutuhkan untuk dipertimbangkan. Saaty menjelaskan 1993, AHP banyak digunakan pada pengambilan
keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumber daya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi atau keadaan yang dimiliki pelaku dalam
situasi konflik. Desain AHP pada dasarnya untuk menangkap persepsi orang yang
berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang disusun untuk sampai kepada suatu skala preferensi di antara berbagai set
alternatif. Dengan demikian dapat dianggap sebagai model multi objektif dan multi kriteria. Untuk menggunakan alat analisis ini, suatu masalah yang rumit dan
tak berstruktur perlu terlebih dahulu dipecah ke dalam berbagai komponennya. Setelah menyusun komponen-komponen ini ke dalam sebuah urutan hierarki,
maka diberikan nilai dalam bentuk angka pada setiap bagian yang menunjukkan penilaian terhadap relatif pentingnya setiap bagian itu. Untuk sampai kepada
hasil akhir, penilaian tersebut disintesiskan melalui penggunaan eigen vektor guna menentukan variabel mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
Dalam penyelesaian persoalan dengan menggunakan AHP menurut Saaty 1993 terdapat tiga prinsip dasar yaitu : 1 prinsip penyusunan hierarki, 2
prinsip penentuan prioritas, dan 3 prinsip konsistensi logis.
Selanjutnya Mulyono 1996 menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan persoalan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah :
1 Decomposition dekomposisi, merupakan langkah untuk menguraikan
persoalan menjadi unsur-unsur yang tidak mungkin diuraikan lagi. Akhirnya akan diperoleh beberapa tingkatan persoalan yang disusun terstruktur
sebagai suatu hierarki. 2
Comparative judgement perbandingan berpasangan, melakukan
perbandingan kepentingan relatif antar dua elemen pada tingkat tertentu dengan tingkat di atasnya.
3 Synthesis of priority sintesa dan prioritas, merupakan langkah untuk
mencari vector eigen pada setiap matrik berpasangan untuk mendapatkan nilai prioritas lokal. Berdasarkan nilai prioritas lokal dari berbagai matrik
perbandingan berpasangan itu akan dapat diperoleh nilai prioritas global. Dengan demikian prosedur menentukan sintesis berbeda menurut hierarki.
4 Logical consistency konsistensi, mengandung dua arti, yaitu : pertama
konsistensi yang menyangkut pengelompokan obyek-obyek berdasarkan keseragaman dan relevansinya. Kedua, menyangkut hubungan antar obyek
yang didasarkan pada kriteria tertentu. Jika penilaian tidak konsisten maka proses harus diulang untuk memperoleh nilai yang tepat.
Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty Saaty, 1993 mulai dari bobot 1 satu sampai 9 sembilan. Nilai bobot satu menggambarkan sama penting, ini
berarti bahwa atribut yang sama skalanya, nilai bobotnya satu, sedangkan nilai bobot sembilan menggambarkan kasus atribut yang penting absolut
dibandingkan lainnya. Tabel 1 dibawah ini menyajikan skala banding secara berpasangan.
Tabel 1. Skala banding secara berpasangan Saaty, 1993 Intensitas
Pentingnya Definisi
Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting ketimbang yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya
5 Elemen yang satu esensial atau
sangat penting ketimbang elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang lainnya 7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah
terlihat dalam praktik
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan ter
tinggi yang mungkin menguat
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara di antara dua
pertimbanagan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua
pertimbangan Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat angka 1 bila dibanding aktivitas j,
maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan
dengan i
Menurut Saaty 1993 beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :
1 AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk aneka ragam persoalan yang tak terstruktur. 2
AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3 AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam satu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. 4
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5
AHP memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.
6 AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
8 AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9 AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari penilaian yang berbeda-beda. 10 AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
2.8 Analisis SWOT