3.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka pada Bab 2 dirumuskan kerangka teoritis faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan stunting anak pada penelitian ini.
Ada tujuh faktor yang diduga mengarah sebagai penyebab terjadinya stunting yaitu konsumsi pangan anak, penggunaan makanan oleh tubuh anak, sanitasi
lingkungan rumah tangga, karakteristik anak, karakteristik orang tua, karakteristik rumah tangga, sosial-ekonomi rumah tangga dan politik negara.
Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi konsumsi air susu ibu ASI danatau makanan pendamping ASI MP-ASI. Konsumsi ASI danatau MP-ASI
kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah jenis konsumsi pangan, jumlah kelompok konsumsi pangan, frekuensi makan, dan jumlah konsumsi pangan hewani.
Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi, protein, kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, seng, cooper, iodium, potasium,
mangan, vitamin A, folate, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B12, C, D, E, K. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi mutu gizi makanan. Selain itu,
konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi densitas asupan energi, protein, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Konsumsi pangan
kemungkinan dipengaruhi praktek pengasuhan, praktek pemberian makan, pengolahanpersiapan makan, kebiasaan makan, pendistribusian makanan dalam
rumah tangga, pemberian ASI, waktu menyapih. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi pendidikan gizi, keamanan dan kualitas pangan, dan akses terhadap
pangan. Praktek pemberian makan kemungkinan dipengaruhi karakteristik anak, karakteristik orang tua, karakteristik rumah tangga, sosial-ekonomi dan politik
negara. Penggunaan makanan oleh tubuh anak kemungkinan dipengaruhi usia
kehamilan ibu ketika bayi lahir prematur, keadaan kesehatan, tahapan pertumbuhan masa pertumbuhan intrauterine masa pertumbuhan cepat setelah
lahir, penyakit terutama ISPA, diare, disentri demam, serta kejadian infeksi frekuensi paparan. Penyakit dan infeksi kemungkinan dipengaruhi status gizi
ibu ketika hamil, kualitas air susu ibu ASI, dan lamanya pemberian ASI pada anak. Penyakit dan infeksi kemungkinan dipengaruhi pula oleh program promosi
pemberian air susu ibu ASI, kepemilikan KMS, immunisasi, fortifikasi MPASI
danatau suplementasi vitamin A, seng, zat besi, yodium pada ibu danatau anak, akses terhadap informasi terutama tentang gizi kesehatan, serta pelayanan
kesehatan, dan pemberian obat cacing pada ibu hamil dan anak. Adapun sanitasi lingkungan kemungkinan dipengaruhi kualitas air minum dan kebersihan
lingkungan tempat pembuangan limbah di rumah tangga. Karakteristik anak kemungkinan dipengaruhi jenis kelamin anak, umur
anak, berat lahir anak, berat badan anak. Berat lahir anak kemungkinan dipengaruhi karakteristik orang tua. Karakteristik orang tua kemungkinan
dipengaruhi pula oleh umur, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, status kesehatan fisik dan dan kesehatan mental. Karakteristik rumah tangga kemungkinan
dipengaruhi besar keluarga, komposisi rumah tangga, jumlah anak balita, desakota, tempat tinggal, status ekonomi, kepemilikan benda dan uang.
Akhirnya, lingkungan sosial, ekonomi dan politik negara kemungkinan dipengaruhi rasetnis, musim, jumlah populasi, tingkat pendidikan, perekonomian
makro dan mikro terutama tingkat kemiskinan, ketersediaan lapangan kerja, kondisi pasar, pembangunan terutaman pembangunan pertanian, ketersediaan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, infrastruktur, dan sosial budaya masyarakat institusi sikap sosial, dan program ketahanan pangan
pemanfaatan lahan pekarangan, pemberian bantuan pangan, pendidikan gizi, bantuan tunai langsung.
Kerangka teoritis, sebagaimana terdapat pada Gambar 1, menggambarkan kemungkinan hubungan seluruh faktor-faktor yang diduga sebagai penentu
terjadinya stunting dan pola konsumsi pangan anak 0-23 bulan. Pengetahuan dari faktor-faktor risiko stunting dan pola konsumsi pangan, yang dirumuskan dalam
Gambar 2, mempermudah perumusan dari kerangka pemikiran untuk menganalisis faktor-faktor risiko stunting dan pola konsumsi pangan pada
penelitian ini. Kerangka operasional disusun dengan mempertimbangkan bahwa kajian menggunakan data sekunder, maka ada beberapa peubah yang seharusnya
diteliti tetapi tidak tersedia dalam data sekunder sehingga dibuatlah peubah proksi hampiran atau peniadaan peubah dari kerangka teoritis.
File Gambar 1 di excel
File Gambar 2 di excel
3.2 Definisi Operasional