2.71 Genetic Analysis of The Half Diallel Populations of Five Genotypes of Papaya (Carica papaya L.).

Beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa karakter bobot buah mempunyai ragam daya gabung umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan ragam daya gabung khusus.Hal ini menunjukkan karakter bobot buah dipengaruhi oleh efek aksi gen aditif Subhadrabandhu dan Nontaswatsri 1997 ; Marin et al. 2006 . Tabel 19. Analisis Ragam daya gabung umum, daya gabung khusus, aditif, non aditif dan heritabilitas pada karakter- karakter ukuran buah Bobot buah Diameter buah Panjang buah Kekerasan kulit Kekerasan daging Tebal daging TSS Ragam DGU 64075.60 0.61 5.19 5.28 59.32 -1.14 0.01 Ragam DGK 48129.90 0.52 3.99 8.33 37.42 41.20 0.22 Ragam aditif 128151.20 1.22 10.38 10.55 103.92 -2.29 0.01 Ragam non aditif 48129.90 0.52 3.99 8.33 31.07 41.20 0.22 Hns 0.72 0.68 0.71 0.49 0.73 0.00 0.07 Hbs 0.99 0.97 0.98 0.88 0.96 0.75 0.86 Rasio HnsHbs 0.73 0.70 0.72 0.56 0.76 0.00 0.08 Keteranga n : = nilai ragam negatif ≈ 0 Wricke and Weber 1986 Hns = Heritabilitas arti sempit Hbs = Heritabilitas arti luas Nilai ragam aditif pada karakter kekerasan kulit, kekerasan daging dan lebar rongga tengah buah lebih besar daripada nilai ragam non aditif Tabel 19. Demikian juga dengan rasio HnsHbs tergolong tinggi, artinya sifat pada karakter- karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Perbaikan kualitas buah dengan peningkatan kekerasan daging buah dapat dilakukan dengan seleksi positif menuju tekstur daging yang keras. Nilai ragam aditif untuk karakter tebal daging dan PTT lebih kecil daripada ragam non aditif. Rasio HnsHbs tergolong rendah, artinya sifat pada karakter-karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen non aditif dan tidak diwariskan pada keturunannya. Heterosis Efek heterosis pada F1 mempunyai arti penting dalam pembentukan varietas hibrida. Pemulia tanaman memanfaatkan efek heterosis untuk meningkatkan keragaan daya hasil pada berbagai jenis tanaman. Apabila ukuran F1 melebihi rata-rata kedua tetuanya disebut heterosis MP, sedangkan jika melebihi tetua tertingi disebut heterobeltiosis HP. Heterosis yang tinggi mencerminkan bahwa perbedaan frekuensi alel-alel yang dimiliki oleh tetua- tetuanya sangat besar dan tetua-tetua tersebut memiliki gen-gen yang saling menguntungkan dan berinteraksi secara positif jika digabungkan Falconer 1981. Karakter vegetatif Efek heterosis dan heterobeltiosis pada karakter vegetatif dapat dilihat pada tabel 20. Heterosis dan heterobeltiosis untuk karakter tinggi tanaman dan panjang buku batang bernilai negatif untuk sebagian besar hibrida-hibrida yang