menyesuaikan kondisi perbankan dengan perkembangan perekonomian, pada tahun 1992 pemerintah mengeluarkan UU nomor 7 tahun 1992 sebagai pengganti
atas UU nomor 14 tahun 1967 mengenai pokok-pokok perbankan. Kedua deregulasi sektor keuangan pada tahun 1980-an melatarbelakangi
perkembangan sektor keuangan di Indonesia. Setelah deregulasi-deregulasi tersebut banyak perubahan yang terjadi. Jumlah bank maupun kantor bank juga
menunjukkan peningkatan yang pesat. Sebelum tahun 1988, jumlah bank maupun kantor bank tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Bahkan jumlah bank
swasta selama periode tahun 1978-1988 justru mengalami penurunan dari 83 bank menjadi hanya 63 bank. Jumlah kantor bank swasta maupun pemerintah hanya
mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 107 persen dan 18,9 persen. Pertumbuhan ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
setelah tahun 1988. selama periode tahun 1988-1997, jumlah kantor bank swasta dan pemerintah masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 642 persen dan
87 persen. Selama periode tersebut jumlah bank swasta meningkat menjadi 144 bank Tabel 1.1.
4.2. Perkembangan Sektor
Keuangan Setelah Krisis Moneter 1997
Menurunnya nilai rupiah secara tajam yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan tingginya tekanan inflasi. Untuk mengatasi masalah tersebut
salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah mengurangi jumlah uang yang beredar dengan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI
yang kemudian berdampak pada meningkatnya suku bunga tabungan dan suku
bunga kredit. Meningkatnya suku bunga tabungan menyebabkan meningkatnya dana masyarakat yang mengalir ke sistem perbankan. Namun di lain pihak,
meningkatnya suku bunga kredit menyebabkan menurunnya kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan.
Kemudian pemerintah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengucurkan dana kepada sistem perbankan dalam
bentuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI. Selanjutnya pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN pada bulan Januari
1998 melalui Keppres RI nomor 27 tahun 1998. Menurut keppres tersebut, tugas BPPN adalah untuk melaksanakan pengadministrasian jaminan yang diberikan
pemerintah kepada bank umum, melakukan pengawasan, pembinaan dan upaya penyehatan termasuk restrukturisasi bank yang oleh Bank Indonesia dinyatakan
tidak sehat, dan melakukan tindakan hukum dalam rangka penyehatan bank. Bersamaan dengan itu pemerintah juga mengeluarkan Keppres RI nomor 25 tahun
1998 tentang jaminan terhadap kewajiban pembayaran bank umum. Pemberian jaminan kepada para nasabah tersebut dilakukan untuk menjaga kepercayaan
masyarakat pada sistem perbankan nasional. Restrukturisasi perbankan kemudian dilanjutkan kembali dengan menutup,
mengambil alih maupun melakukan rekapitalisasi terhadap bank-bank yang bermasalah. Hal ini menyebabkan menurunnya jumlah bank dan kantor bank
setelah krisis moneter. Pada akhir tahun 1997 jumlah bank dan kantor bank masing-masing adalah 222 bank dengan 6.308 kantor. Namun pada tahun 1999
jumlah bank berkurang menjadi 173 bank dengan 5.807 kantor Tabel 1.1.
Untuk memperketat regulasi dan pengawasan terhadap sektor perbankan, dan untuk menyesuaikan kondisi perbankan dengan perkembangan perekonomian,
maka pemerintah mengeluarkan UU nomor 10 tahun 1998 sebagai pengganti UU perbankan nomor 7 tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan. Kemudian
undang-undang tersebut diikuti pula dengan dikeluarkannnya berbagai regulasi mengenai prinsip kehati-hatian bank, seperti regulasi yang berkaitan dengan bats
maksimum pemberian kredit, dan ketentuan mengenai capital adequacy ratio CAR minimum.
Selanjutnya sejak tahun 1999, sebagai respon terhadap krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997-1998 maupun untuk memfasilitasi transisi sektor
keuangan Indonesia untuk lebih berkembang, maju, dan lebih terintegrasi dengan lingkungan keuangan internasional, Indonesia telah mengimplementasikan
reformasi sektor keuangan. Reformasi sektor keuangan Indonesia dilaksanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan sektor keuangan yang kuat,
terdiversifikasi, dalam, likuid serta mampu melakukan fungsi intermediasi secara efisien dan efektif yaitu mampu memobilisasi tabungan yang diperoleh
dimanapun dan dengan besaran apapun serta menyalurkannya untuk mendukung investasi dan aktivitas produksi untuk menciptakan pertumbuhan. Pasar keuangan
yang makin berkembang akan memfasilitasi alokasi sumber daya dan manajemen resiko secara lebih efisien dan lebih baik.
4.3. Perkembangan Sektor Keuangan Selama Periode Penelitian 2002-