pengemasan dan mengkombinasikan dengan bahan baku lain seperti serat sintetis, gelas, metal dan aspen.
Dimensi dan kandungan kimia serat kenaf dapat dilihat pada Tabel 2 3 berikut ini:
Tabel 2 Dimensi serat kenaf
Tipe serat Panjang
Sel mm Lebar Sel
mikron Tebal Dinding
Sel mikron Lebar Lumen
mikron
Kulit 1.80-4.00 14-24 3.80-8.60
6.60-12.80 Core
0.40-1.00 22-37 4.80-8.20 16.50-22.70
Sumber: Liu 2004
Tabel 3 Kandungan kimia serat kenaf
No. Jenis Analisa
Kandungan Pada Bagian Kulit
bast Inti core Batang
Utuh
1. Zat ekstraktif larut dalam :
- Air dingin
- Air panas
- Alkohol benzene
- NaOH 1
13,84 13,31
12,64 39,83
8,68 7,86
8,06
33,59 12,88
16,27 16,90
38,43
2. Lignin
13,32 23,21 19,60 3.
Abu 5,58 2,33 3,00
4. Holoselulosa
83,65 82,24 87,57 5.
Selulosa 27,51 45,70 42,37
Sumber: Suwinarti et al. 2007
2.3 Plastik Polipropilena
Penelitian di Lembaga Politeknik Milan pada tahun 1955, Profesor Natta menemukan bahwa dengan menggunakan katalis Ziegler, polimer khas ruang
stereospecific propylene dapat dihasilkan dengan derajat keteraturan tinggi dalam konfigurasi polimernya. Polipropilena termasuk jenis plastik olefin dan
merupakan polimer dari propylene. Jenis plastik ini digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci, komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak,
keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan makanan dan barang Cowd 1991. Menurut Ulrich 1985 dalam Syafitrie 2001, polipropilena memiliki beberapa
7
nama dagang seperti hostalen dan marlex. Tripolyta 2008 menambahkan nama dagang untuk penjualan polipropilena di Indonesia adalah trilene.
Plastik yang sering dijumpai berasal dari jenis plastik polietilena, polipropilena dan polistirena Massijaya et al. 1998. Untuk mengetahui
penggunaan plastik secara tepat maka perlu diketahui karakteristik bahan baku yang digunakan:
1. Polietilena PE
Polietilena pada dasarnya diklasifikasikan menjadi tiga golongan , yaitu low density polyethylene
LDPE dengan kerapatan 0,915 gcm
3
-0,925 gcm
3
, medium density polyethylene
MDPE dengan kerapatan 0,926 gcm
3
-0,940 gcm
3
dan high density polyethylene HDPE dengan kerapatan 0,941 gcm
3
-0,965 gcm
3
. Secara umum, polietilena memiliki titik leleh yang lebih rendah daripada polipropilena yaitu berkisar antara 106-130°C, ketahanan yang tinggi terhadap
oksidasi dibandingkan polipropilena dan tahan terhadap bahan kimia. Namun, polietilena memiliki tingkat kelenturan yang rendah dan tidak terlalu kuat apabila
dibandingkan dengan polipropilena Klyosov 2007. Menurut Syafitrie 2001 polietilena digunakan sebagai kantong plastik, botol shampo, tempat sampah dan
botol plastik kosmetik. 2.
Polipropilena PP Polipropilena lebih bersifat kaku dan kuat, memiliki kekuatan tarik dan
kejernihan yang lebih baik daripada polietilena serta memiliki kekuatan lentur yang lebih tinggi Klyosov 2007. Menurut Syafitrie 2001 polipropilena
digunakan sebagai pembungkus roti, gantungan baju, ember, botol minuman mineral dan kemasan untuk kaus kaki.
3. Polistirena PS
Menurut Dubey 1994 dalam Syafitrie 2001 polistirena memiliki kekakuan dan berwarna terang yang lebih baik daripada jenis plastik lainnya.
Menurut Risnasari 2006 polistirena memiliki titik leleh terendah dibandingkan jenis plastik polietilena dan polipropilena yaitu ±56ºC. Secara umum pemanfaatan
polistirena digunakan dalam bentuk film. Polistirena banyak digunakan sebagai toples kue, wadah kaset yang berwarna putih dan styrofoam Syafitrie 2001.
8
Menurut Klyosov 2007 polipropilena terbagi menjadi dua jenis yaitu homopolimer dan kopolimer. Apabila dibandingkan dengan polipropilena
kopolimer, jenis homopolimer lebih berbentuk kristal, memiliki titik leleh yang lebih tinggi dan memiliki nilai kekakuan yang lebih besar. Karakteristik
polipropilena homopolimer menurut Klyosov 2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Karakteristik polipropilena homopolimer
Deskripsi Polipropilena Homopolimer
Density gcm
3
0.9-0.91 Titik Leleh ºC
161-165 Modulus Lentur psi
165.000-290.000 Temperatur Transisi Kaca ºC
-20- -18 Absorpsi Air
0.01 Koefisien Panas 1ºC
4-13 × 10
-15
Koefisien Muai-Renggang 1ºF 3.8-5.8 × 10
-5
Sumber : Klyosov 2007
Polipropilena sangat rentan terhadap sinar ultra violet dan oksidasi pada suhu tinggi. Senyawa ini dapat terdegradasi membentuk produk dengan berat
molekul rendah. Perbaikan dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa antioksidan dan penstabil ultra violet Klyosov 2007. Febrianto et al. 1999
dalam Mulyadi 2001 menambahkan bahwa polipropilena dapat ditambahkan compatibilizer
untuk membentuk ikatan antara pengisi tepung kayu dengan perekat.
Pertumbuhan konsumsi polipropilena sebagai bahan baku industri plastik diperkirakan meningkat di masa mendatang seiring pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Produksi polipropilena di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 600.000 tontahun, sedangkan konsumsi polipropilena berkisar 800.000 ton per
tahun ICN 2010. Dengan demikian produsen lokal di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
9
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat