Analisis Data Kajian Pengelolaan Hasil Tangkap Sampingan Pukat Udang Studi Kasus di Laut Arafura Provinsi Papua

dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

3.4.2 Pengumpulan data potensi hasil tangkapan sampingan

Untuk mengetahui potensi ikan hasil tangkapan sampingan, dilakukan kegiatan identifikasi dan kuantifikasi melalui data sekunder yang tersedia, studi literatur dan observasi langsung di Laut Arafura dengan mengikuti kapal penelitian on board. Observasi langsung telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi spesies, menghitung volume serta mengestimasi potensi hasil tangkapan sampingan termasuk spesies dan jumlah ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan maupun yang dibuang sebagai discrards. Secara umum data yang telah dikumpulkan dari data sekunder, studi literatur dan observasi langsung meliputi : 1 Jenis spesies dan volume ikan hasil tangkapan sampingan; 2 Estimasi potensi dan komposisi ikan hasil tangkapan sampingan yang dominan; 3 Jenis dan estimasi ikan hasil tangkapan sampingan yang dapat dimanfaatkan; 4 Jenis dan estimasi hasil tangkapan yang tidak dapat dimanfaatkan dibuang ke laut; dan 5 Persentase jumlah ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dan tidak dimanfaatkan.

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa analisis, tetapi menganalisis selengkap mungkin data relevan yang diperoleh di lapangan merupakan keharusan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat mendekati keberhasilan. Karena penelitian ini berpijak pada realitas atau peristiwa yang sebenarnya berlangsung di lapangan, data dan informasi tentang pengelolaan hasil tangkapan sampingan diperoleh dari berbagai pihak yang tentunya mengandung kepentingan berbeda-beda yang menyebabkan permasalahan pengelolaan hasil tangkapan sampingan menjadi kompleks. AHP adalah suatu proses ”rasionalitas sistemik”, metode analisis ini merupakan suatu pendekatan sebuah hierarki fungsional dengan input utama persepsi orang. Hierarki suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok berjenjang yang membentuk hierarki sehingga lebih sederhana. Pada penelitian ini metode AHP menjadi pilihan penulis untuk menganalisis sistem pengelolaan hasil tangkapan sampingan dalam rangka menyusun konsep pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang di Laut Arafura, Provinsi Papua. Pilihan tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pengelolaan hasil tangkapan sampingan pukat udang di Laut Arafura adalah permasalahan yang kompleks dan konsep pengelolaan hasil tangkapan sampingan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif.

3.5.1 Analisis data potensi hasil tangkapan sampingan

Jenis ikan hasil tangkapan sampingan akan diidentifikasi spesies maupun jumlahnya. Selanjutnya dibagi dalam dua kelompok utama yaitu jenis hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan discards. Dari kelompok ikan hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan dipilah-pilah berdasarkan tingkat keekonomisan dan pemanfaatannya. Selanjutnya hasil pemilahan ditabulasikan untuk digunakan dalam analisis pengelolaan

3.5.2 Analisis sistem pengelolaan hasil tangkapan sampingan

Dalam analisis ini ditentukan alternatif pola dan model pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan pukat udang dari armada penangkapan pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura. Dari beberapa alternatif yang ada, dengan menggunakan metode AHP akan ditentukan prioritas pola dan model yang paling optimal dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Menggunakan AHP dimulai dengan menata elemen-elemen persoalan dalam bentuk hierarki, membuat pembandingan berpasangan antar elemen, selanjutnya dari perbandingan akan menghasilkan prioritas, setelah melalui sintesis maka diperoleh prioritas menyeluruh dan pada akhir kajian, diukur konsistensi dan penyelesaian elemen-elemen yang interdependensi. Adapun tahapan proses analisisnya penulis lakukan sebagai berikut: 1 Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang paling optimal. 2 Menyusun struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan yang paling bawah. 3 Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan persepsi dan h t s t d judgem elemen 4 Melaku 5 Mengh vektor eigen konsis denga Beriku hierarkis AH tangkapan s suatu prose tangkapan diperlihatkan Gambar ment dari s n dibandingk ukan perban hitung matrik prioritas at value m tensinya. n cara mela t ini disaji HP. Hasil pr sampingan p es balik di sampingan n pada Gam r 6. Hierark sampin stakeholder, kan dengan ndingan berp ks pendapat tau vektor c maksimum, Jika tidak k kukan revisi kan gamba roses pertam pukat udang ilakukan un pukat uda mbar 7. ki menentuka ngan pukat u dengan m elemen lain pasangan. t individu da ciri eigen v mengolah konsisten, m pendapat. ar langkah- ma, berupa p g diperlihatka ntuk menen ang. Hasi an kebijakan udang menilai tingk nnya. n gabungan vector, aka vertikal d maka penga -langkah, s pilihan kebija an pada Ga ntukan mod il proses p n pengelolaa kat kepenti n, mengolah ar ciri atau dan mengu ambilan dat susunan ele akan pengel ambar 6. S del pengelo proses balik an hasil tang ngan satu horizontal, nilai eigen uji indeks ta diulangi emen dan olaan hasil Selanjutnya olaan hasil k tersebut gkapan G m u d b b m l t k b d m e T Gambar 7. Menen mensintesis masing-mas untuk mem dilakukan d berpasanga berdasarkan memberikan lainnya. Pen tingkat tertin kuesioner berkepenting di Laut Ara menentukan elemen-elem Tabel 5. Hierarki m Arafura ntukan prior s, menggam sing tujuan d buat data dalam men n terhadap n persepsi n penilaian t nilaian dilaku nggi sampai maupun w gan serta m afura. Matr n kebijakan men Pelaku menentukan ritas dan m mbarkan kon dan kriteria y kualitatif m nentukan pr suatu kriter dan judgem tingkat kepe ukan dengan i yang teren wawancara memahami pe riks perband disajikan p dalam men n model pe membuat m ntribusi atau yang seting menjadi kuan rioritas yait ria yang dite ment orang entingan sua n pembobot ndah. Tekn dengan ermasalahan dingan elem pada Tabel entukan alte ngelolaan p atrik perba pengaruh s kat di atasn ntitatif. La tu elemen-e entukan. Pe yang mem atu elemen an berpasan nis penilaian pihak-pihak n ikan hasil men-elemen l 4, serta ernatif penge pukat udang ndingan be etiap eleme ya. Proses angkah pert elemen dib erbandingan miliki kompet dengan ele ngan yang d n dilaksanak yang te tangkapan s antara pela matriks per elolaan disa g di Laut erpasangan n terhadap s ini adalah ama yang bandingkan n dilakukan tensi yang emen yang dimulai dari kan melalui erkait dan sampingan aku dalam rbandingan ajikan pada Tabel 4. Matriks perbandingan elemen-elemen antara pelaku dalam menentukan alternatif kebijakan dengan kriteria1-n Kriteria 1 – n n1 Pelaku 1 Pelaku 2 Pelaku 3 Pelaku 1 1 P1 1-n P2 1-n P1 1-n P3 1-n Pelaku 2 P2 1-n P1 1-n 1 P2 1-n P3 1-n Pelaku 3 P3 1-n P1 1-n P3 1-n P2 1-n 1 Tabel 5. Matriks perbandingan elemen-elemen antara pelaku dalam menentukan alternatif pengelolaan dengan kriteria1-n Kriteria 1 – n n1 Pelaku 1 Pelaku2 Pelaku 3 Pelaku 4 Pelaku 1 1 P1 1-n P2 1-n P1 1-n P3 1-n P1 1-n P4 1-n Pelaku 2 P2 1-n P1 1-n 1 P2 1-n P3 1-n P2 1-n Pj 1-n Pelaku 3 P3 1-n P1 1-n P3 1-n P2 1-n 1 P3 1-n Pj 1-n Pelaku j Pj 1-n P1 1-n Pj 1-n P2 1-n Pj 1-n P3 1-n 1 Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi Pelaku 1, Pelaku 2 dan Pelaku 3 dinyatakan sebagai vektor P = P1, P2,... Pj, maka P1 1-n P2 1-n diartikan sebagai nilai intensitas kepentingan elemen operasi Pelaku 1 terhadap Pelaku 2 pada kriteria yang sama dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi P1 terhadap P2 dan seterusnya. Selanjutnya dengan memanfaatkan perangkat lunak Expert Choice dan memasukkan data yang diperoleh dari kuesioner maupun wawancara langsung sesuai prosedur pengolahan data maka pada akhir perhitungan akan diperoleh pola pilihan kebijakan yang optimal. Menghitung konsistensi dalam analisis menggunakan metode AHP merupakan keharusan, consistensy index CI merupakan indikator yang menyatakan penyimpangan konsistensi, sedangkan consistency ratio CR adalah indikator untuk menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Kedua indikator tersebut harus diperiksa untuk menguji tingkat konsistensi dari pembobotan. Pada keadaan yang sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan faktor yang dibandingkan, sehingga matriks yang dibuat tidak konsisten. Hal ini terjadi karena ketidak konsistenan dalam preferensi seseorang. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi menggunakan persamaan : 1 − − = n n CI maks λ dimana λ maks = akar ciri maksimum n = ukuran matriks Indeks Konsistensi IK adalah matrix random dengan skala penilaian 9 1 – 9 beserta kebalikannya sebagai random index RI RI CI CR = Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan dapat diukur dari nilai consistency ratio CR. Consistency ratio adalah perbandingan antara consistency index CI dengan random index RI, dimana nilai RI telah ditentukan. Matriks perbandingan dapat diterima jika nilai CR ≤ 0,1 dan bila CR 0,1, maka langkah-langkah sebelumnya harus diulangi lagi dengan mengoreksi masukan data data input demikian seterusnya sampai diperoleh nilai CR ≤ 0,1.

3.5.3 Analisis strategi pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan

Setelah dilakukan analisis untuk menentukan alternatif pola dan model pengelolaan ikan hasil tangkapan sampingan pukat udang dari armada penangkapan pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura, maka selanjutnya disusun strategi pengelolaan. Dalam menyusun strategi pengelolaan, penulis menggunakan metode analisis SWOT. Metode analisis SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity dan ancaman threat dari pelaksanaan suatu kebijakan. d a k P m p t m D k Analis dan peluang ancaman se Analis kebijakan y Peluang da matriknya ha pengambilan tersebut. A mencermink 1 Aspek B 2 Aspek E 3 Aspek E 4 Aspek S 5 Modal A 6 Infrastru 7 Biaya O 8 Hukum Dari hasil an kebijakan ya is ini didasa g namun se eperti yang d G is SWOT d yang ditemp an Ancaman anya dua va n kebijakan Analisis SW kan pola dan Biologi Ekologi Ekonomi Sosial Awal Investa uktur Operasional dan Kelemb nalisis terseb ang optimal d arkan pada ecara bersa disajikan pad Gambar 8. D igunakan u puh dengan n, namun ariabel sepe n harus m WOT dilaku n model peng asi Modal kerja bagaan but di atas a dan sesuai d logika yang amaan dapa da Gambar 8 Diagram ana ntuk memili n metode K metode ini erti : SO, ST mempertimb ukan terha gelolaan has a akan dapat d dengan kebu g dapat mem at meminim 8. alisis SWOT h beberapa KeKePan K sangat ku T, WO, dan W angkan da adap bebe sil tangkapa disusun suatu utuhan. maksimalkan alkan kelem a strategi pe Kekuatan, K alitatif dan WT, sedang ari keempa rapa indika an sampinga u strategi pe n kekuatan mahan dan elaksanaan Kelemahan, hubungan gkan dalam at variabel ator yang n yaitu : elaksanaan 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis