-7.63 Genetic Analysis of The Half Diallel Populations of Five Genotypes of Papaya (Carica papaya L.).

Perbaikan varietas pepaya untuk karakter jumlah buah, produksi per pohon dan persentase buah cacat diarahkan pada pembentukan hibrida unggul dengan memilih tetua-tetua yang mempunyai sifat berlawanan. Eksploitasi heterosis ditujukan pada karakter-karakter tersebut diharapkan dapat menghasilkan hibrida dengan produksi tinggi. Karakter buah Nilai duga daya gabung umum untuk karakter bobot buah, diameter buah, panjang buah, kekerasan kulit, kekerasan daging, tebal daging dan PTT dapat dilihat pada Tabel 17. Tetua P3 mempunyai DGU tertinggi untuk semua karakter ukuran buah, tebal daging, kekerasan daging dan kulit buah dibandingkan dengan empat tetua lainnya. Genotipe P1, P2, P4 dan P5 mempunyai nilai daya gabung umum yang negatif untuk karakter bobot buah. Hal ini berarti genotipe P1, P2, P4 dan P5 merupakan tetua penggabung umum yang baik untuk mendapatkan buah- buah berukuran kecil atau medium. Tabel 17. Nilai duga Daya Gabung Umum untuk karakter kualitas buah pada populasi setengah dialel lima tetua pepaya Genotipe Bobot buah Diameter buah Panjang buah Kekerasan kulit Kekerasan daging Tebal daging PTT P1 -204.95 -0.48 -2.48 -2.83 -7.99 -1.66 0.00 P2 -160.53 -0.34 -1.64 -1.67 -3.79 3.11 -0.17 P3 459.76 1.47

4.68 2.71

10.50 1.57 0.27 P4 -75.75 -0.17 -0.70 -1.05 -3.82 0.34 -0.24 P5 -18.53 -0.49 0.14

2.83 5.10

-3.37 0.13 CD 0.05 45.70 0.23 0.44 1.45 2.19 3.28 ns 0.19 ns Keterangan: CD = nilai critical difference pada taraf 5 ns = tidak berbeda nyata; = berbeda nyata Hasil analisis DGK pada Tabel 18 menunjukkan hibrida P4 X P5 merupakan kombinasi persilangan dengan DGK negatif terendah untuk bobot buah dan diameter buah sehingga mempunyai potensi yang baik untuk pembentukan karakter ukuran buah kecil. Tetua-tetua yang dipergunakan dalam persilangan hibrida tersebut mempunyai DGU negatif untuk ukuran buah kecuali. Hibrida P2 X P4 mempunyai DGK tertinggi untuk karakter bobot buah tetapi mempunyai rata-rata bobot buah sedang. Tetua P2 dan P4 yang dipergunakan untuk persilangan kedua hibrida tersebut mempunyau DGU negatif untuk karakter ukuran buah, tetapi menyebabkan DGK hibrida tersebut bernilai besar. Hasil penelitian ini agak berbeda dengan hasil penelitian Subhadrabandhu dan Nontaswatsri 1997, yang menunjukkan bahwa keturunan dari persilangan yang menggunakan tetua Tainung 5 akan menghasilkan buah pepaya berukuran besar dan keturuana dari tetua Eksotika 20 akan menghasilkan keturunan berukuran buah kecil. Hal ini disebabkan nilai efek DGU tetua Tainung 5 bernilai positif sedangkan Eksotika 20 mempunyai DGU yang negatif untuk karakter ukuran buah. Hibrida P2 X P4 dan P4 X P5 mempunyai DGK yang tinggi untuk karakter kekerasan kulit buah dan kekerasan daging buah. Tetua-tetua yang terlibat dalam persilangan hibrida P2 X P4 dan P4 X P5 mempunyai nilai DGU yang rendah untuk karakter kekerasan kulit buah dan kekerasan daging buah tetapi nilai DGK kedua hibrida tersebut tinggi. Hibrida P1 X P3 dan P2 X P4 mempunyai nilai DGK yang tinggi untuk karakter tebal daging buah. Hibrida P2 X P4 dan P4 X P5 mempunyai DGK yang tertinggi untuk karakter PTT daging buah Tabel 18. Hibrida-hebrida yang mempunyai DGK tinggi untuk karakter kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, tebal daging dan PTT, berasal dari tetua-tetua yang mempunyai nilai DGU kecil. Hal ini mungkin terjadi karena adanya interaksi gen-gen yang sesuai yang disumbangkan oleh tetua-tetua yang terlibat dalam persilangan tersebut. Iriany et al. 2011 mengemukakan bahwa hal tersebut diduga disebabkan karena gen-gen yang menguntungkan pada suatu galur dapat menutupi gen-gen yang merugikan pada galur pasangannya dan mampu bergabung dengan baik Tabel 18. Nilai Duga Daya Gabung khusus untuk karakter kualitas buah pada populasi setengah dialel lima tetua papaya Genotipe Bobot buah Diameter buah Panjang buah Kekerasan kulit Kekerasan daging Tebal daging PTT P1 x P2 17.58 0.09 -0.37 -2.91 -2.84 0.83 0.15 P1 x P3 180.61 0.07 1.21

3.90 5.14

-10.94 0.06 P1 x P4 -112.5 -0.16 -1.14 -5.38 -6.62 -0.82 0.28 P1 x P5 104.21 0.68 1.13 -0.54 -0.93 -0.01 -0.09 P2 x P3 -106.01 -0.15 -0.43 0.84 1.42 8.75 0.38 P2 x P4 347.84 1.05

4.59 3.49

8.31 6.79

0.59 P2 x P5 60.60 0.29 0.11 -0.87 0.79 1.12 0.28 P3 x P4 274.16

0.98 1.40

0.57 2.29 -9.83 0.20 P3 x P5 226.73 0.77 0.97 -1.69 -5.05 -1.22 -0.15 P4 x P5 -167.87 -1.02 -0.05

4.99 10.22

-4.78 0.65 CD 0.05 45.70 0.23 0.44 1.45 2.19 3.28 0.19 Keterangan: CD = nilai critical difference pada taraf 5 ns = tidak berbeda nyata; = berbeda nyata Nilai ragam aditif pada karakter bobot buah, panjang buah, lingkar buah dan diameter buah lebih besar daripada nilai ragam non aditif Tabel 19. Demikian juga dengan rasio heritabilitas arti sempit dengan heritabilitas arti luas HnsHbs tergolong tinggi, artinya sifat pada karakter-karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Perbaikan kualitas ukuran buah dapat dilakukan dengan seleksi untuk mengatur proporsi gen aditif sesuai tujuan yang diinginkan. Apabila menghendaki ukuran buah kecil maka seleksi negatif menuju ukuran buah kecil demikian juga ketika menghendaki ukuran buah yang besar seleksi positif menuju ukuran buah besar. Beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa karakter bobot buah mempunyai ragam daya gabung umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan ragam daya gabung khusus.Hal ini menunjukkan karakter bobot buah dipengaruhi oleh efek aksi gen aditif Subhadrabandhu dan Nontaswatsri 1997 ; Marin et al. 2006 . Tabel 19. Analisis Ragam daya gabung umum, daya gabung khusus, aditif, non aditif dan heritabilitas pada karakter- karakter ukuran buah Bobot buah Diameter buah Panjang buah Kekerasan kulit Kekerasan daging Tebal daging TSS Ragam DGU 64075.60 0.61 5.19 5.28 59.32 -1.14 0.01 Ragam DGK 48129.90 0.52 3.99 8.33 37.42 41.20 0.22 Ragam aditif 128151.20 1.22 10.38 10.55 103.92 -2.29 0.01 Ragam non aditif 48129.90 0.52 3.99 8.33 31.07 41.20 0.22 Hns 0.72 0.68 0.71 0.49 0.73 0.00 0.07 Hbs 0.99 0.97 0.98 0.88 0.96 0.75 0.86 Rasio HnsHbs 0.73 0.70 0.72 0.56 0.76 0.00 0.08 Keteranga n : = nilai ragam negatif ≈ 0 Wricke and Weber 1986 Hns = Heritabilitas arti sempit Hbs = Heritabilitas arti luas Nilai ragam aditif pada karakter kekerasan kulit, kekerasan daging dan lebar rongga tengah buah lebih besar daripada nilai ragam non aditif Tabel 19. Demikian juga dengan rasio HnsHbs tergolong tinggi, artinya sifat pada karakter- karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Perbaikan kualitas buah dengan peningkatan kekerasan daging buah dapat dilakukan dengan seleksi positif menuju tekstur daging yang keras. Nilai ragam aditif untuk karakter tebal daging dan PTT lebih kecil daripada ragam non aditif. Rasio HnsHbs tergolong rendah, artinya sifat pada karakter-karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen non aditif dan tidak diwariskan pada keturunannya. Heterosis Efek heterosis pada F1 mempunyai arti penting dalam pembentukan varietas hibrida. Pemulia tanaman memanfaatkan efek heterosis untuk meningkatkan keragaan daya hasil pada berbagai jenis tanaman. Apabila ukuran F1 melebihi rata-rata kedua tetuanya disebut heterosis MP, sedangkan jika melebihi tetua tertingi disebut heterobeltiosis HP. Heterosis yang tinggi mencerminkan bahwa perbedaan frekuensi alel-alel yang dimiliki oleh tetua- tetuanya sangat besar dan tetua-tetua tersebut memiliki gen-gen yang saling menguntungkan dan berinteraksi secara positif jika digabungkan Falconer 1981. Karakter vegetatif Efek heterosis dan heterobeltiosis pada karakter vegetatif dapat dilihat pada tabel 20. Heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi tanaman dan panjang buku batang bernilai negatif untuk sebagian besar hibrida-hibrida yang