20
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian percobaan laboratorium eksperimental laboratory yang bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari
buah kiwi hijau dan kiwi emas secara volumetri dengan menggunakan larutan pentiter 2,6-diklorofenol indofenol.
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2013 – Desember 2013.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroburet 5 ml, neraca analitik Bueco Germany, pisau, blender National, kertas saring, statif
dan klem, pipet ukur 10 ml, pipet volum 1 ml, 2 ml, dan 5 ml, botol timbang, dan alat-alat gelas laboratorium.
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuadest, bahan yang berkualitas pro analisis dari E. Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-
diklorofenol indofenol 99 bb, asam metafosfat 99 bb, asam asetat glasial 96, natrium bikarbonat 99 bb, feri klorida 99, perak nitrat 99,8 bb, dan
natrium hidroksida 99 bb, NH
4
OH 28 vv, akuadest dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope Indonesia sertifikat bahan baku pembanding dapat
dilihat pada Lampiran 2, halaman 38.
21
3.3. Pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel purposif yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan tujuan purpose penelitian.
Pengambilan sampel dengan cara ini, tanpa membandingkannya dengan tumbuhan yang sama pada tempat lain.
Buah kiwi Actinidia deliciosa A. Chev C. F. Liang A. R. Ferguson yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kiwi hiijau dan kiwi emas yang
diperoleh dari Brastagi Swalayan Medan, yang berasal dari Selandia Baru.
3.4 Prosedur penelitian
3.4.1 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan pereaksi berdasarkan Ditjen POM 1995 adalah sebagai berikut:
1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025 bv Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol 98 bb
yang telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO
3
0,084 bv, kocok kuat, tambahkan aquadest hingga 200 ml, kemudian disaring. Simpan
dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat setiap digunakan dibuat larutan baru. 2. Larutan asam metafosfat-asetat 3 bv
Dilarutkan 15 g asam metafosfat 99 bb dalam 40 ml asam asetat glasial 96 dan encerkan dengan aquadest secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat
dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari. 3. Larutan natrium bikarbonat 0,084 bv
Dilarutkan 84 mg natrium bikarbonat 99 bb dalam 100 ml aquadest.
22 4. Larutan feri klorida 3 bv
Dilarutkan 3 g feri klorida 99 bb dalam 100 ml aquadest. 5. Larutan perak nitrat 0,1 N
Dilarutkan 5 g AgNO
3
99,8 bb dalam 100 ml aquadest. 6. Larutan natrium hidroksida 2 N
Dilarutkan 8,002 g natrium hidroksida 99 bb dalam 100 ml aquadest. 7. Larutan ammonium hidroksida 1 N
Diencerkan 7,4 ml ammonium hidroksida 25 vv dalam 100 ml aquadest. 8. Larutan perak amoniakal
Dicampur sama banyak larutan perak nitrat dan larutan natrium hidroksida dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan ammonium hidroksida setetes demi
setetes sampai endapan yang terbentuk larut kembali Feigl, 1960.
3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol
Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat 3
bv, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 3 bv sebanyak 6
ml, kemudian titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025 bv hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko
menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat 3 bv dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025 bv hingga warna merah muda mantap. Kadar
larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat Ditjen POM, 1995.
23 Menurut Ditjen POM 1995, Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan
rumus: Kesetaraan mg
Vb Vt
V kadar
W Va
L
− ×
× ×
=
Keterangan: Va = Volume aliquot ml W = Berat vitamin C mg
Vt = Volume titrasi ml Vb = Volume blanko ml
V
L
= Volume labu tentukur ml
Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5,
halaman 43.
3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel 3.4.3.1 Buah kiwi bagian daging
Sampel dibersihkan, dikupas sampel dan dibuang kulitnya, ditimbang daging buah sekitar 100 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahan 20 ml larutan
asam metafosfat-asetat lalu diblender, ditimbang seksama 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat 3 bv
sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang + 3 ml.
3.4.3.2 Buah kiwi campuran daging dan kulit
Sampel dibersihkan, sampel tidak dikupas kulitnya, ditimbang daging dan kulit buah sekitar 100 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahkan 20 ml larutan
asam metafosfat-asetat lalu diblender, ditimbang seksama 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat 3 bv
24 sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang + 3
ml.
3.4.4 Uji Kualitatif Vitamin C dari larutan sampel buah kiwi
- Larutan FeCl
3
Dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, dinetralkan sampai pH 6-8 dengan penambahan NH
4
OH 1N, lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl
3
3 bv, akan terbentuk warna ungu Auterhoff dan Kovar, 1981. - Daya reduksi dengan perak amoniakal
Dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi perak amoniakal, bila perlu panaskan dalam
penangas air, akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung Auterhoff dan Kovar, 1981.
3.4.5 Penetapan Kadar Vitamin C dari larutan sampel buah kiwi
Dipipet 4 ml larutan sampel lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat 3 bv. Dititrasi dengan larutan 2,6-
diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko Ditjen POM, 1995.
Menurut Horwitz 2002, kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Kadar vitamin C mgg =
Bs Vp
Vb Vt
× ×
−
L
V x
Kesetaraan Keterangan:
Vt : Volume titrasi ml Vb : Volume blanko ml
V
L
: Volume labu tentukur ml Vp : Volume pemipetan ml
Bs : Berat sampel g Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 45.
25
3.4.6 Uji Perolehan Kembali Recovery
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Ukuran ini dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali recovery analit yang ditambahkan. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel
yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat
ditemukan Harmita, 2004. Prosedur uji perolehan kembali recovery dengan metode adisi dilakukan
sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,2 mg dengan
cara sebanyak 22 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam-metafosfat asetat 3 bv sampai garis tanda konsentrasi
0,22 mgml, lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.
Menurut Harmita 2004, Rumus perhitungan persen recovery adalah sebagai berikut:
Recovery =
�
B −A
C
�
X 100 Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku mg100 g
B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku mg100 g C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan mg100 g
Data hasil analisis perolehan kembali persen recovery dapat dilihat pada
Lampiran 10 , halaman 51.
26
3.5. Analisis Data Secara Statistik
3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan
Hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan
dengan hasil yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang. Untuk memastikan
hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistik dengan uji Q. Pada taraf kepercayaan 95 α = 0,05, hasil analisis
ditolak jika Q
hitung
Q
tabel
Gandjar dan Rohman, 2007. Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus:
Q
hitung
= Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Nilai tertinggi – Nilai terendah
Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 2, apabila Q
hitung
Q
kritis
maka data tersebut ditolak Gandjar dan Rohman, 2007.
Tabel 2 . Nilai Q
kritis
pada Taraf Kepercayaan 95 Banyak Data
Nilai Q
kritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
Banyak Data Nilai Q
kritis
27 Menurut Wibisono 2005, untuk menentukan kadar vitamin C di dalam
sampel dengan taraf kepercayaan 95, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
μ = X ± t
½α, dk
SD √n
Keterangan µ
= Interval kepercayaan mg100 g X
= Kadar rata-rata sampel mg100 g t
= Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α
= Tingkat kepercayaan SD
= Standar deviasi n
= Jumlah perlakuan Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis
dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 47.
3.5.2 Uji Ketelitian Presisi Metode Analisis
Uji presisi keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada
sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif Relative Standard Deviation atau koefisien variasi Harmita, 2004.
Menurut Harmita 2004, Rumus perhitungan persen RSD adalah sebagai berikut:
RSD =
× X
SD
100 Keterangan: SD = standar deviasi
X
= kadar rata-rata sampel mg100 g
28 Data hasil perhitungan koefisien variasi RSD dapat dilihat pada
Lampiran 12 , halaman 53.
3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata
Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F
menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F
hitung
F
tabel
dan data tidak berbeda secara signifikan jika F
hitung
F
tabel
. Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi sampel buah yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah berasal dari tumbuhan buah kiwi
hijau dan kiwi emas. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 37.
4.2 Uji Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan sebagai analisa pendahuluan untuk mengetahui adanya vitamin C dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara
kuantitatif dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel kiwi dapat dilihat pada tabel berikut:.
Tabel 3 . Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel buah kiwi.
Vitamin yang dianalisis
Cara Hasil
Keterangan Vitamin C
Dengan FeCl
3
Ungu +
Test daya reduksi dengan Perak Amoniakal
Cermin Perak +
Keterangan: +
= Mengandung vitamin C Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa uji kualitatif vitamin C terhadap
buah kiwi, positif mengandung vitamin C yang dapat dilihat dengan terjadinya warna ungu dengan cara penambahan FeCl
3
, dan terbentuknya cermin perak pada test daya reduksi.
30
4.3 Penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi
Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan larutan pentiter 2,6-diklorofenol indofenol. Diagram batang hasil penetapan kadar vitamin
C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
92,95 121,17
108,65 134,18
20 40
60 80
100 120
140 160
Ka da
r Mg
100 g
Sampel Diagram Batang Hasil Penetapan Kadar Vitamin C
mg100g
Kiwi hijau pada bagian daging
buah Kiwi emas pada
bagian daging buah
Kiwi hijau pada campuran
daging dan kulit buah
Kiwi emas pada campuran
daging dan kulit buah
Gambar 4 . Diagram Batang Perbandingan Kadar Vitamin C dari Buah Kiwi
Data hasil penetapan kadar vitamin C dari kiwi hijau bagian daging, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit, kiwi emas bagian daging dan kiwi emas
pada campuran daging dan kulit, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4
. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas No
Sampel Kadar Vitamin C
mg100 g 1
Kiwi hijau pada bagian daging buah 92,95
2 Kiwi emas pada bagian daging buah
121,17 3
Kiwi hijau pada campuran daging dan kulit buah
108,65
4 Kiwi emas pada campuran daging dan
kulit buah 134,18
Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai rata-rata
antar buah kiwi, menggunaan uji F dengan taraf kepercayaan 95 untuk
31 mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan
software SPSS, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 . Uji F kadar vitamin C buah dari buah kiwi hijau dan kiwi emas
Jumlah Kuadrat
Df Rata-rata
Kuadrat F
Sig. Antar
Kelompok 5580,844
3 1860,281
8645,36 7
.000 Dalam
Kelompok 4,304
20 .215
Total 5585,148
23 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan statistik diperoleh
F
hitung
sebesar 8645,367 dan F
tabel
sebesar 3,09 dimana F
hitung
F
tabel
. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C antara buah kiwi hijau dan kiwi emas
berbeda secara statistik karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.
Tabel 6 . Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan
kiwi emas Duncan
Jenis Sampel N
kepercayaan = 0,05 1
2 3
4
Kiwi hijau pada bagian daging buah
6 92,9583
Kiwi emas pada bagian daging buah
6 108,6583
Kiwi hijau pada campuran daging dan
kulit buah
6 121,1783
Kiwi emas pada campuran daging dan
kulit buah
6 134,1883
Sig. 1.000
1.000 1.000
1.000
Tabel diatas bertujuan untuk mencari atau menguji kelompok mana yang memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
32 kelompok lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan kadar vitamin C antara kiwi hijau pada bagian daging, kiwi emas pada bagian daging, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit dan kiwi emas pada
campuran daging dan kulit. bahwa hasil penelitian yang signifikan meyakinkan adanya perbedaan korelasi.
Menurut Counsell dan Hornig 1981, kadar vitamin C tersebar dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda dikarenakan
beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan yang terakhir adalah tempat tumbuh.
Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin tertentu tergantung cara pengolahannya. Pada umumnya, diinginkan
suatu pengolahan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Disamping proses pengolahan,
kondisi-kondisi sebelum pengolahan yang dilakukan dapat mempengaruhi kandungan zat-zat gizi Andarwulan dan Koswara, 1992.
Proses pengolahan seperti pemotongan dan lamanya waktu pengolahan dapat mempengaruhi kadar vitamin C dalam bahan pangan seperti buah-buahan.
Pada penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap pengolahan seperti pemotongan dan penggilingan
blender sehingga dapat mengalami penurunan kadar vitamin C dari buah kiwi sehingga diperlukan penambahan asam metafosfat-asetat saat pemblenderan untuk
mencegah terjadinya oksidasi.
33
4.4. Uji Perolehan Kembali