Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Histopatologi

Penunjang diagnosa FIP dilakukan dengan melakukan pemeriksaan histopatologi pada ginjal ketiga kucing tersebut. Kajian histopatologi pada unsur penyusun jaringan dan organ diharapkan dapat memberikan data secara rinci ragam perubahan yang terjadi pada ginjal. Pemeriksaan mikroskopis organ ginjal pada ketiga kasus memperlihatkan terjadinya perubahan-perubahan pada bagian korteks dan medula ginjal. Secara umum perubahan banyak terjadi pada bagian korteks, meliputi bagian korpuskulus renalis, sistem tubular, dan interstisial. Pada kasus seperti ini dapat dipastikan bahwa keadaan dalam tubuh kucing sudah sangat parah. Sistem urinari dan filtrasi terganggu karena unit-unit fungsional ginjal yang rusak. Secara mikroskopis ketiga ginjal yang terpapar Feline Infectious Peritonitis memperlihatkan tampilan yang hampir sama. Pada Kasus Pertama terlihat adanya kongesti, degenerasi epitel tubuli ada inti piknosis dan karyolisis, nekrosa tubuli, dilatasi lumen tubuli ginjal, penebalan kapsula Bowman, endapan protein pada ruang Bowman, penebalan dinding kapiler glomerulus disertai kebengkakan sel epitel, serta infitrasi sel radang pada interstisium yang didominasi oleh makrofag, limfosit dan sel plasma. Selain itu, pada kasus pertama juga terlihat sel-sel yang lisis dan telah mengarah pada terbentuknya jaringan ikat fibrosis. Pada Kasus Kedua terlihat adanya kongesti, degenerasi epitel tubuli, nekrosa tubuli, infiltrasi sel radang makrofag, limfosit, sel plasma, dan penebalan kapiler glomerulus yang sangat parah. Koloni bakteri berbentuk batang ditemukan juga pada glomerulus ginjal kucing kasus kedua ini. Pada umumnya kucing yang terinfeksi virus FIP mengalami infeksi sekunder Eldredge et al. 2008, dalam kasus ini berupa koloni bakteri. Sedangkan pada Kasus Ketiga terlihat adanya kongesti, penebalan kapsula Bowman, infiltrasi sel radang makrofag, limfosit, sel plasma, dilatasi lumen tubuli ginjal dan degenerasi epitel tubuli. Temuan hasil pengamatan histopatologi ginjal kucing tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Temuan histopatologi ginjal kucing yang terinfeksi FIP Bagian ginjal P1109 P3609 P7810 Korteks Korpuskulus renalis Sistem tubular Interstisial Medula - kongesti - sel lisis, awal fibrosis - penebalan kapsula Bowman - endapan protein pada ruang Bowman - penebalan dinding kapiler - kebengkakan sel epitel - dilatasi lumen tubuli ginjal - degenerasi epitel tubuli - nekrosa - infitrasi sel radang makrofag, limfosit, sel plasma - kongesti - kongesti - penebalan kapiler glomerulus - infiltrasi bakteri pada glomerulus - degenerasi epitel tubuli - nekrosa - epitel tubuli lisis - infiltrasi sel radang makrofag, limfosit, sel plasma - kongesti - kongesti - penebalan kapsula Bowman - dilatasi lumen tubuli ginjal - degenerasi epitel tubuli - infiltrasi sel radang makrofag, limfosit, sel plasma - kongesti K D K 16 µm K Gambar 10. Gambaran histopatologi tubular dan interstisial ginjal kucing, P1109. Kongesti pembuluh darah ginjal K, degenerasi tubuli D. Pewarnaan HE. Kongesti atau pembendungan yang tampak pada pengamatan histopatologi terlihat pada bagian korteks dan medula dari ginjal ketiga kucing tersebut. Pembendungan pada pembuluh darah vena ini tentu saja tidak terlihat pada histologi organ yang normal. Aliran darah pada pembuluh darah yang mengalami kongesti menjadi terganggu sehingga jaringan kekurangan oksigen. Keadaan ini dapat menimbulkan terjadinya degenerasi pada jaringan sampai menuju ke arah nekrosa, seperti yang terjadi pada ketiga kasus ini. Komplikasi dari segala pemicu dapat menjadi penyebab terjadinya kongesti pada ginjal kucing, diantaranya vaskulitis akibat infeksi, kompensasi jantung dan paru pada kongesti yang berlanjut, kelemahan kontraksi jantung akibat adanya tamponade jantung, serta akibat kerusakan hati Hartmann 2003. Kerusakan sel dapat bersifat sementara atau menetap. Pada kerusakan yang bersifat sementara, sel mengalami perubahan untuk beradaptasi agar tetap hidup. Sedangkan pada kerusakan yang bersifat permanen, sel akan mengalami kematian. Sel yang mengalami perubahan yang bersifat sementara dinamakan sel yang mengalami degenerasi, sedangkan sel yang mengalami kematian dinamakan nekrosa. 16 µm Gambar 11. Gambaran histopatologi korteks ginjal kucing P1109. Penebalan kapsula Bowman tanda panah. Pewarnaan HE. Degenerasi sampai nekrosa tubuli ginjal ditandai dengan perubahan pada nuclear berupa pyknosis, karyorrhexis, dan karyolysis. Nukleus yang pyknosis terlihat lisutmengkerut, berwarna lebih gelap, homogenous dan berkumpul. Pyknosis mungkin berakibat pada penggumpalan kromatin dari degenerasi awal. Karyorrhexis yaitu rusaknya amplop nuclear dan pecahan nuclear yang gelap keluar ke dalam sel sitoplasma. Sedangkan pada karyolysis nukleusnya pucat sangat parah sampai kromatinnya terputus yang diduga disebabkan oleh aksi dari RNAases dan DNAases. Nekrosa pada sel epitel tubuli proksimal ginjal sering memiliki nuclei yang karyolitic sedangkan pada sel epitel tubuli distal ginjal lebih didominasi oleh nuclei yang pyknotic Myers, McGavin 2007. K K L L L 16 µm Gambar 12. Gambaran histopatologi korteks ginjal kucing, P3609. Epitel tubuli ginjal lisis L, perluasan lumen tubuli tanda panah, kongesti K. Pewarnaan HE. Infiltrasi sel radang yaitu berkumpulnya sel-sel radang terutama pada daerah yang dekat dengan pembuluh darah untuk menyerang atau menghancurkan agen patogen yang ada di daerah tersebut. Pada pengamatan ginjal ketiga kucing yang terinfeksi FIP tampak adanya infiltrasi sel radang dengan jumlah yang berbeda. Infiltrasi sel radang pada Kasus Pertama dan Ketiga sangat banyak sedangkan pada Kasus Kedua hanya sedikit. Sel-sel radang yang ditemukan yaitu limfosit, terutama pada Kasus Ketiga sangat mendominasi, makrofag dan sel plasma. Limfosit adalah sel darah yang berpengaruh pada infeksi akibat virus. Tingginya aktivitas makrofag dipicu oleh peradangan granuloma yang merupakan proses peradangan yang kronis Cheville 2006. Virus FIP bersifat viremia sehingga dengan mudah menyebar dan menimbulkan kerusakan dalam ginjal serta organ-organ lainnya. Proliferasi sel radang yang ditemukan disekitar vaskular merupakan karakteristik FIP tipe basah. Akumulasi fokus sel radang dan lesio nekrosa yang proliferatif merupakan khas lesio granuloma pada FIP tipe kering Sharif et al. 2010. D D R K 16 µm Gambar 13. Gambaran histopatologi tubular dan interstisial ginjal kucing, P7810. Degenerasi tubuli D, infiltrasi sel radang R, kongesti K. Pewarnaan HE. D 16 µm Gambar 14. Gambaran histologi korteks ginjal kucing P7810. Infiltrasi sel radang R, degenerasi tubuli D, Pewarnaan HE.

V. SIMPULAN DAN SARAN