Perbaikan varietas pepaya untuk karakter jumlah buah, produksi per pohon dan persentase buah cacat diarahkan pada pembentukan hibrida unggul
dengan memilih tetua-tetua yang mempunyai sifat berlawanan. Eksploitasi heterosis
ditujukan pada
karakter-karakter tersebut
diharapkan dapat
menghasilkan hibrida dengan produksi tinggi. Karakter buah
Nilai duga daya gabung umum untuk karakter bobot buah, diameter buah, panjang buah, kekerasan kulit, kekerasan daging, tebal daging dan PTT dapat
dilihat pada Tabel 17. Tetua P3 mempunyai DGU tertinggi untuk semua karakter ukuran buah, tebal daging, kekerasan daging dan kulit buah dibandingkan dengan
empat tetua lainnya. Genotipe P1, P2, P4 dan P5 mempunyai nilai daya gabung umum yang negatif untuk karakter bobot buah. Hal ini berarti genotipe P1, P2, P4
dan P5 merupakan tetua penggabung umum yang baik untuk mendapatkan buah- buah berukuran kecil atau medium.
Tabel 17. Nilai duga Daya Gabung Umum untuk karakter kualitas buah pada
populasi setengah dialel lima tetua pepaya
Genotipe Bobot
buah Diameter
buah Panjang
buah Kekerasan
kulit Kekerasan
daging Tebal
daging PTT
P1 -204.95
-0.48 -2.48
-2.83 -7.99
-1.66 0.00
P2 -160.53
-0.34 -1.64
-1.67 -3.79
3.11 -0.17
P3
459.76 1.47
4.68 2.71
10.50
1.57 0.27
P4 -75.75
-0.17 -0.70
-1.05 -3.82
0.34 -0.24
P5 -18.53
-0.49 0.14
2.83 5.10
-3.37 0.13
CD 0.05
45.70 0.23
0.44 1.45
2.19 3.28
ns
0.19
ns
Keterangan: CD = nilai critical difference pada taraf 5
ns
= tidak berbeda nyata; = berbeda nyata
Hasil analisis DGK pada Tabel 18 menunjukkan hibrida P4 X P5 merupakan kombinasi persilangan dengan DGK negatif terendah untuk bobot
buah dan diameter buah sehingga mempunyai potensi yang baik untuk pembentukan karakter ukuran buah kecil. Tetua-tetua yang dipergunakan dalam
persilangan hibrida tersebut mempunyai DGU negatif untuk ukuran buah kecuali. Hibrida P2 X P4 mempunyai DGK tertinggi untuk karakter bobot buah tetapi
mempunyai rata-rata bobot buah sedang. Tetua P2 dan P4 yang dipergunakan untuk persilangan kedua hibrida tersebut mempunyau DGU negatif untuk karakter
ukuran buah, tetapi menyebabkan DGK hibrida tersebut bernilai besar.
Hasil penelitian ini agak berbeda dengan hasil penelitian Subhadrabandhu dan Nontaswatsri 1997, yang menunjukkan bahwa keturunan dari persilangan
yang menggunakan tetua Tainung 5 akan menghasilkan buah pepaya berukuran besar dan keturuana dari tetua Eksotika 20 akan menghasilkan keturunan
berukuran buah kecil. Hal ini disebabkan nilai efek DGU tetua Tainung 5 bernilai
positif sedangkan Eksotika 20 mempunyai DGU yang negatif untuk karakter ukuran buah.
Hibrida P2 X P4 dan P4 X P5 mempunyai DGK yang tinggi untuk karakter kekerasan kulit buah dan kekerasan daging buah. Tetua-tetua yang
terlibat dalam persilangan hibrida P2 X P4 dan P4 X P5 mempunyai nilai DGU yang rendah untuk karakter kekerasan kulit buah dan kekerasan daging buah tetapi
nilai DGK kedua hibrida tersebut tinggi. Hibrida P1 X P3 dan P2 X P4 mempunyai nilai DGK yang tinggi untuk karakter tebal daging buah. Hibrida P2
X P4 dan P4 X P5 mempunyai DGK yang tertinggi untuk karakter PTT daging buah Tabel 18. Hibrida-hebrida yang mempunyai DGK tinggi untuk karakter
kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, tebal daging dan PTT, berasal dari tetua-tetua yang mempunyai nilai DGU kecil. Hal ini mungkin terjadi karena
adanya interaksi gen-gen yang sesuai yang disumbangkan oleh tetua-tetua yang terlibat dalam persilangan tersebut. Iriany et al. 2011 mengemukakan bahwa hal
tersebut diduga disebabkan karena gen-gen yang menguntungkan pada suatu galur dapat menutupi gen-gen yang merugikan pada galur pasangannya dan mampu
bergabung dengan baik
Tabel 18. Nilai Duga Daya Gabung khusus untuk karakter kualitas buah pada populasi setengah dialel lima tetua papaya
Genotipe Bobot
buah Diameter
buah Panjang
buah Kekerasan
kulit Kekerasan
daging Tebal
daging PTT
P1 x P2 17.58
0.09 -0.37
-2.91 -2.84
0.83 0.15
P1 x P3 180.61
0.07 1.21
3.90 5.14
-10.94 0.06
P1 x P4 -112.5
-0.16 -1.14
-5.38 -6.62
-0.82 0.28
P1 x P5 104.21
0.68 1.13
-0.54 -0.93
-0.01 -0.09
P2 x P3 -106.01
-0.15 -0.43
0.84 1.42
8.75
0.38 P2 x P4
347.84 1.05
4.59 3.49
8.31 6.79
0.59
P2 x P5 60.60
0.29 0.11
-0.87 0.79
1.12 0.28
P3 x P4 274.16
0.98 1.40
0.57 2.29
-9.83 0.20
P3 x P5 226.73
0.77 0.97
-1.69 -5.05
-1.22 -0.15
P4 x P5 -167.87
-1.02 -0.05
4.99 10.22
-4.78 0.65
CD 0.05 45.70
0.23 0.44
1.45 2.19
3.28 0.19
Keterangan: CD = nilai critical difference pada taraf 5
ns
= tidak berbeda nyata; = berbeda nyata
Nilai ragam aditif pada karakter bobot buah, panjang buah, lingkar buah dan diameter buah lebih besar daripada nilai ragam non aditif Tabel 19.
Demikian juga dengan rasio heritabilitas arti sempit dengan heritabilitas arti luas HnsHbs tergolong tinggi, artinya sifat pada karakter-karakter tersebut lebih
dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Perbaikan kualitas ukuran buah dapat dilakukan dengan seleksi untuk mengatur proporsi gen aditif sesuai tujuan yang diinginkan.
Apabila menghendaki ukuran buah kecil maka seleksi negatif menuju ukuran buah kecil demikian juga ketika menghendaki ukuran buah yang besar seleksi
positif menuju ukuran buah besar.
Beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa karakter bobot buah mempunyai ragam daya gabung umum yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ragam daya gabung khusus.Hal ini menunjukkan karakter bobot buah dipengaruhi oleh efek aksi gen aditif Subhadrabandhu dan Nontaswatsri 1997 ;
Marin et al. 2006
.
Tabel 19. Analisis Ragam daya gabung umum, daya gabung khusus, aditif, non aditif dan heritabilitas pada karakter- karakter ukuran buah
Bobot buah
Diameter buah
Panjang buah
Kekerasan kulit
Kekerasan daging
Tebal daging
TSS Ragam DGU
64075.60 0.61
5.19 5.28
59.32 -1.14
0.01 Ragam DGK
48129.90 0.52
3.99 8.33
37.42 41.20
0.22 Ragam aditif
128151.20 1.22
10.38 10.55
103.92 -2.29
0.01 Ragam
non aditif
48129.90 0.52
3.99 8.33
31.07 41.20
0.22 Hns
0.72 0.68
0.71 0.49
0.73 0.00
0.07 Hbs
0.99 0.97
0.98 0.88
0.96 0.75
0.86 Rasio HnsHbs
0.73 0.70
0.72 0.56
0.76 0.00
0.08
Keteranga n : = nilai ragam negatif ≈ 0 Wricke and Weber 1986
Hns = Heritabilitas arti sempit Hbs = Heritabilitas arti luas
Nilai ragam aditif pada karakter kekerasan kulit, kekerasan daging dan lebar rongga tengah buah lebih besar daripada nilai ragam non aditif Tabel 19.
Demikian juga dengan rasio HnsHbs tergolong tinggi, artinya sifat pada karakter- karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Perbaikan kualitas buah
dengan peningkatan kekerasan daging buah dapat dilakukan dengan seleksi positif menuju tekstur daging yang keras. Nilai ragam aditif untuk karakter tebal daging
dan PTT lebih kecil daripada ragam non aditif. Rasio HnsHbs tergolong rendah, artinya sifat pada karakter-karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen non
aditif dan tidak diwariskan pada keturunannya.
Heterosis
Efek heterosis pada F1 mempunyai arti penting dalam pembentukan varietas hibrida. Pemulia tanaman memanfaatkan efek heterosis untuk
meningkatkan keragaan daya hasil pada berbagai jenis tanaman. Apabila ukuran F1 melebihi rata-rata kedua tetuanya disebut heterosis MP, sedangkan jika
melebihi tetua tertingi disebut heterobeltiosis HP. Heterosis yang tinggi mencerminkan bahwa perbedaan frekuensi alel-alel yang dimiliki oleh tetua-
tetuanya sangat besar dan tetua-tetua tersebut memiliki gen-gen yang saling menguntungkan dan berinteraksi secara positif jika digabungkan Falconer 1981.
Karakter vegetatif
Efek heterosis dan heterobeltiosis pada karakter vegetatif dapat dilihat pada tabel 20. Heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi tanaman dan
panjang buku batang bernilai negatif untuk sebagian besar hibrida-hibrida yang