Penetapan Kadar Vitamin C Yang Terdapat Pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Dichlorofenol Indofenol

(1)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA

BUAH KIWI (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R.

Ferguson) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SRI ARMIA ADITYA PUTRI

NIM 111524057

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA

BUAH KIWI (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R.

Ferguson) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SRI ARMIA ADITYA PUTRI

NIM 111524057

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA

BUAH KIWI (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R.

Ferguson) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

OLEH:

SRI ARMIA ADITYA PUTRI NIM 111524057

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 09 Februari 2015 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Chairul Azhar D., M.Sc., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 194907061980021001 NIP 195201041980031002

Pembimbing II, Drs. Chairul Azhar D., M.Sc., Apt. NIP 194907061980021001

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001 NIP 195409101983032001

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 19510311976031003

Medan, April 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Penetapan Kadar Vitamin C yang Terdapat pada Buah Kiwi (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) Secara Volumetri dengan 2,6-Dichlorofenol Indofenol)”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., dan bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan waktu dan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan fakultas farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan, Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Ekstensi Sarjana Farmasi USU, Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan, Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Bapak dan Ibu


(5)

v

Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif dan Kepala Laboratorium Penelitian yang telah memberikan fasilitas, petunjuk dan membantu selama penelitian, Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telh mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta ayahanda Sahbuddin dan ibunda Harmanunsyah yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi, abang dan kakak saya tercinta kak Fanti, kak Yani, bang Aat, bang Gatot, bang Wibi, kak Ayu dan seluruh keluarga yang memberi semangat serta doa kepada penulis, Untuk sahabat-sahabat saya Kak Uci, Maya¸ Kak Aan, Anggi, Fitra, Andriani, Anita, Yessi, Lurey, Mely, Dina, Nanda, Niky, Ima, Adelia, Derma, Sonanda, Leni serta seluruh teman-teman kuliah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,

Sri Armia Aditya Putri NIM 111524057


(6)

vi

PENETAPAN KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA BUAH KIWI (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Buah kiwi merupakan sumber serat dengan kandungan vitamin C yang kadarnya dua kali lipat dari jeruk sehingga lebih efektif melindungi tubuh dari oksidasi. Oksidasi pada tubuh manusia akan melepaskan radikal bebas yang dapat memicu kerusakan DNA, protein, lemak dan pertumbuhan kanker. Seluruh sel dan organ membutuhkan vitamin C yang tinggi agar bisa berfungsi optimal dan menjaga tubuh dari infeksi dan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah penentuan kandungan vitamin C pada buah kiwi dengan metode volumetri menggunakan larutan pentiter 2,6-dichlorofenol indofenol.

Penelitian dilakukan dengan metode percobaan laboratorium

(eksperimental laboratory) dan pengambilan sampel dengan metode sampel

purposif tanpa membandingkannya dengan tumbuhan yang sama pada tempat lain. Buah kiwi yang digunakan adalah kiwi hijau dan kiwi emas yang diperoleh dari Swalayan Brastagi Medan, yang berasal dari New Zealand.

Hasil Penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada daging buah kiwi hijau sebesar 92,95 mg/100 g, sedangkan pada daging buah kiwi emas sebesar 121,17 mg/100 g dan pada campuran daging dan kulit buah kiwi hijau sebesar 108,65 mg/100 g dan campuran daging dan kulit buah kiwi emas sebesar 134,18 mg/100 g. Berdasarkan uji validasi metode diperoleh persen recovery untuk bagian daging kiwi hijau sebesar 95,02%, sedangkan RSD untuk bagian daging kiwi hijau sebesar 0,78%.

Kesimpulannya kadar vitamin C dalam buah kiwi hijau dan kiwi emas telah memenuhi syarat uji validasi.

Kata Kunci:Vitamin C, buah kiwi (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson), 2,6-Dichlorofenol Indofenol.


(7)

vii

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN KIWI FRUIT (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Kiwi fruits are a good source of fiber with the content of vitamin C concentrations are twice that of an orange to more effectively protect the body from oxidation. Oxidation in the human body will release free radicals that can cause damage to DNA, proteins, fats and cancer growth. Whole cell sand organs need vitamin C in order to function optimally and keep the body from infection and disease. The purpose of this study is to determine the content of vitamin C in kiwifruit by volumetric method using a solution of 2,6-dichlorophenol indophenols.

The research was using experimental laboratory methods and sampling with purposive sample method without comparing it with similar plants in other places. Kiwi fruits used are green kiwi and gold kiwi obtained from Brastagi’s Market in Medan, which derive from New Zealand.

The results ofthe assay of vitamin C contained in green kiwi fruit flesh of 92.95 mg/100 g while the gold kiwi fruit flesh of 121.17 mg/100 g and the mixture of meat and green kiwi fruit and bark of 108.65 mg/100 g and mixed meat and gold kiwifruit was 134.18 mg/100 g. Based on the validation test method percent recovery obtained for green kiwi meat section at 95.02%, while the RSD for green kiwi meat section at 0.78%.

In conclusion the levels of vitamin C in the green kiwi fruit and gold kiwi fruit had qualified.

Keywords:Vitamin C, kiwi fruit (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson), 2.6-dichlorophenol indophenols.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kiwi (Actinidia deliciosa) ... 6

2.2 Asal Usul Buah Kiwi ... 6

2.3 Morfologi Tanaman Kiwi ... 7

2.4 Ekologi dan Syarat tumbuh tanaman kiwi ... 8

2.4.1 Iklim ... 8


(9)

ix

2.4.3 Kelembaban ... 8

2.4.4 Penyerbukan ... 8

2.5 Kandungan buah kiwi ... 9

2.6 Vitamin ... 12

2.6.1 Vitamin C ... 13

2.6.2 Fungsi Vitamin C ... 14

2.7 Metode Penetapan Kadar Vitamin C... 16

2.8 Analisis Uji Perolehan Kembali ... 18

2.9 Uji Ketelitian Presisi ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.2 Bahan dan Alat ... 20

3.2.1 Alat-alat ... 20

3.2.2 Bahan-bahan ... 20

3.3 Pengambilan sampel... 21

3.4 Prosedur Penelitian... 21

3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 21

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 22

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 23

3.4.3.1 Buah kiwi bagian daging ... 23

3.4.3.2 Buah kiwi bagian daging dan kulit ... 23

3.4.4 Uji Kualitatif Vitamin C dari sampel ... 24


(10)

x

3.4.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 25

3.5 Analisis Data Secara Statistik ... 26

3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 26

3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 27

3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 29

4.2 Uji Kualitatif ... 29

4.3 Penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi ... 30

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbandingan nutrisi kiwi dan buah yang lain (per 100 gram) .. 10 Tabel 2. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan 95% ... 26 Tabel 3. Hasil Analisis Kualitatif Vitamin C pada Larutan sampel buah

kiwi ... 29 Tabel 4. Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi

Emas ... 30 Tabel 5. Uji F kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas ... 31 Tabel 6. Analisis Beda Nilai Rata-rata Kadar Vitamin C dari kiwi hijau

dan kiwi emas ... 31 Tabel 7. Hasil uji perolehan kembali (Recovery) ... 33


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 13

Gambar 2. Reaksi antara Vitamin C dan Iodin ... 14

Gambar 3. Reaksi asam askorbat dengan 2,6 diklorofenol indofenol... 16

Gambar 4. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Kiwi hijau dan kiwi emas ... 30

Gambar 5. Gambar Buah Kiwi Hijau ... 39

Gambar 6. Gambar Bagian dalam Kiwi Hijau ... 39

Gambar 7. Gambar Buah Kiwi Emas ... 39

Gambar 8. Gambar Bagian dalam Kiwi Emas ... 39

Gambar 9. Gambar kiwi hijau setelah diblender ... 40

Gambar 10. Gambar kiwi emas setelah diblender ... 40

Gambar 11. Gambar alat mikroburet dengan 2,6-diklorofenol indofenol. 40 Gambar 12. Gambar tanaman kiwi... 40


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 37

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 38

Lampiran 3. Gambar sampel dan mikroburet ... 39

Lampiran 4. Flowsheet ... 40

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 43

Lampiran 6. Perhitungan kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis 45 Lampiran 7. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis ... 46

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari sampel yang dianalisis ... 47

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik ... 51

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari sampel ... 51

Lampiran 11. Perhitungan analisis perolehan kembali (Recovery) ... 52

Lampiran 12. Perhitungan koefisien variasi (% RSD) dari larutan Kiwi Untuk Recovery ... 53


(14)

vi

PENETAPAN KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA BUAH KIWI (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Buah kiwi merupakan sumber serat dengan kandungan vitamin C yang kadarnya dua kali lipat dari jeruk sehingga lebih efektif melindungi tubuh dari oksidasi. Oksidasi pada tubuh manusia akan melepaskan radikal bebas yang dapat memicu kerusakan DNA, protein, lemak dan pertumbuhan kanker. Seluruh sel dan organ membutuhkan vitamin C yang tinggi agar bisa berfungsi optimal dan menjaga tubuh dari infeksi dan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah penentuan kandungan vitamin C pada buah kiwi dengan metode volumetri menggunakan larutan pentiter 2,6-dichlorofenol indofenol.

Penelitian dilakukan dengan metode percobaan laboratorium

(eksperimental laboratory) dan pengambilan sampel dengan metode sampel

purposif tanpa membandingkannya dengan tumbuhan yang sama pada tempat lain. Buah kiwi yang digunakan adalah kiwi hijau dan kiwi emas yang diperoleh dari Swalayan Brastagi Medan, yang berasal dari New Zealand.

Hasil Penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada daging buah kiwi hijau sebesar 92,95 mg/100 g, sedangkan pada daging buah kiwi emas sebesar 121,17 mg/100 g dan pada campuran daging dan kulit buah kiwi hijau sebesar 108,65 mg/100 g dan campuran daging dan kulit buah kiwi emas sebesar 134,18 mg/100 g. Berdasarkan uji validasi metode diperoleh persen recovery untuk bagian daging kiwi hijau sebesar 95,02%, sedangkan RSD untuk bagian daging kiwi hijau sebesar 0,78%.

Kesimpulannya kadar vitamin C dalam buah kiwi hijau dan kiwi emas telah memenuhi syarat uji validasi.

Kata Kunci:Vitamin C, buah kiwi (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson), 2,6-Dichlorofenol Indofenol.


(15)

vii

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN KIWI FRUIT (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Kiwi fruits are a good source of fiber with the content of vitamin C concentrations are twice that of an orange to more effectively protect the body from oxidation. Oxidation in the human body will release free radicals that can cause damage to DNA, proteins, fats and cancer growth. Whole cell sand organs need vitamin C in order to function optimally and keep the body from infection and disease. The purpose of this study is to determine the content of vitamin C in kiwifruit by volumetric method using a solution of 2,6-dichlorophenol indophenols.

The research was using experimental laboratory methods and sampling with purposive sample method without comparing it with similar plants in other places. Kiwi fruits used are green kiwi and gold kiwi obtained from Brastagi’s Market in Medan, which derive from New Zealand.

The results ofthe assay of vitamin C contained in green kiwi fruit flesh of 92.95 mg/100 g while the gold kiwi fruit flesh of 121.17 mg/100 g and the mixture of meat and green kiwi fruit and bark of 108.65 mg/100 g and mixed meat and gold kiwifruit was 134.18 mg/100 g. Based on the validation test method percent recovery obtained for green kiwi meat section at 95.02%, while the RSD for green kiwi meat section at 0.78%.

In conclusion the levels of vitamin C in the green kiwi fruit and gold kiwi fruit had qualified.

Keywords:Vitamin C, kiwi fruit (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson), 2.6-dichlorophenol indophenols.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat. Selain itu, setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk yang mengandung nilai-nilai estetis (Sjaifullah, 1996).

Kiwi berasal dari Cina, dikenal dengan nama yang tao dan sudah dikonsumsi sejak ribuan tahun yang lalu. Pada permulaan abad kedua puluh, tanaman ini dibawa oleh misionaris ke Selandia Baru dan dikembangkan disana. Buah kiwi sekarang mendunia, dihasilkan oleh beberapa negara seperti Selandia Baru, Amerika, Itali, Jepang, Perancis, Australia, dan Chilli. (Anonimb, 2010).

Buah kiwi berbentuk oval kira-kira sebesar telur ayam, kaya serat, kulit berwarna hijau-kecoklatan dan daging buah berwarna hijau terang atau keemasan dengan biji kecil, hitam dan bisa dimakan. Tekstur buahnya sangat halus dan rasanya yang unik, kiwi hijau memiliki rasa yang asam dan segar sedangkan kiwi emas memiliki rasa yang manis (Indah dan Supriyanto, 2013).

Menurut Fiastuti, kandungan vitamin C dalam kiwi hijau 92,7 mg vitamin C per 100 gram, lebih rendah di bawah kadar vitamin C dari kiwi emas yang mencapai 105,4 mg per 100 gram. Kandungan vitamin ini dalam kiwi hijau dan kiwi emas lebih tinggi dari jeruk dan pepaya. Vitamin tersebut kita butuhkan sebagai sumber antioksidan. Satu atau dua butir kiwi setiap hari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin C per hari (Anonima, 2010).


(17)

2

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia, Secara alami manusia tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut tetapi sangat penting untuk pengaturan metabolisme tubuh (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Besarnya manfaat buah-buahan dan sayuran segar sebagai sumber vitamin dan mineral telah banyak diketahui. Bahkan, serat kasarnya yang sama sekali tidak mengandung zat gizi sedikitpun ternyata sudah terbukti sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga zat-zat racun yang membahayakn kesehatan dapat langsung keluar dari tubuh. Dengan demikian, hanya kulit yang keras dan biji kerasnya saja yang tidak banyak diketahui manfaatnya karena belum banyak penelitian kearah itu (Wirakusumah, 2000).

Buah kiwi adalah sumber yang kaya antioksidan, fitonutrisi dan flavonoid yang membuatnya sangat bermanfaat untuk melindungi dari penyakit kanker. Mengandung vitamin C dalam jumlah tinggi yang dapat melindungi dari radikal bebas. Flavonoid adalah senyawa antioksidan yang melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C. Antioksidan ini dapat juga ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah (Astawan dan Kasih, 2008).

Warna hijau pada buah kiwi hijau disebabkan oleh kadar klorofil yang tetap tidak berubah pada proses pematangan buah. Klorofil mempunyai aktivitas biologis yaitu sebagai antioksidan antikanker. Selain itu, klorofil juga kaya akan zat anti peradangan, antibakteri, antiparasit. Warna kuning pada buah kiwi memiliki kandungan senyawa antioksidan yang jauh lebih tinggi dibanding kiwi hijau. Vitamin C, A, dan E telah diketahui peranannya sebagai antioksidan untuk


(18)

3

menangkal serangan radikal bebas, penyebab penuaan sel dan pemicu timbulnya berbagai penyakit (Astawan dan Kasih, 2008).

Xanthophyll adalah pigmen pemberi warna kuning. Pigmen ini

mempunyai kemampuan antioksidan pemecah rantai peroksidase dari membrane fosfolipid. Lutein adanya senyawa yang merupakan komponen utama Xanthophyl

yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, senyawa ini mudah larut dalam air dibandingkan beta-karoten. Kemudahan larut dalam air tersebut disebabkan oleh kandungan hidroksil yang lebih banyak pada lutein sehingga bersifat lebih polar dibandingkan beta-karoten. Lutein dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya mencegah kerusakan DNA (Ramayulis, 2014).

Vitamin C juga dikenal sebagai asam askorbat. Asam ini dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar termasuk buah kiwi. Oleh karena itu sering disebut

Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa metode seperti titrasi iodimetri (Andarwulan dan Koswara, 1992; Ditjen POM, 1995), titrasi 2,6-diklorofenol indofenol (Andarwulan dan Koswara, 1992; AOAC, 2002; Ditjen POM, 1995) dan secara spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menetapkan kadar vitamin C dalam bagian daging buah kiwi hijau dan buah kiwi emas serta dalam campuran daging dan kulit buahnya. Kedua buah tersebut diperoleh dari Swalayan Brastagi di Kota Medan, yang berasal dari Selandia Baru (New


(19)

4

Zealand). Dalam Penelitian ini digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol, karena selain larutan ini lebih selektif terhadap vitamin C juga merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan (Andarwulan dan Koswara, 1992).

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah kadar vitamin C yang terdapat dalam daging buah kiwi emas dengan pigmen warna kuning keemasan lebih tinggi daripada daging kiwi hijau yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

b. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C yang terdapat pada kiwi hijau dan kiwi emas yang terdapat pada campuran kulit dan daging buah dan bagian daging buah saja, yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang lebih tinggi dalam daging buah kiwi emas dengan pigmen warna kuning keemasan daripada kiwi hijau yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

b. Ada perbedaan kadar vitamin C dari kiwi hijau dan kiwi emas yang terdapat pada campuran kulit dan daging buah dan bagian daging buah saja, yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk menentukan kadar vitamin C pada kiwi hijau bagian daging buah, kiwi hijau campuran daging dan kulit buah, kiwi emas bagian


(20)

5

daging buah dan kiwi emas bagian daging dan kulit buah, yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar vitamin C kiwi hijau dan kiwi emas, yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang kadar vitamin C dari kiwi hijau dan kiwi emas, yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan.


(21)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kiwi (Actinidia deliciosa)

Menurut Liang dan Ferguson (2010), secara botanis tanaman kiwi hijau dan kiwi emas diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan (Kingdom): Plantae

Divisi(Division) : Magnoliophyta Kelas(Class) : Magnoliopsida Bangsa (Ordo) : Ericales

Famili (Family) : Actinidiaceae Marga(Genus) : Actinidia

Jenis (Species) : Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson

2.2. Asal usul buah kiwi

Tanaman kiwi tumbuh liar di lembah sungai Yang-Tze, Cina, sejak tahun 1600-an. Di negara asalnya, buah bernama latin Actinidia deliciosa ini dikenal dengan nama yang tao

Sejak tahun 1904 benih kiwi dibawa dari Cina ke Selandia Baru untuk mulai ditanam di dataran Selandia Baru. Orang Selandia Baru menganggap buah yang disebut yang tao di China itu memiliki cita rasa gooseberry, meskipun tidak berhubungan keluarga Grossulariaceae (gooseberry). Baru sekitar tahun 1959

. Nama ’yang tao’ diberikan oleh seorang kaisar dari Dinasti Khan yang menganggap buah berdaging hijau itu memiliki cita rasa tinggi (Anonimb, 2010).


(22)

7

buah tersebut diberi nama ’buah kiwi’ setelah penetapan burung kiwi sebagai simbol Selandia Baru. Buah kiwi ini sangat populer dengan prajurit Amerika yang ditempatkan di Selandia Baru selama Perang Dunia II, sejak saat itu buah kiwi menjadi populer di seluruh dunia (Anonimb, 2010).

2.3.Morfologi tanaman kiwi

1. Buah

Kultivar kiwi umumnya berbentuk oval, dengan ukuran telur ayam (panjang 5-8 cm dan diameter 4,5-5,5 cm). Kulit berwarna hijau gelap kecoklatan dengan daging buah warna hijau terang atau kuning emas dan barisan biji berwarna hitam kecil yang bisa dimakan. Buah ini teksturnya lembut dan beraroma unik. Kiwi hijau lebih berbulu kulitnya, dengan rasa lebih segar dan lebih tajam, sedangkan kiwi kuning kulitnya lebih mulus dan cita rasa manis buah tropis (Anonimb, 2010).

2. Daun

Daun tanaman ini berbentuk oval hampir melingkar, berukuran besar, permukaannya kasar, panjangnya sekitar 7,5 – 12,5 cm. Saat daun masih muda dilapisi dengan bulu halus berwarna merah, setelah daun dewasa berwarna hijau gelap dan berbulu halus pada permukaan atas berwarna putih (Shastri, et.al, 2012).

3. Bunga

Bunganya berwarna putih kekuningan, harum, memiliki 5-6 kelopak, luas bunga 2,5-5 cm, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada tanaman yang berbeda dan keduanya harus ditanam berdekatan untuk mengatur penyerbukan


(23)

8

oleh angin. Lebah dapat juga digunakan untuk membantu penyerbukan (Shastri, et.al, 2012).

2.4 Ekologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kiwi 2.4.1. Iklim

Di Selandia Baru buah kiwi biasa tumbuh secara alami di ketinggian antara 2.000 dan 6.500 kaki (600-2.000 m) dengan curah hujan yang lebat dengan salju dan es yang berlimpah di musim dingin. Dalam musim dingin, buah kiwi dapat hidup di suhu minimum dari 4,44°C-5,56°C dan suhu maksimum 13,89°C-15,56°C; sedangkan pada musim panas, suhu rata-rata minimum adalah 13,33-13,89 dan suhu maksimum 23,89°C–25°C (Morton,1987).

2.4.2. Tanah dan Media

Buah kiwi tumbuh baik pada tanah aluvial dan menghasilkan buah yang lebih baik pada tanah liat dan tanah lumpur lempung daripada liat pasir. Tanah harus memiliki pengairan (drainase) yang baik (Morton, 1987).

2.4.3. Kelembaban

Kekeringan akan menyebabkan daun terkulai, tepi daun berwarna coklat dan juga pada bagian pemotongan bahkan bagian lainnya. Daun hangus berwarna coklat disebabkan oleh kekeringan atau pengeringan angin, maka diperlukan banyak air untuk menjaga kelembaban selama musim tanam, kelembaban relatif 76-78% (Morton, 1987).

2.4.4. Penyerbukan

Tanaman kiwi terdiri dari tanaman jantan dan betina. Hanya tanaman betina yang menghasilkan buah. Bunga buah kiwi agak sulit untuk melakukan


(24)

9

penyerbukan karena bunganya tidak begitu menarik bagi lebah dikebun buah kiwi sehingga lebah terpaksa melakukan polinasi (Ide, 2010).

Tanaman buah kiwi seperti tanaman anggur yang membutuhkan banyak ruang. Tanaman ini harus ditanam 3 – 4,5 m terpisah. Tanaman mulai menghasilkan buah tiga sampai empat tahun selama penanaman. Salah satu tanaman jantan bisa menyerbuki hingga delapan tanaman betina dan harus diletakkan 60 cm dari salah satu tanaman betina (Shastri, et.al, 2012).

2.5.Kandungan buah kiwi

Keistimewaan kiwi sebagai buah yang diutamakan dalam proses detoksifikasi adalah kandungan enzim aktinidinnya, yaitu suatu enzim protease yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis. Aktinida mempunyai kemampuan untuk memecah protein menjadi asam amino sehingga protein menjadi lebih mudah untuk diserap sehingga bisa memberikan manfaat maksimal. Asam amino sangat dibutuhkan tubuh dan tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain, yaitu sebagai bahan dasar pembentukan berbagai hormon dan enzim yang berperan dalam proses detoksifikasi (Ramayulis, 2014).

Vitamin C adalah vitamin larut air yang mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Angka kecukupan vitamin C sehari adalah 75 mg untuk wanita usia 16 tahun ke atas dan 90 mg untuk pria 16 tahun ke atas (Almatsier, 2009).

Kandungan vitamin C buah kiwi 17 kali lebih banyak dibanding buah apel, dua kali lebih banyak dibanding jeruk dan lemon. Hal inilah yang menyebabkan kiwi memiliki antioksidan yang kuat. Vitamin C membantu tubuh memproduksi


(25)

10

pendetoks glutation yang menyebabkan kadar glutation dapat meningkat sampai 50% bila buah kiwi dikonsumsi dalam 2 minggu. Kandungan Glikemik yang rendah serta kandungan serat yang tinggi dalam buah kiwi sangat baik untuk mencegah meningkatnya kadar gula darah sehingga sangat baik untuk penderita diabetes. Buah ini juga mengandung actinidin sebagai enzim alami yang dapat mengatasi sembelit, asam askorbin-nya berfungsi melindungi tubuh dari demam dan nyeri persendian (Anonimb, 2010).

Kapasitas antioksidan terhadap senyawa radikal bebas buah kiwi menempati posisi ketiga setelah jeruk dan anggur merah. Perbandingan nutrisi kiwi dan buah yang lain ( per 100 gram) dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 1. Perbandingan nutrisi kiwi dan buah yang lain ( per 100 gram)

Kiwi hijau

Kiwi emas

Apel Pisang Pir Anggur Jeruk

Energi (Kj) 306 226,6 199 403 169 257 158

Protein (g) 1 1,3 0,4 1,2 0,3 0,4 1,1

Karbohidrat (g) 15 11,3 11,8 23,2 10 15,4 8,5

Glukosa (g) 3,5 5,2 1,7 4,8 2,3 7,6 2,2

Serat (g) 3,4 1,4 1,8 1,1 2,2 0,7 1,7

Vitamin C (mg) 100 108,9 6 11 6 3 54

Vitamin E (mg) 1,1 2,2 0,6 0,27 0,5 - 0,24

Folat (µg) 30 11 1 14 2 2 31

Kalium (potasium) (mg) 231 230 120 400 150 210 150

Kalsium (mg) 26 21,4 4 6 11 13 47

Zat besi (mg) 0,4 0,4 0,1 0,3 0,2 0,3 0,1

Zinc (seng) (mg) 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2

Indeks glikemik (µg/g) 39 48 28-44 46-70 33-42 43-59 31-51 Sumber: Anonimb (2010).


(26)

11

Berdasarkan tabel tersebut bisa diketahui kalau buah kiwi lebih kaya nutrisi dibanding buah-buah lainnya, bahkan buah ini memiliki nutrisi paling banyak. Hal ini berarti, kita akan mendapatkan vitamin dan mineral lebih banyak per gramnya maupun perkalorinya (Anonimb,2010).

Berdasarkah hasil penelitian ilmiah, buah impor ini terbukti berkhasiat untuk kesehatan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dr. Paul La Chence yang dipublikasikan oleh Journal of the American College of Nutrition. Hasil penelitianya menujukkan bahwa kiwi merupakan buah yang kepadatan nutrisinya paling tinggi dibandingkan buah-buahan lain. Ini menunjukan bahwa kiwi mengandung kepadatan nutrisi terbaik dibandingkan buah lainnya. Di dalam kiwi terkandung asam amino arginin dan glutamate. Arginin bersifat vasodilator atau penurun tekanan darah dan membantu meningkatkan aliran darah. Asam amino ini juga terbukti mampu mengobati gejala impotensi ringan (Anonimb, 2010).

Warna hijau pada buah kiwi disebabkan oleh kadar pigmen klorofil yang tetap tidak berubah pada proses pematangan buah kiwi. Klorofil mempunyai aktivitas biologis yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Selain itu, klorofil juga kaya akan zat anti peradangan, antibakteri, antiparasit (Astawan dan Kasih, 2008).

Keistimewaan kiwi sebagai buah yang diutamakan dalam proses detoksifikasi adalah kandungan aktinidinnya, yaitu suatu enzim protease yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis. Aktinida mempunyai kemampuan untuk memecah protein menjadi asam amino sehingga protein menjadi lebih mudah untuk diserap dan bisa


(27)

12

memberikan manfaat yang maksimal. Asam amino sangat dibutuhkan tubuh sebagai bahan dasar pembentukan berbagai hormon dan enzim termasuk enzim yang berperan dalam detoksifikasi (Ramayulis, 2014).

Kandungan mineral yang ada dalam buah kiwi antara lain kalium (potasium), magnesium, kalsium, tembaga, seng, mangan, dan fosfor. Kandungan kalium 5,4 mg/kalori lebih tinggi dibanding pisang. Mineral kalium berperan penting dalam menjaga fungsi otot dan gerak refleks sistem saraf. Kalium juga menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Selain itu, mineral magnesium dalam buah kiwi termasuk yang tertinggi dari 27 jenis buah yang umum dikonsumsi. Rendahnya konsumsi magnesium dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit jantung (Anonimb, 2010).

2.6. Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin sebelum diserap tubuh terbentuk sebagai provitamin atau vitamin yang belum aktif. Provitamin tersebut lalu dilarutkan oleh lemak atau air untuk diubah menjadi vitamin yang lebih mudah diserap tubuh (Winarno, 1984).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang dapat larut


(28)

13

dalam lemak adalah vitamin A, D, E, K. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan (Sudarmadji, dkk, 1989).

2.6.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat adalah senyawa yang mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Senyawa ini dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-1920C. Bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Vitamin C mudah larut dalam air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzen, eter, kloroform, dan minyak. Tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam dan cahaya (Andarwulan dan Koswara, 1992). Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada gambar di bawah ini,

C O

C

C C

O

HO HO

H

C H

O H

CH2OH

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C (Ditjen POM, 1995)

Vitamin C sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam


(29)

14

diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Reaksi perubahan vitamin C dapat dilihat pada reaksi berikut, C C HO C HO C H CHOH

CH2OH O O C C O C O C H CHOH

CH2OH O O COOH C C CHOH CHOH

CH2OH O

O

COOH

COOH 3

Asam askorbat Asam Dehidro Askorbat Asam diketogulonat Asam Oksalat

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 2006).

Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Oleh karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

2.6.2. Fungsi Vitamin C

Salah satu fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Vitamin ini bertindak sebagai ko-enzim atau ko-faktor pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun sebagai zat reduktor. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh sehingga dapat mengakibatkan pendarahan (Tjokronegoro, 1985).

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak terlalu menunjukkan efek samping yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat. Efek samping penggunaan vitamin


(30)

15

C sebelum makan adalah rasa nyeri pada epigastrum (Gilman dan Hardman, 2006).

Vitamin C berfungsi sebagai antiskorbut, karena vitamin ini dapat mengobati sariawan atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit tersebut adalah terjadinya penurunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya adalah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, luka lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi berulang (Winarno, 1984).

Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar (Winarno, 1984).

Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg. Oleh karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain adanya asap-asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006).

Vitamin C dapat mencegah kanker melalui berbagai mekanisme, melalui inhibisi oksidasi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) dan mekanisme kemoproteksi terhadap senyawa mutagenik seperti nitrosamin (terbentuk melalui reaksi antara nitrit atau nitrat) serta vitamin ini juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus (Silalahi, 2006).


(31)

16

2.7. Metode Penetapan Kadar Vitamin C

Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu: a. Metode Titrasi Iodimetri

Menurut Andarwulan dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Reaksi antara vitamin C dan iodin dapat dilihat pada reaksi dibawah ini,

C C HO C HO C H C CH2OH

O

O

H HO

+ I2

C C O C O C H C CH2OH

O

O

H HO

+ 2HI

Asam askorbat Asam dehidroaskorbat

Gambar 2. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Gandjar dan Rohman, 2007). Iodium akan mengoksidasi asam askorbat menjadi dehidro asam askorbat. Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Metode Titrasi 2,6-diklorofenol indofenol

Titrasi vitamin C dengan 2,6-diklorofenol indofenol, akan terjadi reaksi reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam (Sudarmadji, 1989). Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi


(32)

2,6-17

diklorofenol indofenol maka kelebihan satu tetes larutan 2,6-diklorofenol indofenol saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji, dkk, 1989).

Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan dan Koswara, 1992; Counsell dan Hornig, 1981).

Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Penetapan kadar vitamin C dengan metode 2,6 diklorofenol indofenol lebih baik dibandingkan dengan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1992). Reaksi asam askorbat dengan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dilihat pada reaksi berikut,

O Cl Cl N OH + C C HO C HO C H C

CH2OH

O O H HO OH Cl Cl N OH H + C C O C O C H C

CH2OH

O

O

H HO

2,6-diklorofenol indofenol Asam askorbat 2,6-diklorofenol indofenol dehidro asam askorbat (biru) (merah muda)


(33)

18

Gambar 3. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol (Sudarmadji, dkk, 1989).

c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, pada panjang gelombang maksimum 265 nm. Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat dari vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan dan Koswara, 1992).

2.8. Analisis Uji Perolehan Kembali

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Kecermatan (Recovery) ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (Spiked – placebo recovery) dan metode penambahan baku (Standard addition

method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke

dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar analit sebenarnya). Dalam metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dalam konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan


(34)

19

kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), Rumus perhitungan persen Recovery adalah sebagai berikut:

% Recovery = B – A C

X 100 % Keterangan:

A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C (mg/100 g) B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C (mg/100 g) C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan (mg/100 g)

2.9. Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), Rumus perhitungan persen RSD adalah sebagai berikut: % RSD = ×

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi


(35)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian percobaan laboratorium

(eksperimental laboratory) yang bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas secara volumetri dengan menggunakan larutan pentiter 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2013 – Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany), pisau, blender (National), kertas saring, statif dan klem, pipet ukur 10 ml, pipet volum 1 ml, 2 ml, dan 5 ml, botol timbang, dan alat-alat gelas laboratorium.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuadest, bahan yang berkualitas pro analisis dari E. Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-diklorofenol indofenol 99% b/b, asam metafosfat 99% b/b, asam asetat glasial 96%, natrium bikarbonat 99% b/b, feri klorida 99%, perak nitrat 99,8% b/b, dan natrium hidroksida 99% b/b, NH4OH 28% v/v, akuadest dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope Indonesia (sertifikat bahan baku pembanding dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 38).


(36)

21

3.3. Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel purposif yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan tujuan (purpose) penelitian. Pengambilan sampel dengan cara ini, tanpa membandingkannya dengan tumbuhan yang sama pada tempat lain.

Buah kiwi (Actinidia deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kiwi hiijau dan kiwi emas yang diperoleh dari Brastagi Swalayan Medan, yang berasal dari Selandia Baru.

3.4 Prosedur penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut:

1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% b/v

Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol 98% b/b yang telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO3 0,084% b/v, kocok kuat, tambahkan aquadest hingga 200 ml, kemudian disaring. Simpan dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat setiap digunakan dibuat larutan baru. 2. Larutan asam metafosfat-asetat 3% b/v

Dilarutkan 15 g asam metafosfat 99% b/b dalam 40 ml asam asetat glasial 96% dan encerkan dengan aquadest secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan natrium bikarbonat 0,084% b/v


(37)

22 4. Larutan feri klorida 3% b/v

Dilarutkan 3 g feri klorida 99% b/b dalam 100 ml aquadest. 5. Larutan perak nitrat 0,1 N

Dilarutkan 5 g AgNO3 99,8% b/b dalam 100 ml aquadest. 6. Larutan natrium hidroksida 2 N

Dilarutkan 8,002 g natrium hidroksida 99% b/b dalam 100 ml aquadest. 7. Larutan ammonium hidroksida 1 N

Diencerkan 7,4 ml ammonium hidroksida 25% v/v dalam 100 ml aquadest. 8. Larutan perak amoniakal

Dicampur sama banyak larutan perak nitrat dan larutan natrium hidroksida dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan ammonium hidroksida setetes demi setetes sampai endapan yang terbentuk larut kembali (Feigl, 1960).

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat 3% b/v, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 3% b/v sebanyak 6 ml, kemudian titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% b/v hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat 3% b/v dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% b/v hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat (Ditjen POM, 1995).


(38)

23

Menurut Ditjen POM (1995), Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus:

Kesetaraan (mg)

) (

%

Vb Vt V

kadar W

Va

L× −

× × =

Keterangan: Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) VL = Volume labu tentukur (ml)

Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 43.

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel 3.4.3.1 Buah kiwi bagian daging

Sampel dibersihkan, dikupas sampel dan dibuang kulitnya, ditimbang daging buah sekitar 100 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahan 20 ml larutan asam metafosfat-asetat lalu diblender, ditimbang seksama 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat 3% b/v sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang + 3 ml.

3.4.3.2 Buah kiwi campuran daging dan kulit

Sampel dibersihkan, sampel tidak dikupas kulitnya, ditimbang daging dan kulit buah sekitar 100 g lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahkan 20 ml larutan asam metafosfat-asetat lalu diblender, ditimbang seksama 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat 3% b/v


(39)

24

sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang + 3 ml.

3.4.4 Uji Kualitatif Vitamin C dari larutan sampel buah kiwi

- Larutan FeCl3

Dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, dinetralkan sampai pH 6-8 dengan penambahan NH4OH 1N, lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl3 3% b/v, akan terbentuk warna ungu (Auterhoff dan Kovar, 1981). - Daya reduksi dengan perak amoniakal

Dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi perak amoniakal, bila perlu panaskan dalam penangas air, akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung (Auterhoff dan Kovar, 1981).

3.4.5 Penetapan Kadar Vitamin C dari larutan sampel buah kiwi

Dipipet 4 ml larutan sampel lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat 3% b/v. Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).

Menurut Horwitz (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Kadar vitamin C (mg/g) =

Bs Vp Vb Vt

× ×

− ) Kesetaraan x VL (

Keterangan:

Vt : Volume titrasi (ml) Vb : Volume blanko (ml) VL : Volume labu tentukur (ml) Vp : Volume pemipetan (ml) Bs : Berat sampel (g)


(40)

25

3.4.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Ukuran ini dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,2 mg dengan cara sebanyak 22 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam-metafosfat asetat 3% b/v sampai garis tanda (konsentrasi 0,22 mg/ml), lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.

Menurut Harmita (2004), Rumus perhitungan persen recovery adalah sebagai berikut:

% Recovery =

B−A

C

X 100%

Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku (mg/100 g) B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku (mg/100 g) C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan (mg/100 g)

Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat pada


(41)

26

3.5. Analisis Data Secara Statistik 3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan dengan hasil yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang. Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistik dengan uji Q. Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Gandjar dan Rohman, 2007).

Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus: Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

(Nilai tertinggi – Nilai terendah)

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 2, apabila Qhitung > Qkritis maka data tersebut ditolak (Gandjar dan Rohman, 2007).

Tabel 2. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak Data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524


(42)

27

Menurut Wibisono (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

μ = X ± t (½α, dk) SD/√n Keterangan

µ = Interval kepercayaan (mg/100 g) X = Kadar rata-rata sampel (mg/100 g) t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α = Tingkat kepercayaan

SD = Standar deviasi

n = Jumlah perlakuan

Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 47.

3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), Rumus perhitungan persen RSD adalah sebagai berikut:

% RSD = ×

X SD

100% Keterangan: SD = standar deviasi


(43)

28

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada

Lampiran 12, halaman 53.

3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.


(44)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi sampel buah yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah berasal dari tumbuhan buah kiwi hijau dan kiwi emas. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 37.

4.2 Uji Kualitatif

Analisa kualitatif dilakukan sebagai analisa pendahuluan untuk mengetahui adanya vitamin C dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel kiwi dapat dilihat pada tabel berikut:.

Tabel 3. Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel buah kiwi. Vitamin yang

dianalisis

Cara Hasil Keterangan

Vitamin C Dengan FeCl3 Ungu +

Test daya reduksi dengan Perak Amoniakal

Cermin Perak + Keterangan:

+ = Mengandung vitamin C

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa uji kualitatif vitamin C terhadap buah kiwi, positif mengandung vitamin C yang dapat dilihat dengan terjadinya warna ungu dengan cara penambahan FeCl3, dan terbentuknya cermin perak pada test daya reduksi.


(45)

30

4.3 Penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi

Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan larutan pentiter 2,6-diklorofenol indofenol. Diagram batang hasil penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

92,95 121,17 108,65 134,18 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Ka da r ( Mg /100 g) Sampel

Diagram Batang Hasil Penetapan Kadar Vitamin C (mg/100g)

Kiwi hijau pada bagian daging buah Kiwi emas pada bagian daging buah Kiwi hijau pada campuran daging dan kulit buah Kiwi emas pada campuran daging dan kulit buah

Gambar 4.Diagram Batang Perbandingan Kadar Vitamin C dari Buah Kiwi Data hasil penetapan kadar vitamin C dari kiwi hijau bagian daging, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit, kiwi emas bagian daging dan kiwi emas pada campuran daging dan kulit, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas

No Sampel Kadar Vitamin C

(mg/100 g) 1 Kiwi hijau pada bagian daging buah 92,95 2 Kiwi emas pada bagian daging buah 121,17 3 Kiwi hijau pada campuran daging dan

kulit buah

108,65 4 Kiwi emas pada campuran daging dan

kulit buah

134,18

Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai rata-rata antar buah kiwi, menggunaan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk


(46)

31

mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan

software SPSS, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Uji F kadar vitamin C buah dari buah kiwi hijau dan kiwi emas Jumlah

Kuadrat

Df Rata-rata Kuadrat

F Sig.

Antar Kelompok

5580,844 3 1860,281 8645,36 7

.000 Dalam

Kelompok

4,304 20 .215

Total 5585,148 23

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan statistik diperoleh Fhitung sebesar 8645,367 dan Ftabel sebesar 3,09 dimana Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C antara buah kiwi hijau dan kiwi emas berbeda secara statistik karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.

Tabel 6. Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari buah kiwi hijau dan kiwi emas

Duncan

Jenis Sampel N kepercayaan = 0,05

1 2 3 4

Kiwi hijau pada bagian daging buah

6 92,9583 Kiwi emas pada bagian

daging buah

6 108,6583

Kiwi hijau pada campuran daging dan kulit buah

6 121,1783

Kiwi emas pada campuran daging dan kulit buah

6 134,1883

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Tabel diatas bertujuan untuk mencari atau menguji kelompok mana yang memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan


(47)

32

kelompok lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara kiwi hijau pada bagian daging, kiwi emas pada bagian daging, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit dan kiwi emas pada campuran daging dan kulit. bahwa hasil penelitian yang signifikan (meyakinkan) adanya perbedaan (korelasi).

Menurut Counsell dan Hornig (1981), kadar vitamin C tersebar dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan yang terakhir adalah tempat tumbuh.

Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin tertentu (tergantung cara pengolahannya). Pada umumnya, diinginkan suatu pengolahan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Disamping proses pengolahan, kondisi-kondisi sebelum pengolahan yang dilakukan dapat mempengaruhi kandungan zat-zat gizi (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Proses pengolahan seperti pemotongan dan lamanya waktu pengolahan dapat mempengaruhi kadar vitamin C dalam bahan pangan seperti buah-buahan. Pada penetapan kadar vitamin C dari buah kiwi, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap pengolahan seperti pemotongan dan penggilingan (blender) sehingga dapat mengalami penurunan kadar vitamin C dari buah kiwi sehingga diperlukan penambahan asam metafosfat-asetat saat pemblenderan untuk mencegah terjadinya oksidasi.


(48)

33

4.4. Uji Perolehan Kembali

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari kiwi emas pada campuran daging dan kulit, dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Hasil uji perolehan kembali (Recovery) No. Penambahan

VitaminC (mg)

Berat Sampel

(mg)

Perolehan Kembali

(%)

1. 2,2 10,0242 104,92

2. 2,2 10,0146 101,64

3. 2,2 10,0254 104,83

4. 2,2 10,0280 102,64

5. 2,2 10,0320 96,44

6. 2,2 10,0420 99,77

Rata-rata (% Recovery) 101,71

Standard Deviation (SD) 0,71

Relative Standard Deviation (RSD) (%) 0,45

Pada kiwi emas campuran daging dan kulit diperoleh persen recovery rata-rata adalah 101,71. Kisaran rata-rata-rata-rata hasil uji perolehan kembali yang diizinkan untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam sampel yang diperiksa adalah 90%-107%, sedangkan persen RSD kiwi hijau bagian daging adalah 0,45%. Kisaran yang diizinkan adalah tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004). Dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan presisi metode analisis yang dilakukan cukup tinggi.


(49)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Pada buah kiwi hijau bagian daging memiliki kadar vitamin C sebanyak 92,95 mg/100 g, kiwi emas pada bagian daging memiliki kadar vitamin c sebanyak 121,17 mg/100 g, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit memiliki kadar vitamin c sebanyak 108,65 mg/100 g, dan kiwi emas pada campuran daging dan kulit memiliki kadar vitamin c sebanyak 134,18 mg/100 g. Dari hasil ini, terbukti bahwa kiwi emas pada campuran daging dan kulit memiliki kadar vitamin C tertinggi disebabkan ada kulit buah yang mengandung vitamin C yang lebih tinggi dari daging buahnya saja.

b. Adanya perbedaan yang signifikan kadar vitamin C pada buah kiwi antara kiwi hijau pada bagian daging, kiwi emas pada bagian daging, kiwi hijau pada campuran daging dan kulit dan kiwi emas pada campuran daging dan kulit.

5.2. Saran

a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menetapkan kadar vitamin C dari perbedaan warna seperti jingga, merah, dan putih dalam daging buah spesies yang lain.

b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menetapkan kadar vitamin lain yang terkandung pada buah kiwi seperti vitamin A.


(50)

35

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 22-24.

Anonima. (2010). Kiwi, The Superfruit. Diakses Tanggal: 17 Juni 2010. health.kompas.com/read/2010/06/17/14430678/Kiwi.The.Super.Fruit

Anonimb. (2010). Health Secret of Kiwifruit. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 8-9, 11, 21.

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 1, 32-33.

Astawan, M., dan Kasih, A. L. (2008). Khasiat warna-warni Makanan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 31-32.

Autherhoff, H., dan Kovar, K.A. (1981). Identifizierung Von Arzeistoffen. Diterjemahkan oleh Sugiarso, N.C. (2002). Identifikasi Obat. Bandung: Terbitan Kelima, Penerbit ITB. Hal. 94.

Budiyanto, M.A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press. Hal. 52.

Counsell, J.N., dan Hornig, D.H (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publisher. Hal. 124.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1133, 1181, 1183, 1191, 1216, 1218.

Feigl, F. (1960). Spot Test in Organic Analysis. Edisi Keenam. Japan: Elsevier Publishing Company. Hal. 130.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 22.

Gilman, A.G., Hardman, J.G., Limbird L.E. (2006). Dasar Farmakologi Terapi. Penerjemah: Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Edisi X. Jakarta: EGC. Hal. 1735.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 118-119, 121-123.

Horwitz, W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official

Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland USA: AOAC


(51)

36

Indah, S.Y. dan Supriyanto, B. (2013). Keajaiban Kulit Buah. Surabaya: Tibbun Media. Hal. 64.

Liang, C.F., Ferguson, A.R. (2010). http://en.wikipedia.org/kiwifruit. Diakses tanggal: 29 Maret 2010.

Morton, J.F. (1987). Kiwifruit. In Fruits of Warm Climates. Miami, Florida: Julia F. Morton Publisher. Hal. 293-295.

Ramayulis, R. (2014). Detox is Easy. Jakarta: Penebar Swadaya Grup. Hal. 37-38. Shastri, K.V., Bhatia, V., Parikh, P.R., dan Chapkear, V.N. (2012). Actinidia

Deliciosa: A Review. Available Online On www.ijpsr.com. 3(10):

3544-3545.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 52-53.

Sjaifullah. (1996). Petunjuk Memilih Buah Segar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 6.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Hal. 160, 166.

Tjokronegoro, A. (1985). Vitamin C dan Penggunaannya Dewasa Ini. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 3.

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399, 451-452.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 119, 132-133.

Wirakusumah, E.S. (2000). Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 3.


(52)

37


(53)

38


(54)

39

Lampiran 3. Gambar

Gambar 5. Buah kiwi hijau Gambar 6. Bagian dalam kiwi hijau


(55)

40

Gambar 9. Kiwi hijau yang diblender Gambar 10. Kiwi emas yang diblender

Gambar 11. Alat Mikroburet dengan Gambar 12. Tanaman Kiwi


(56)

41

Lampiran 4. Flowsheet

A. Buah kiwi bagian Daging

Dibersihkan

Dipisahkan bagian kulit, bagian daging dan bagian biji

Ditimbang sekitar 100 g Dipotong kecil-kecil

Ditambahkan 20 ml asam metafosfat-asetat

Diblender

Ditimbang seksama 10 g

Dimasukkan ke labu tentukur 100 ml Ditambahkan asam metafosfat asetat sampai garis tanda

Dihomogenkan Disaring

Dipipet 4 ml

Dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu mantap

Buah kiwi

Buah kiwi bagian daging

Filtrat


(57)

42 B. Buah kiwi campuran daging dan kulit

Dibersihkan

Dibelah dan dibuang bijinya

Ditimbang sekitar 100 g Dipotong kecil-kecil

Ditambahkan 20 ml asam metafosfat- asetat

Diblender

Ditimbang seksama 10 g

Dimasukkan ke labu tentukur 100 ml Ditambahkan asam metafosfat asetat sampai garis tanda

Dihomogenkan Disaring

Dipipet 4 ml

Dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu mantap

Buah kiwi

Buah kiwi bagian daging beserta kulitnya

Filtrat


(58)

43

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Vitamin C dengan Larutan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol Berat Vitamin C (mg) Volume Aliquot (ml)

Volume Larutan

2,6-Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)

Kesetaraan Vitamin C dalam

Larutan 2,6-Diklorofenol

Indofenol (mg/ml)

V1 V2 V3

V

50,3 1 2,620 2,640 2,640 2,63 0,02 0,1925 50,4 1 2,860 2,860 2,880 2,84 0,02 0,1767 50,6 1 2,960 2,960 3,000 2,97 0,02 0,1714 Data yang diatas diperoleh dari cara perhitungan kesetaraan sebagai berikut: Kesetaraan (mg vitamin C / ml) =

) ( % Vb Vt V kadar W Va

L× −

× × Keterangan:

Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) VL = Volume labu tentukur (ml) Vt = Volume titrasi (ml)

Vb = Volume blanko (ml) Contoh perhitungan kesetaraan: a) Berat vitamin C = 50,3 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,63 ml

1 ml x 50,3 mg x

100 90 , 99

K1 = = 0,1925 mg vitamin C / ml 100 x (2,63 ml – 0,02 ml)

b) Berat vitamin C = 50,4 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,87 ml

1 ml x 50,4 mg x

100 90 , 99

K2 = = 0,1767 mg vitamin C / ml 100 x (2,87 ml – 0,02 ml)


(59)

44 c) Berat vitamin C = 50,6 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,97 ml

1 ml x 50,6 mg x

100 90 , 99

K3 = = 0,1714 mg vitamin C / ml 100 ml x (2,97 ml – 0,02 ml)

Harga rata-rata dan deviasi

K1 + K2 0,1925 + 0,1767

Kr1 = = = 0,1846 mg vitamin C / ml 2 2

K2 – Kr1

d1 = x 100% Kr1

0,1767 – 0,1846

= x 100% = 4,2795 % 0,1846

K1 + K3 0,1925 + 0,1714

Kr2 = = = 0,1820 mg vitamin C/ ml

2 2

K1 – Kr2

d2 = x 100% Kr2

0,1925 – 0,1820

= x 100% = 5,7692 % 0,1820

K2 + K3 0,1767 + 0,1714

Kr3 = = = 0,7141 mg vitamin C / ml

2 2

K2 – Kr3

d3 = x 100% Kr3

0,1767 – 0,1741

= x 100% = 1,4934 % 0,1741


(60)

45

Kesetaraan vitamin C dengan harga d terkecil adalah d = 1,4934 %, maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml 2,6-diklorofenol indofenol setara dengan 0,1741 mg vitamin C.

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x VL

Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs Keterangan:

Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) VL = Volume labu tentukur (ml) Vp = Volume pemipetan (ml) Bs = Berat sampel (g)

Contoh penetapan kadar vitamin C pada buah kiwi hijau bagian daging: Volume titrasi = 2,16 ml

Kesetaraan = 0,1741 mg vitamin C Volume labu tentukur = 100 ml

Volume pemipetan = 4 ml Berat sampel = 10,0143 g Volume blanko = 0,02 ml

(Vt – Vb) x Kesetaraan x 100

Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs

(2,16 ml – 0,02 ml) x 0,1741 mg/ml x 100 ml =

4 ml x 10,0143 g = 0,9301 mg/g


(61)

46

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis 1. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi hijau bagian daging

No. Berat Sampel (g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0143 10,0223 10,0243 10,0245 10,0233 10,0550 2,16 2,17 2,15 2,15 2,16 2,16 93,01 93,37 92,48 92,48 92,92 93,49 92,95

2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi emas bagian daging No. Berat Sampel

(g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0123 10,0091 10,0604 10,0212 10,0412 10,0132 2,82 2,80 2,80 2,82 2,81 2,82 121,71 120,88 120,27 121,59 120,93 121,69 121,17

3. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi hijau campuran daging dan kulit

No. Berat Sampel (g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0162 10,0174 10,0171 10,0092 10,0112 10,0120 2,52 2,51 2,51 2,53 2,53 2,52 108,63 108,18 108,19 109,14 109,12 108,69 108,65

4. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah kiwi emas campuran daging dan kulit

No. Berat Sampel (g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0234 10,0132 10,0120 10,0142 10,0148 10,0126 3,12 3,11 3,12 3,10 3,10 3,12 134,61 134,17 133,89 133,86 133,85 134,75 134,18


(62)

47

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis A. buah kiwi hijau bagian daging

No. Kadar (mg/100 g) (Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 93,01 93,37 92,48 92,48 92,92 93,49 0,06 0,42 - 0,47 - 0,47 - 0,03 0,54 0,0036 0,1764 0,2209 0,2209 0,0009 0,2916 ∑ Xi = 557,75

X = 92,95

∑ (Xi –X )2 = 0,9143

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Qhitung =

(Nilai tertinggi – Nilai terendah) 93,49 – 93,37

Qhitung = (93,49 – 92,48) = 01 , 1 12 , 0 = 0,1188

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 1 6 9143 , 0

− = 0,4276

Rata-rata kadar vitamin C Kiwi hijau pada bagian daging buah pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 92,95 ± 2,5706.

6 4276 , 0 = 92,95± 0,44 mg/100 g


(63)

48 No. Kadar (mg/100 g)

(Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1 2 3 4 5 6 121,71 120,88 120,27 121,59 120,93 121,69 0,54 - 0,29 - 0,90 0,42 - 0,24 0,52 0,0292 0,0841 0,8100 0,1764 0,0579 0,2704 ∑ Xi = 727,02

X = 121,17

∑ (Xi –X )2 = 1,6901

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Qhitung =

(Nilai tertinggi – Nilai terendah) 120,27– 120,88

Qhitung = (121,71 – 120,27) = 44 , 1 61 , 0 = 0,4236

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 1 6 6901 , 1

− = 0,5813

Rata-rata kadar vitamin C kiwi emas pada bagian daging buah pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 121,17 ± 2,5706.

6 5813 , 0 = 121,17 ± 0,61 mg/100 g


(64)

49 No. Kadar (mg/100 g)

(Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 108,63 108,18 108,19 109,14 109,12 108,69 -0,02 - 0,47 - 0,46 0,49 0,47 0,04 0,0004 0,2209 0,2116 0,2401 0,2209 0,0016 ∑ Xi = 651,19

X = 108,65

∑ (Xi –X )2 = 0,8955

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Qhitung =

(Nilai tertinggi – Nilai terendah) 109,14 – 109,12

Qhitung = (109,18 – 108,18) = 96 , 0 02 , 0 = 0,0208

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 1 6 8955 , 0

− = 0,4232

Rata-rata kadar vitamin C kiwi hijau pada campuran daging dan kulit buah pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 108,65 ± 2,5706.

6 4232 , 0 = 108,65 ± 0,44 mg/100 g


(65)

50 No. Kadar (mg/100 g)

(Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1 2 3 4 5 6 134,61 134,17 133,89 133,86 133,85 134,75 0,43 - 0,01 - 0,29 - 0,32 - 0,33 0,57 0,1849 0,0001 0,0841 0,1024 0,1089 0,3249 ∑ Xi = 805,08

X = 134,18

∑ (Xi –X )2 = 0,8053

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-5 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat Qhitung =

(Nilai tertinggi – Nilai terendah) 134,75 – 134,61

Qhitung = (134,75 – 133,85) = 9 , 0 14 , 0 = 0,1555

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 1 6 8053 , 0

− = 0,4013

Rata-rata kadar vitamin C kiwi hijau pada campuran daging dan kulit buah pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 134,18 ± 2,5706.

6 4013 , 0 = 134,18 ± 0,42 mg/100 g

Lampiran 9. Hasil analisis Statistik 1. Uji F


(66)

51 Jumlah

Kuadrat

Df Rata-Rata Kuadrat

F Sig.

Antar Kelompok

5580.844 3 1860.281 8645.367 .000 Dalam

Kelompok

4.304 20 .215

Total 5585.148 23

2. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C dari Kiwi hijau bagian daging, kiwi hijau campuran daging dan kulit, kiwi emas bagian daging, kiwi emas pada campuran daging dan kulit

Sampel N Kepercayaan = 0.05

1 2 3 4

Kiwi hijau bagian daging

6 92,9583 kiwi hijau pada

campuran daging dan kulit

6 108,6583

kulit emas bagian daging

6 121,1783

kulit emas pada campuran daging dan kulit

6 134,1883

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari kiwi emas pada campuran daging dan kulit

No. Penambahan Vitamin C (mg) Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kadar (mg/100g) % Recovery % Recovery Rata-rata 1 2 3 4 5 6 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 10,0242 10,0146 10,0254 10,0280 10,0320 10,0420 3,64 3,62 3,64 3,63 3,60 3,62 157,18 156,46 157,16 156,68 155,32 156,05 104,92 101,64 104,83 102,64 96,44 99,77 101,71


(1)

56

50 4.03432 3.182606 2.79001 2.557179 2.400412 2.286434 2.199201 2.129923 2.073349 2.026141 50

60 4.001194 3.150411 2.758078 2.525212 2.368267 2.254055 2.166541 2.096968 2.040096 1.992593 60

120 3.920121 3.071776 2.680167 2.447237 2.289852 2.175007 2.086772 2.016428 1.958764 1.910461 120

100,0 00

3.841549 2.995819 2.604999 2.372019 2.214186 2.098687 2.009685 1.938506 1.879979 1.830799 100,

000

0.05 see below for more

Degees of Freedom of the numerator df1

df2 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 df2

1 242.9806 243.9047 244.6905 245.3635 245.9492 246.4658 246.9169 247.3244 247.6881 248.0156 1

2 19.40498 19.41248 19.41885 19.42431 19.42908 19.43317 19.43704 19.44022 19.44318 19.44568 2

3 8.763323 8.744678 8.728648 8.714892 8.702841 8.692268 8.682889 8.674533 8.666973 8.660209 3

4 5.935817 5.911716 5.891138 5.873346 5.8578 5.844129 5.831964 5.821107 5.811359 5.802548 4

5 4.703963 4.677702 4.65522 4.63578 4.618755 4.603777 4.590447 4.578538 4.567823 4.558132 5

6 4.027441 3.999929 3.976368 3.955932 3.938055 3.922281 3.908269 3.895707 3.884409 3.874192 6


(2)

57

8 3.312948 3.283944 3.259018 3.237375 3.218403 3.201635 3.186699 3.173312 3.161247 3.150319 8

9 3.102485 3.072941 3.047546 3.025477 3.006107 2.988969 2.973692 2.960007 2.947651 2.93646 9

10 2.942954 2.912977 2.887177 2.864724 2.845013 2.827562 2.812008 2.798046 2.785441 2.774016 10

11 2.817927 2.787573 2.761418 2.738645 2.718636 2.700915 2.685098 2.670902 2.658084 2.646445 11

12 2.717329 2.686633 2.66018 2.637123 2.616851 2.598881 2.582837 2.568427 2.55541 2.543587 12

13 2.63465 2.603663 2.576925 2.55362 2.533113 2.514923 2.498673 2.484072 2.47087 2.458883 13

14 2.5655 2.534243 2.507264 2.483723 2.463004 2.444615 2.42818 2.413401 2.400036 2.387893 14

15 2.506809 2.475311 2.448111 2.424365 2.403446 2.384873 2.368267 2.353332 2.339817 2.327532 15

16 2.456368 2.424663 2.397258 2.373319 2.352223 2.333486 2.316725 2.30164 2.287983 2.27557 16

17 2.412563 2.380652 2.353062 2.328953 2.307694 2.2888 2.271893 2.25667 2.242892 2.230355 17

18 2.374158 2.34207 2.314302 2.290029 2.268621 2.249585 2.232547 2.217199 2.203297 2.190646 18

19 2.340208 2.307956 2.280032 2.255611 2.23406 2.214897 2.19773 2.182261 2.16825 2.155495 19

20 2.309989 2.277581 2.249514 2.224958 2.203272 2.183981 2.166701 2.151125 2.137007 2.124153 20

21 2.282917 2.25036 2.222158 2.197474 2.175668 2.156263 2.138872 2.123194 2.10898 2.096034 21

22 2.258517 2.225832 2.197503 2.172698 2.150777 2.131266 2.113772 2.097995 2.083688 2.070657 22


(3)

58

24 2.216311 2.183377 2.15482 2.129795 2.107676 2.087965 2.070284 2.054328 2.039858 2.026663 24

25 2.197929 2.164889 2.136229 2.111108 2.088889 2.069086 2.051323 2.035289 2.020741 2.007472 25

26 2.181068 2.147928 2.119165 2.093948 2.071644 2.051756 2.033914 2.017799 2.003176 1.989839 26

27 2.165542 2.132303 2.103448 2.078146 2.055756 2.03579 2.01787 2.001684 1.986994 1.973589 27

28 2.151197 2.117872 2.088932 2.06354 2.04107 2.021032 2.003038 1.986784 1.972026 1.958561 28

30 2.12556 2.092065 2.062961 2.037421 2.014804 1.994621 1.976495 1.960117 1.945235 1.931653 30

40 2.037581 2.003461 1.973756 1.947633 1.924462 1.90375 1.885113 1.868241 1.852893 1.83886 40

50 1.986056 1.951527 1.921428 1.894925 1.871385 1.850314 1.831335 1.814133 1.798465 1.784123 50

60 1.952213 1.917396 1.887017 1.860244 1.836437 1.815113 1.795886 1.778446 1.762547 1.747985 60

120 1.869289 1.833694 1.802555 1.775032 1.750497 1.728463 1.708543 1.690431 1.673879 1.65868 120

100,0 00

1.788745 1.752269 1.720254 1.69187 1.666486 1.643615 1.622873 1.603954 1.586606 1.570626 100,0

00

0.05

Degees of Freedom of the numerator df1

df2 21 22 23 24 25 30 40 60 120 10000 df2


(4)

59

2 19.44818 19.45023 19.45227 19.45409 19.45568 19.4625 19.47069 19.4791 19.48729 19.4957 2

3 8.654013 8.648385 8.643269 8.638494 8.634117 8.616553 8.594384 8.571988 8.549364 8.52674 3

4 5.794533 5.787228 5.780521 5.774382 5.768698 5.745875 5.716998 5.687752 5.658109 5.628436 4

5 4.549321 4.541278 4.533916 4.527152 4.520899 4.495718 4.4638 4.431371 4.398458 4.365404 5

6 3.864898 3.8564 3.848612 3.84145 3.834842 3.808168 3.774289 3.7398 3.70467 3.6693 6

7 3.434863 3.426038 3.417952 3.410491 3.403613 3.375803 3.340432 3.304322 3.267445 3.230213 7

8 3.140372 3.131277 3.122935 3.11524 3.108134 3.079407 3.042778 3.005297 2.966928 2.928054 8

9 2.926257 2.916934 2.908365 2.900478 2.893174 2.863658 2.825928 2.787246 2.747527 2.707168 9

10 2.763599 2.754071 2.745317 2.737252 2.729784 2.699551 2.660855 2.621078 2.580123 2.538393 10

11 2.635836 2.626123 2.617199 2.608971 2.601361 2.570488 2.530903 2.490125 2.448026 2.405002 11

12 2.532808 2.522931 2.513858 2.50548 2.497728 2.46628 2.425878 2.384169 2.340997 2.296744 12

13 2.447941 2.437922 2.428699 2.420194 2.412321 2.380332 2.339178 2.296595 2.252413 2.206995 13

14 2.376815 2.366654 2.357304 2.348678 2.340691 2.308205 2.266347 2.222947 2.177813 2.131273 14

15 2.31632 2.306031 2.296566 2.287827 2.279727 2.246786 2.204274 2.160107 2.114056 2.066439 15

16 2.26423 2.253827 2.244249 2.235403 2.22721 2.193843 2.150713 2.105814 2.058897 2.010239 16


(5)

60

18 2.179085 2.168473 2.1587 2.149662 2.141292 2.107143 2.062883 2.016641 1.9681 1.917474 18

19 2.143835 2.133127 2.123265 2.114142 2.105686 2.071186 2.026411 1.979544 1.930239 1.878671 19

20 2.112401 2.101601 2.091653 2.082452 2.073918 2.039087 1.993818 1.946358 1.896318 1.843837 20

21 2.084189 2.073307 2.063281 2.054005 2.045397 2.010246 1.964516 1.916487 1.86574 1.812374 21

22 2.058727 2.04777 2.037666 2.028319 2.019647 1.984194 1.93802 1.889447 1.838018 1.783789 22

23 2.035634 2.024599 2.014424 2.005009 1.99627 1.960537 1.913939 1.864844 1.812761 1.757691 23

24 2.014584 2.003482 1.993239 1.983757 1.974961 1.938957 1.891955 1.842359 1.789644 1.733756 24

25 1.995321 1.984152 1.973845 1.964306 1.955449 1.919187 1.8718 1.821725 1.768395 1.711708 25

26 1.977625 1.966391 1.956025 1.946429 1.937515 1.901011 1.853255 1.802718 1.748795 1.69133 26

27 1.961311 1.950017 1.939593 1.929941 1.920974 1.884235 1.836128 1.78515 1.730651 1.672422 27

28 1.946223 1.934872 1.924391 1.914685 1.905669 1.86871 1.820265 1.768857 1.713801 1.654826 28

30 1.919204 1.907743 1.897163 1.887361 1.878249 1.840871 1.79179 1.739572 1.683453 1.623036 30

40 1.825978 1.814104 1.803123 1.792937 1.783459 1.744432 1.692797 1.637252 1.576609 1.50977 40

50 1.770946 1.758789 1.747534 1.737078 1.727344 1.687157 1.633682 1.575653 1.511472 1.43921 50

60 1.734591 1.722224 1.710767 1.700116 1.690191 1.649141 1.594273 1.534314 1.467267 1.390303 60


(6)

61

100,00

0

1.555847 1.542126 1.529346 1.517403 1.50621 1.459213 1.394086 1.318171 1.221569 1.024554 100,0


Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Vitamin C yang Terdapat pada Sari Markisa (Passiflora edulis Sims) Secara Volumetri dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

1 64 72

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

17 163 69

Polimorfisme -173 G ke C gen macrophage migration inhibitory factor dengan kadar angiotensin II dan macrophage inhibitory factor sebagai faktor risiko sindrom nefrotik resisten steroid

3 28 140

Penetapan Kadar Vitamin C Dari Paprika (Capsicum annum L. var Grossum) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

22 101 72

Studi Penetapan Kadar Kandungan Vitamin C Pada Beberapa Macam Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang Beredar Di Kota Medan Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

13 123 64

Kajian Pelapukan Pedokimia (C-&gt; A) Berdasarkan Mineral Liat Pada Tanah Berbahan Induk Tuff Dasit Di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo

5 39 56

Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol.

26 181 72

Penetapan Kadar Vitamin C Yang Terdapat Pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Dichlorofenol Indofenol

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kiwi (Actinidia deliciosa) - Penetapan Kadar Vitamin C Yang Terdapat Pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Dichlorofenol Indofenol

0 0 14

Penetapan Kadar Vitamin C Yang Terdapat Pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciosa (A. Chev) C. F. Liang & A. R. Ferguson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Dichlorofenol Indofenol

1 2 13