Penetapan Kadar Vitamin C Dari Paprika (Capsicum annum L. var Grossum) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

(1)

PENE

(

C

PR

ETAPAN

Capsicum

2,6-D

ROGRA

UNIV

N KADA

m annuu

VOLU

DIKLOR

JUNI A

N

AM EKS

FAKU

VERSITA

SKRIP

AR VITA

um L. Va

UMETRI

ROFENO

OLEH

ARNITA

NIM 1015

STENSI S

ULTAS F

AS SUM

MEDA

2012

PSI

AMIN C

ar Grossu

I DENGA

OL IND

H:

A SIREGA

524014

SARJAN

FARMA

MATERA

AN

2

DARI P

um

) SEC

AN

OFENO

AR

NA FAR

ASI

A UTAR

PAPRIK

CARA

OL

RMASI

RA

KA


(2)

PENE

(

Diajuka

PR

ETAPAN

Capsicum

2,6-D

an untuk

gelar S

ROGRA

UNIV

N KADA

m annuu

VOLU

DIKLOR

melengka

arjana Fa

Univer

JUNI A

N

AM EKS

FAKU

VERSITA

AR VITA

um L. va

UMETRI

ROFENO

SKRIP

api salah

armasi pa

rsitas Sum

OLEH

ARNITA

NIM 1015

STENSI S

ULTAS F

AS SUM

MEDA

2012

AMIN C

ar Grossu

I DENGA

OL IND

PSI

satu syar

ada Fakul

matera Uta

H:

A SIREGA

524014

SARJAN

FARMA

MATERA

AN

2

DARI P

um

) SEC

AN

OFENO

rat untuk

ltas Farm

ara

AR

NA FAR

ASI

A UTAR

PAPRIK

CARA

OL

mempero

masi

RMASI

RA

KA

oleh


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI PAPRIKA (

Capsicum

annum L. var Grossum

) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

OLEH:

JUNI ARNITA SIREGAR NIM 101524014

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juni 2012

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Penguji,

Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP 194809041974122001

NIP

Dra. Salbiah, M.Si., Apt.

NIP

Pembimbing II

Drs. Immanuel, M.Si., Apt.

NIP Drs. Syafruddin, M.S., Apt.

NIP 194811111976031003

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt.

NIP Medan, Juni 2012

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:“Penetapan Kadar Vitamin C dari Paprika (Capsicum annuum L. var Grossum) Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda H. Kali Maulana Siregar dan Hj. Ibunda Faridah Rangkuti yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

2. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., dan bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

4.Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt., selalu tim penguji yang telah memberikan petunjuk serta saran-saran dalam kesempurnaan skripsi ini.


(5)

5.Ibu Dra. Yuandani, M.Si., Apt., selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

7. Adik-adik ku tercinta (Hasan Basri Siregar, Yuli Hariani Siregar dan Yuli Hariati Siregar), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

8. Kakanda Yuliana yang telah membimbing dan memberi saran-saran selama penelitian, mendoakan dan memberi semangat.

9. Spesial untuk yang tersayang Mufti Fahrizal Harahap, sahabat-sahabat ku Elida, Dewi serta untuk teman seperjuangan penelitian di laboratorium Kimia Farmasi Kak Suci, Kak Janurul, Kak Dewi, Kak Siti dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2009, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

10.Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantumn namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis, (Juni Arnita Siregar)


(6)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI PAPRIKA (Capsicum Annuum L. var Grossum) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Paprika merupakan sayuran yang digunakan dalam kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Cabai paprika tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga aneka industri pengolahan, seperti industri makanan dan minuman, industri farmasi (obat-obatan), industri kosmetik, dan industri makanan ternak. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah.

Sampel paprika yang digunakan, diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan yang berasal dari daerah Jawa Barat di desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol selektif terhadap vitamin C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C dari paprika hijau (28,02 mg/100 g), paprika kuning (93,07 mg/100 g), paprika jingga (122,75 mg/100 g) dan paprika merah (140,32 mg/100 g). Secara statistika menggunakan Software SPSS diketahui adanya perbedaan kadar vitamin C antara paprika jingga, paprika kuning, paprika hijau dan paprika merah. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 92,96% dan RSD sebesar 0,63%.

Kata Kunci: Penetapan Kadar Vitamin C, Paprika, 2,6–Diklorofenol Indofenol


(7)

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN CHILI PEPPERS (Capsicum annuum L. var Grossum) BY VOLUMETRIC WITH

2.6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Chili pepper is a vegetable that is used in the needs of people's daily lives. Chili peppers are not only used for household consumption, but also a variety of processing industries like industrial consumption food and beverage, pharmaceuticals (drugs), cosmetics industry, and animal feed

industries. Utilization as industrial raw materials to make chili peppers as a commodity of high economic value and have a clear business opportunity. The samples of chili peppers obtained from supermarkets Brastagi in Medan city, originating from Pasirlangu West Java village, Cisarua District, West Bandung Regency. The determination of the level of the vitamin C was established by volumetric method with dichlorophenol indophenols because

2,6-dichlorophenol indophenol is selective to vitamin C.

The results showed that levels of vitamin C from green chili peppers (28.02 mg/100 g), yellow chili peppers (93.07 mg/100 g), orange chili peppers (122.75 mg/100 g), and chili peppers (140.32 mg / 100 g). In SPSS statistical software was used to note the difference in levels of vitamin C include orange peppers, yellow peppers, green peppers and red peppers. In the test method validation obtained percent recovery of 93.02% and RSD of 1.30%.

Keywords: Assay of Vitamin C, Chili peppers, 2.6-Dichlorophenol Indophenol


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Paprika ... 4

2.2. Ekologi dan Syarat Tumbuh ... 5

2.3 Manfaat Paprika ... 7

2.4 Vitamin ... 8

2.4.1 Vitamin C ... 8

2.4.2 Fungsi Vitamin C ... 10


(9)

2.5 Metode Penetapan Kadar Vitamin C... 11

2.6 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan pada Sampel (Analisis Recovery) ... 13

2.7 Analisis Data Secara Statistik ... 14

2.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 14

2.7.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 15

2.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 16

3.3 Bahan dan Alat ... 16

3.3.1 Sampel ... 16

3.3.2 Bahan ... 17

3.3.3 Alat-Alat ... 17

3.4 Prosedur Penelitian ... 17

3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 17

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 18

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 19

3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel ... 19

3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 19

3.4.6 Analisis Data Secara Statitik ... 20

3.4.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

3.5.6.2 Uji Ketelitian (presisi) Metode Analisis ... 22

3.5.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 22


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 24

4.2 Penetapan Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau, dan Paprika Merah ... 24

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan 95% ... 21 Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning,

Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah. ... 25 Tabel 3. Uji F Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning,

Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah. ... 25 Tabel 4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C

Dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau

dan Paprika Merah. ... 26 Tabel 5. Hasil Uji Perolehan Kembali (Recovery) dari

Paprika Hijau (Capsicum annum L. var Grossum) ... 28


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 9

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C ... 9

Gambar 3. Reaksi antara Vitamin C dan Iodin ... 11

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 13

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah ... 24

Gambar 6. Gambar Paprika Kuning ... 35

Gambar 7. Gambar Paprika Jingga ... 35

Gambar 8. Gambar Paprika Hijau ... 35

Gambar 9. Gambar Paprika Merah ... 35

Gambar 10. Gambar Bagian Dalam Paprika Kuning ... 36

Gambar 11. Gambar Paprika Kuning setelah diblender... 36

Gambar 12. Gambar Bagian Dalam Paprika Jingga ... 36

Gambar 13. Gambar Paprika Jingga setelah Diblender ... 36

Gambar 14. Gambar Bagian Dalam Paprika Hijau ... 37

Gambar 15. Gambar Paprika Hijau setelah diblender ... 37

Gambar 16. Gambar Bagian dalam Paprika Merah ... 37

Gambar 17. Gambar Paprika Merah setelah diblender ... 37

Gambar 18. Gambar Supernatan dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah ... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 33

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 34

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan ... 35

Lampiran 4. Flowsheet ... 39

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 41

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 44

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 45

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 46

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik... 50

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery)Vitamin C dari Paprika (Capsicum annuum L. var Grossum) ... 51

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 52

Lampiran 12. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Paprika Hijau (Capsicum annuum L. var Grossum) ... 54

Lampiran 13. Tabel Nilai Kritik Distribusi F ... 55

Lampiran 14. Tabel Nilai Kritik Distribusi T ... 56

Lampiran 15. Daftar Gizi Paprika (Capsicum annuum L. var. Grossum) dalam 100 g Buah Segar ... 57


(14)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI PAPRIKA (Capsicum Annuum L. var Grossum) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Paprika merupakan sayuran yang digunakan dalam kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Cabai paprika tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga aneka industri pengolahan, seperti industri makanan dan minuman, industri farmasi (obat-obatan), industri kosmetik, dan industri makanan ternak. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah.

Sampel paprika yang digunakan, diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan yang berasal dari daerah Jawa Barat di desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol selektif terhadap vitamin C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C dari paprika hijau (28,02 mg/100 g), paprika kuning (93,07 mg/100 g), paprika jingga (122,75 mg/100 g) dan paprika merah (140,32 mg/100 g). Secara statistika menggunakan Software SPSS diketahui adanya perbedaan kadar vitamin C antara paprika jingga, paprika kuning, paprika hijau dan paprika merah. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 92,96% dan RSD sebesar 0,63%.

Kata Kunci: Penetapan Kadar Vitamin C, Paprika, 2,6–Diklorofenol Indofenol


(15)

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN CHILI PEPPERS (Capsicum annuum L. var Grossum) BY VOLUMETRIC WITH

2.6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Chili pepper is a vegetable that is used in the needs of people's daily lives. Chili peppers are not only used for household consumption, but also a variety of processing industries like industrial consumption food and beverage, pharmaceuticals (drugs), cosmetics industry, and animal feed

industries. Utilization as industrial raw materials to make chili peppers as a commodity of high economic value and have a clear business opportunity. The samples of chili peppers obtained from supermarkets Brastagi in Medan city, originating from Pasirlangu West Java village, Cisarua District, West Bandung Regency. The determination of the level of the vitamin C was established by volumetric method with dichlorophenol indophenols because

2,6-dichlorophenol indophenol is selective to vitamin C.

The results showed that levels of vitamin C from green chili peppers (28.02 mg/100 g), yellow chili peppers (93.07 mg/100 g), orange chili peppers (122.75 mg/100 g), and chili peppers (140.32 mg / 100 g). In SPSS statistical software was used to note the difference in levels of vitamin C include orange peppers, yellow peppers, green peppers and red peppers. In the test method validation obtained percent recovery of 93.02% and RSD of 1.30%.

Keywords: Assay of Vitamin C, Chili peppers, 2.6-Dichlorophenol Indophenol


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman hortikultura, terutama sayuran, memegang peranan yang penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Gizi yang banyak terkandung dalam sayuran yaitu vitamin, mineral, dan karbohidrat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat, kebutuhan akan sayuran akan meningkat dan jenis sayurannya pun semakin bervariasi (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

Cabai manis atau paprika merupakan tanaman hortikultura, berasal dari Amerika Selatan dan baru dikenal masyarakat Indonesia. Umumnya paprika dipakai untuk resep masakan–masakan luar negeri, seperti cah paprika daging sapi, paprika campur sosis, udang, jeroan, atau disiram dengan saos keju. Paprika segar juga dijadikan salad, diisi nasi atau daging (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

Paprika adalah satu-satunya varietas cabai yang tidak pedas. Cabai yang digemari oleh bangsa kulit putih ini biasanya disebut sweet pepper. Selain itu, bentuknya yang serupa dengan bel membuat spesies dari Capsicum annuum dengan varietas grossumini disebut bell pepper (Lingga, 2012).

Paprika mengandung zat gizi yang lengkap dan zat lainnya yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, dan besi), vitamin dan serat kasar. Cabai yang berdaging buah tebal ini memiliki kandungan vitamin C yang tinggi (Cahyono, 2003). Setiap 100 gram, paprika merah mengandung 190 mg vitamin C, paprika kuning mengandung 183,5 mg vitamin C dan paprika hijau


(17)

mengandung 0,06 mg vitamin C (Anonimb, 2011). Kandungan gizi paprika secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15.

Paprika warna hijau ini bila dibiarkan (di pohon) akan terus menjadi buah paprika yang berwarna merah, kuning, jingga (Anonima, 2009). Paprika hijau menandakan belum matang, paprika kuning dan jingga setengah matang dan paprika merah sudah matang.

Vitamin C juga dikenal sebagai asam askorbat. Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004), Vitamin C dikenal sebagai senyawa yang dibutuhkan tubuh dalam berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, pemacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas (Astawan, 2010).

Kadar vitamin C sangat dipengaruhi oleh varietas, lingkungan, tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan sebagainya (Winarno, 1980).

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa metode seperti titrasi iodimetri (Andarwulan, 1992; Ditjen POM, 1995), titrasi 2,6-diklorofenol indofenol (Andarwulan, 1992; AOAC, 2002; Ditjen POM, 1995) dan secara spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan, 1992).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menetapkan kadar vitamin C dari paprika dimana dalam hal ini peneliti menggunakan sampel paprika yang berwarna hijau, kuning, jingga dan merah. Dalam penelitian ini digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol


(18)

indofenol karena selain larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C (Andarwulan, 1992).

1.2 Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada paprika hijau paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

b. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C yang terdapat pada paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang tinggi pada paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

b. Ada perbedaan kadar vitamin C dari paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kadar vitamin C pada paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C dari paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah?

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang kadar vitamin C dari paprika hijau, paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paprika

Menurut Prihmantoro dan Indriani (1995), tanaman paprika mempunyai nama ilmiah Capsicum annuum var. grossum atau sering disingkat dengan Capsicum grossum. Cabai ini termasuk satu keluarga dengan tanaman tomat dan terung, yaitu famili Solanaceae. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi paprika adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Familia : Solanaceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum Varietas : Grossum

Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 24-300C pada siang hari dan 9-120C pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman paprika masih dapat bertahan pada suhu 380C. Di Indonesia, tanaman paprika cocok ditanam di dataran tinggi yang bersuhu 16-250C (Prihmantoro dan Indriani, 1995). Tanaman paprika baru mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1990. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu pusat penanaman paprika di Indonesia (Gunawan, 2009).


(20)

Bentuk buah paprika mirip lonceng, sehingga dinamakan bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis sehingga disebut sweet pepper. Paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Pada umumnya bentuk paprika dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang berbentuk lonjong (lamujo). Paprika dikelompokkan berdasarkan 4 warna utama, yaitu merah, hijau, kuning dan jingga (Gunawan, 2009).

Paprika hijau merupakan paprika yang paling banyak di budidayakan dan dikonsumsi. Selanjutnya paprika merah menempati urutan kedua. Urutan ketiga atau yang paling jarang dibudidayakan adalah paprika kuning (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

2.2 Ekologi dan Syarat Tumbuh

Tanaman paprika bukan tanaman asli Indonesia, melainkan Amerika Selatan, untuk itu untuk pertumbuhannya diperlukan kondisi tertentu yang mirip daerah asalnya (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

Faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika adalah ketinggian tempat, tanah atau media, suhu, air, cahaya, dan kelembaban (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

1. Ketinggian Tempat

Menanam paprika di ketinggian 1.250 m dpl (di atas permukaan laut) tidak berisiko terhadap akibat negatif sinar matahari terik. Akan tetapi, masalahnya adalah derasnya air hujan sehingga bila ingin menanam tanpa naungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Ketinggian yang baik untuk pertumbuhannya berkisar 500-1.500 m dpl.


(21)

2. Tanah dan Media

Tanah yang baik untuk pertumbuhan paprika adalah yang cukup subur, gembur, kaya akan bahan organik atau humus, dan porus atau beraerasi baik. Tanaman paprika tidak dapat hidup dengan baik di lahan yang becek dan tergenang air. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan tanah berpasir dan lempung berpasir dapat ditanami paprika, tetapi harus rajin memberikan pupuk organik.

Tingkat keasaman tanah yang baik bagi tanaman paprika adalah antara 5,5-6,5. Apabila tanah yang akan ditanami terlalu asam maka pemberian kapur mutlak diperlukan agar pH tanah menjadi sesuai yang diinginkan tanaman.

3. Suhu

Paprika tidak menuntut suhu yang tinggi. Tanaman ini tumbuh baik pada kisaran suhu antara 16-210C. Namun demikian, paprika masih dapat tumbuh dengan baik pada suhu sampai 300C. Pada suhu di bawah 150C, pertumbuhannya akan terhambat dan produksinya menurun. Kisaran optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan paprika adalah 21-250C, sedangkan untuk pembentukan tubuh antara 18,3-26,70C.

4. Air

Tanaman paprika sangat responsif terhadap pemberian air. Namun, kondisi air yang berlebihan dapat melibatkan kelayuan pada tanaman dan kerontokan bunga. Hal yang sana juga dapat terjadi bila tanaman kekurangan air pada saat pembungaan.


(22)

Kebutuhan tanaman paprika dewasa akan air dalam satu hari rata-rata adalah 0,5-1. Meskipun demikian, kebutuhan tersebut tergantung pada suhu, kelembapan dan sirkulasi udara di sekitar pertanaman.

5. Cahaya

Tanaman paparika menghendaki cahaya yang cukup sepanjang hari. Namun, tanaman ini tidak tahan pada sinar matahari yang berlebihan.

6. Kelembaban

Tanah harus selalu dalam keadaan lembab terutama pada saat tanaman sedang berbunga. Kalau tanah terlalu kering atau kekeringan, bunga-bunga cabai akan berguguran yang berarti panen terancam gagal.

2.3 Manfaat Paprika

Salah satu jenis radang sendi yang paling umum diderita masyarakat adalah osteoarthritis. Jenis radang sendi yang sering dialami pada manula ini dapat dibantu kesembuhannya dengan asupan vitamin C yang memadai. Salah satu sumber vitamin C adalah paprika (Lingga, 2012).

Kebutuhan serat harian bagi orang dewasa sebanyak 35g/hari. Mengkonsumsi 100 gram paprika akan menyumbang 30% kebutuhan serat harian, sehingga cukup bermakna bagi kesehatan pencernaan. Bila dipadukan dengan makanan lain yang juga banyak mengandung serat, kondisi usus khususnya kolon akan menjadi bersih. Hal ini sangat bermanfaat untuk melindungi kolon dari toksin yang berisiko memicu terjadinya kanker kolon serta menciptakan lingkungan yang mendukung bagi kehidupan mikroflora bermanfaat yang hidup di usus (Lingga, 2012).


(23)

2.4 Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D, yang dapat dibuat dalam kulit asalkan kulit mendapat cukup kesempatan kena sinar matahari (Winarno, 2002).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K, serta provitamin A yaitu β-karoten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989).

2.4.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192°C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzena, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya (Andarwulan, 1992).


(24)

Rumu POM, 199 Gambar 1 Vi pengaruh air, dan ka dehidroask dehidroask lanjut men (Andarwu Asam asko Gambar 2 Vi terutama sering dise

s bangun v 95):

. Rumus Ba tamin C (A

luar yang m atalisator lo korbat yan korbat seca njadi asam ulan, 1992). orbat . Reaksi Per tamin C d sayuran da ebut Fresh F

vitamin C d

angun Vitam Asam askor menyebabka ogam. Asam

g masih m ara kimia sa diketogulon Asam D Asko rubahan Vit dapat ditem an buah-bu Food Vitam dapat dilihat min C rbat) bersif an kerusaka m askorbat s

mempunyai angat labil nat yang tid

Dehidro orbat

tamin C (Si mukan di a uahan, terut min (Budiya

t pada gam

fat sangat s an seperti s sangat muda keaktifan dan dapat m dak memili Asam di ilalahi, 1985 alam hamp tama buah-nto, 2004).

mbar 1 di ba

sensitif terh suhu, oksige ah teroksida sebagai vit mengalami ki keaktifan iketogulona 5).

pir pada se -buahan se

awah ini (D

hadap peng en, enzim, asi menjadi itamin C. A

perubahan n vitamin C

at A Ok emua tumb egar. Karen Ditjen garuh-kadar asam Asam lebih C lagi Asam ksalat buhan na itu


(25)

Jumlah vitamin C yang terkandung dalam tanaman tergantung pada varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan tempat tumbuh (Counsell, 1981).

2.4.2 Fungsi Vitamin C

Salah satu fungsi utama vitamin C berkaitan dengan sintesis kolagen. Kolagen adalah sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama dari jaringan ikat, tulang, gigi, pembuluh darah dan mempercepat proses penyembuhan (Wardlaw, 2003).

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan pada gusi, gingivalis, luka lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi berulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas (Bobroff, 2010; Winarno, 2002).

Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006).

2.5 Metode Penetapan Kadar Vitamin C

Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu:


(26)

a. Metode Iod reduksi y reduksi io lebih keci langsung d De mengguna pada saat t Me mengukur lain selain mempuny dengan iod A Gambar 3 b. Metode La berwarna Apabila 2

titrasi iodim dium akan

ang lebih k odum +0,53

il (+0,116 v dengan iodi eteksi titik akan indika tercapainya enurut And r kandungan n vitamin C yai titik akh

din.

sam askorb . Reaksi ant e titrasi 2,6-d arutan 2,6-d biru sedan 2,6-diklorof metri mengoksid kecil diban 5 volt, kare volt) diband ium (Andarw k akhir ti ator amilum a titik akhir darwulan ( n vitamin C C yang jug hir yang sa

at tara vitamin diklorofeno diklorofenol ngkan dala fenol indof dasi senyaw ndingkan io ena vitamin dingkan iod wulan, 1992 itrasi pada m yang akan titrasi (Roh (1992), me C dalam bah ga bersifat ama dengan

Asa n C dan Iod ol indofenol l indofenol am suasana fenol diredu wa-senyawa odium dima n C mempun dium sehin 2; Rohman, a iodimetr n memberik hman, 2007) etode iodim han pangan pereduksi. n warna ti

am dehidro in (Rohman

dalam sua a asam aka uksi oleh a

yang memp ana dalam

nyai potens ngga dapat

, 2007). ri ini dila kan warna ).

metri tidak n, karena ad Senyawa-s tik akhir ti

askorbat n, 2007). asana netral an berwarn asam askor punyai pote hal ini po sial reduksi

dilakukan t

akukan de a biru kehit

k efektif u danya komp senyawa ter

itrasi vitam

l atau basa na merah m

rbat maka ensial otesial yang titrasi engan taman untuk ponen rsebut min C akan muda. akan


(27)

menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji, 1989).

Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan protein. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan, 1992; Counsell, 1981).

Metode ini lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan, 1992; Sudarmadji, 1989).


(28)

Cl Cl

O

N

OH

+

O

O

H OH

O O

H

O H

Cl Cl

N H

OH

OH

+

O

O O

O O

H O H

2,6 Diklorofenol indofenol Vitamin C Tidak As. Dehidro-

(Merah Muda) Berwarna askorbat Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm dan A11 = 556a . Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan, 1992).

2.6 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan pada Sampel (Analisis Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).


(29)

Kecermatan (Recovery) ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (Spiked – placebo recovery) dan metode penambahan baku (Standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar analit sebenarnya). Dalam metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004; USP, 2007).

Rumus perhitungan persen Recovery: % Recovery = X100%

C A B

Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

2.7 Analisis Data Secara Statistik 2.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Di antara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang (Rohman, 2007).

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika menggunakan tabel X kuadrat. Pada


(30)

taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).

2.7.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD (Harmita, 2004): % RSD = 

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 53.

2.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari paprika secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 – April 2012.

3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 33.

3.3 Bahan dan Alat 3.3.1 Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah paprika yang berwarna merah, hijau, kuning, dan jingga yang diperoleh dari swalayan Brastagi di Kota Medan, berasal dari Jawa Barat di desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive yang didasarkan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang dianalisis dianggap sebagai sampel yang representatif.

Gambar sampel yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 35.

3.3.2 Bahan


(32)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkualitas pro analisis dari E.Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-diklorofenol indofenol, asam metafosfat, asam asetat glasial, vitamin C baku, natrium bikarbonat, dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope Indonesia (sertifikat bahan baku pembanding dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 34).

3.3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 10 ml, mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany), pisau (Stainless), blender (Miyako), kertas saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert), pipet ukur 10 ml, pipet volum 1 ml, 2 ml, dan 5 ml, botol timbang, dan alat-alat gelas laboratorium.

3.4 Prosedur penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV: 1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol

Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P yang telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO3, kocok kuat, dan jika sudah terlarut, tambahkan air hingga 200 ml. Saring ke dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat.

2. Larutan asam metafosfat-asetat

Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan NaHCO3


(33)

Dilarutkan 84 mg NaHCO3 dalam 100 ml air.

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Titrasi segera dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat (Ditjen POM, 1995).

Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus: Kesetaraan (mg)

) (

% Vb Vt Vc

kadar W

Va

 

  

Keterangan:

Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) Vc = Volume labu tentukur (ml)

Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 40.

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel

Sampel dibersihkan kemudian dibelah dan dibuang bijinya, ditimbang sekitar 500 g lalu dipotong kecil-kecil dan diblender, ditimbang lebih kurang 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam


(34)

metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang ± 20 ml.

3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 4 ml larutan sampel (untuk paprika kuning, paprika jingga, dan paprika merah), dan dipipet 6 ml larutan sampel (untuk paprika hijau) lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).

Menurut AOAC (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Kadar vitamin C (mg/g) =

Bs Vp

Vl Vb

Vt

 

 ) Kesetaraan (

Keterangan:

Vt : Volume titrasi (ml) Vb : Volume blanko (ml) Vl : Volume labu tentukur (ml) Vp : Volume pemipetan (ml) Bs : Berat sampel (g)

Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 44. 3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali yang dilakukan adalah akurasi dan presisi.

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).


(35)

Dalam hal ini digunakan metode standar adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,8 mg dengan cara sebanyak 28 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam-metafosfat asetat sampai garis tanda (konsenrasi 0,28 mg/100 ml) , lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan. Rumus perhitungan persen recovery (Harmita, 2004):

% Recovery = X100% C

A B

Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 51.

3.4.6 Analisis Data Secara Statistik 3.4.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Di antara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti


(36)

sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang (Rohman, 2007).

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika menggunakan tabel X kuadrat. Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).

Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus: Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

(Nilai tertinggi – Nilai terendah)

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 1, apabila Qhitng > Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 1: Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak Data Nilai Qkritis

4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524

Menurut Wibisono (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

μ = X ± t (½α, dk) SD/√n Keterangan

µ = Interval kepercayaan X = Kadar rata-rata sampel

t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1


(37)

α = Tingkat kepercayaan SD = Standar deviasi

n = Jumlah pengulangan

Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 46.

3.4.6.2 Uji Keseksamaan (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Adapun rumus perhitungan simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004): RSD = 

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

Sementara itu, nilai simpangan baku dihitung dengan menggunakan rumus:

SD=

1

2

  

n X Xi

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 54.

3.4.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F tabel


(38)

dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah paprika kuning (Capsicum annuum L.), paprika jingga (Capsicum annuum L.), paprika hijau (Capsicum annuum L.) dan paprika merah (Capsicum annuum L.) termasuk suku Solanaceae (Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 33).

4.2 Penetapan Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau, dan Paprika Merah

Hasil penetapan kadar vitamin C dari paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau, dan paprika merah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah.

Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau, dan paprika merah dapat dilihat pada Tabel 2.

93.01

122.75

28.02

140.32

0 20 40 60 80 100 120 140 160

paprika kuning paprika jingga paprika hijau paprika merah

Kadar Vitam

in

C (m

g/100

g)


(40)

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah.

No Sampel Kadar Vitamin C (mg/100 g)

1. Paprika Hijau 28,02 ± 0,38

2. Paprika Kuning 93,07 ± 0,38

3. Paprika Jingga 122,75 ± 0,47

4. Paprika Merah 140,32 ± 0,13

Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai rata-rata antar paprika, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan software SPSS.

Tabel 3. Uji F Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau, dan Paprika Merah.

Jumlah Kuadrat

Df Rata-Rata Kuadrat

F Sig. Antar Kelompok

Dalam Kelompok Total

43859,290 2,477 43861,767

3 20 23

14619,763 0,124

118034,582 0,000

Dari Tabel 3, diperoleh Fhitung sebesar 118504,582 dan Ftabel sebesar 3,10 dimana Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C antara paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau, dan paprika merah berbeda secara statistik. Karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.


(41)

Tabel 4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C dari Paprika Kuning, Paprika Jingga, Paprika Hijau dan Paprika Merah.

Duncan sampel

percobaan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

paprika hijau 6 28.0183

paprika kuning 6 93.0650

paprika jingga 6 122.7517

paprika merah 6 140.3183

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Tabel 4 bertujuan untuk mencari atau menguji kelompok mana yang memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau, dan paprika merah.

Faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika adalah tanah atau media, suhu, air, cahaya, dan kelembaban (Prihmantoro, 1995).

Berdasarkan syarat tumbuh paprika, maka daerah Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah yang cocok sebagai daerah pertanian paprika di mana desa ini termasuk ke dalam zona iklim sedang dan iklim sejuk yang cocok untuk perkebunan dan tanaman hortikultura dan memenuhi syarat tumbuh paprika.

Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin tertentu (tergantung cara pengolahannya). Pada umumnya, diinginkan suatu pengholahan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Disamping proses pengolahan,


(42)

kondisi-kondisi sebelum pengolahan dilakukan dapat mempengaruhi kandungan zat-zat gizi (Andarwulan, 1992).

Menurut Counsell dan Hornig (1981), kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan yang terakhir adalah tempat tumbuh.

Paprika warna hijau ini bila dibiarkan (di pohon) akan terus menjadi buah paprika yang berwarna merah, kuning, jingga (Anonima, 2009). Paprika hijau menandakan belum matang, paprika kuning dan jingga setengah matang dan paprika merah sudah matang.

Proses pengolahan seperti pemotongan dan lamanya waktu pengolahan dapat mempengaruhi kadar vitamin C dalam bahan pangan seperti buah-buahan. Pada penetapan kadar vitamin C dari paprika, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap pengolahan seperti pemotongan dan penggilingan (blender) yang memakan waktu lebih kurang 10 menit sehingga dapat mengalami penurunan kadar vitamin C dari paprika.

Dalam penelitian, digunakan bagian daging buah sedangkan bijinya dibuang. Hal ini disebabkan dalam pemakaiannya sehari-hari seperti dijadikan salad, diisi nasi atau daging dan sebagainya, bagian biji tidak digunakan.

Perlakuan berbeda dalam pemipetan supernatan pada setiap sampel, yaitu 6 ml untuk paprika hijau dan 4 ml untuk paprika merah, kuning dan jingga bertujuan untuk menghasilkan nilai titik akhir titrasi (TAT) yang diharapkan, berdasarkan orientasi yang dilakukan.

Menurut Andarwulan (1992), semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin. Vitamin C bersifat mudah larut dalam air,


(43)

akibatnya sangat mudah hilang akibat luka di permukaan atau pada waktu pemotongan bahan pangan. Dalam “processed food”, kehilangan terbanyak terjadi akibat degradasi kimiawi. Dalam bahan pangan yang kaya akan vitamin C seperti buah-buahan, kehilangan biasanya berhubungan dengan reaksi kecoklatan non-enzimatik.

4.3 Uji Perolehan Kembali

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari, paprika hijau dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Perolehan Kembali dari Paprika Hijau (Capsicum annuum L. var Grossum).

No. Penambahan VitaminC

(mg)

Berat Sampel

(mg)

Perolehan Kembali

(%)

1. 2,8 10,0530

92,96

2. 2,8 10,0531

3. 2,8 10,0488

4. 2,8 10,0624

5. 2,8 10,0682

6. 2,8 10,0837

Rata-rata (% Recovery) 92,96 Standard Deviation (SD) 0,34 Relative Standard Deviation (RSD) (%) 0,63

Dari Tabel 5 di atas, diperoleh persen recovery rata-rata adalah 92,96 % dan persen RSD rata-rata adalah 0,63 % (Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 52). Kisaran rata-rata hasil uji perolehan kembali yang diizinkan untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam sampel yang diperiksa adalah 90%-107%, sedangkan persen RSD yang diizinkan adalah tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004). Dari hasil yang diperoleh tersebut


(44)

maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan presisi metode analisis yang dilakukan cukup tinggi.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hasil penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol diperoleh kadar vitamin C dari paprika hijau sebesar 28,02 ± 0,38 mg/100 g, paprika kuning sebesar 93,07 ± 0,38 mg/100 g, paprika jingga sebesar 122,75 ± 0,47 mg/100 g, dan paprika merah sebesar 140,32 ± 0,13 mg/100 g.

b. Terdapat perbedaan kadar vitamin C antara paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau dan paprika merah.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menetapkan kadar vitamin dan mineral lainnya yang terdapat pada paprika.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 32 - 35, 44, 235.

Anonima. (2009. Budi Daya Paprika. Diakses Tanggal: 21 Juni 2012. http://rina.blogspot.com/2011/02/budidaya-paprika.html.

Anonimb. (2011). Paprika: Khasiat dan Kandungan Nutrisi si Pedas Manis. Diakses Tanggal: 5 April 2012

citra417.wordpress.com/2011/11/19/paprika-khasiat-kandungan-nitrisi-si-manis-pedas.

Anonimc. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 – The National Formulary 25. United States Pharmacopoeia Convention, Inc. Electronic version.

Astawan, M. (2010). Paprika Jadikan Sperma Lebih Agresif. Diakses Tanggal: 5 April 2012.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/12/21/13320961/paprika.jadi kan.sperma.lebih.agresif.

Bobroff, L. (2010). Facts about Vitamin C. Florida: Florida Cooperative Extension Service, University Florida. Hal. 2.

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press. Hal. 52.

Cahyono, B. (2003). Cabai Paprika Tekhnik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 10.

Counsell, J.N., dan Hornig, D.H. (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publishers. Hal. 123-124.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1133, 1216.

Gunawan, V. (2009). Formulasi dan Aplikasi Edible Coating Berbasis Pati Sagu dengan Penambahan Vitamin C pada Paprika (Capsicum annuum varietas athena). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal. 18.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian1 vol (3): 118, 119, 121-123. Horwitz. W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official

Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland: AOAC International Suite 500. Hal. 16-17.

Lingga, L. (2012). Health Secret of Pepper. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 157.


(47)

Prihmantoro, H., dan Indriani, H. (1995). Paprika Hidroponik dan Nonhidroponik. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 1, 24.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 19, 22.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 52-53.

Silalahi, J. (1985). Some Aspect of Vitamin C Retention in Potato Crips. Master Thesis. School of Food Science and Technology. The University o New South Wales. Hal. 5.

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Halaman 160, 166.

Wardlaw, G.M. (2003). Contemporary Nutrition Issues and Insight. Boston: Mc Graw Hill. Hal. 274.

Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399, 451-452.

Winarno, F.G. (1980). Fisiologi Lepas Panen. Bogor: Departemen Teknologi Pertanian IPB. Hal. 13.

Winarno, F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 119, 132-133.


(48)

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan


(49)

Lampirann 2. Sertifikkat Bahan BBaku Pembaanding


(50)

Lampiran

Gambar 6

Gambar 8

n 3. Sampel

: Gambar P

: Gambar P

l yang Digu

Paprika Kun

Paprika Hija unakan

ning G

au G

Gambar 7: G

Gambar 9: G

Gambar Papr

Gambar Papr

rika Jingga

rika Merah


(51)

Gambar 1

Gambar 1

0: Gambar Paprika K

2: Gambar Paprika J

Bagian Dal Kuning

Bagian Dal Jingga

lam G

lam G

Gambar 11: G S

Gambar 13: G S

Gambar Pap Setelah Dib

Gambar Pap Setelah Dib

prika Kunin blender

prika Jingga blender ng

a


(52)

Gambar 1

Gambar 1

4: Gambar Paprika

6: Gambar Paprika M

Bagian Dal Hijau

Bagian Dal Merah

lam G

lam G

Gambar 15:

Gambar 17: G S

Gambar Pa Setelah Dib

Gambar Pap Setelah Dib

aprika Hijau blender

prika Merah blender

u

h


(53)

Gambar 18: Gambar Kuning,

Supernatan , dan Paprik

n dari Paprik ka Jingga,

ka Merah, PPaprika Hijaau, Paprika


(54)

Lampiran 4. Flowsheet

Paprika Kuning, Paprika Jingga dan Paprika Merah

Dibersihkan, dibelah dan dibuang bijinya Ditimbang 500 g

Dipotong kecil-kecil Diblender

Ditimbang sebanyak 10 g

Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml Ditambah asam metafosfat sampai garis tanda Dikocok

Hasil

Dipipet 4 ml

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Ditambahkan 5 ml asam metafosfat Disaring

Dititrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu mantap

Filtrat


(55)

Paprika Hijau

Dibersihkan, dibelah dan dibuang bijinya Ditimbang 500 g

Dipotong kecil-kecil Diblender

Ditimbang sebanyak 10 g

Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml Ditambah asam metafosfat sampai garis tanda Dikocok

Hasil

Dipipet 6 ml

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Ditambahkan 5 ml asam metafosfat Disaring

Dititrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu mantap

Filtrat


(56)

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol Berat Vitamin C (mg) Volume Aliquot (ml)

Volume Larutan

2,6-Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)

Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol (mg) V1 V2 V3

V

50,3 1 2,620 2,640 2,640 2,63 0,02 0,1925

50,4 1 2,960 3,960 2,980 2,97 0,02 0,1707

50,6 1 3,120 3,120 3,100 3,11 0,02 0,1636

Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus: Kesetaraan = ) ( % Vb Vt Vc kadar W Va     Keterangan:

Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vc = Volume labu tentukur (ml) Vt = Volume titrasi

Vb = Volume blanko Contoh perhitungan kesetaraan: a) Berat vitamin C = 50,3 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,97 ml

1 ml x 50,3 mg x

100 90 , 99

K1 = = 0,1925 mg vitamin C / ml 100 ml x (2,63 ml – 0,02 ml)

b) Berat vitamin C = 50,4 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,97 ml


(57)

1 ml x 50,4 mg x

100 90 , 99

K2 = = 0,1707 mg vitamin C / ml 100 ml x (2,97 ml – 0,02 ml)

c) Berat vitamin C = 50,8 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 3,11 ml

1 ml x 50,6 mg x

100 90 , 99

K3 = = 0,1636 mg vitamin C / ml 100 ml x (3,11 ml – 0,02 ml)

Harga rata-rata dan deviasi

K1 + K2 0,1925 + 0,1707

Kr1 = = = 0,1816 mg vitamin C / ml

2 2

K2 – Kr1

d1 = x 100% Kr1

0,1707 – 0,1816

= x 100% = 6,0 % 0,1816

K1 + K3 0,1925 + 0,1636

Kr2 = = = 0,17805 mg vitamin C/ ml

2 2

K1 – Kr2

d2 = x 100% Kr2

0,1925 – 0,17805

= x 100% = 8,1 % 0,17805

K2 + K3 0,1707 + 0,1636

Kr3 = = = 0,16715 mg vitamin C / ml

2 2

K2 – Kr3


(58)

d3 = x 100% Kr3

0,1707 – 0,16715

= x 100% = 2,1 % 0,1667

Kesetaraan vitamin C dengan harga rata rata d terkecil adalah d = 2,1%, maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml 2,6-diklorofenol indofenol setara dengan 0,16715 mg vitamin C.

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs Keterangan:

Vt = volume titrasi (ml)


(59)

Vb = volume blanko (ml) Vl = volume labu (ml)

Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml) Bs = berat sampel (g)

Contoh penetapan kadar vitamin C pada paprika kuning: Volume titran = 2,25 ml

Kesetaraan = 0,16715 mg vitamin C Volume labu tentukur = 100 ml

Berat sampel = 10,0189 g Volume blanko = 0,02 ml

(2,25 ml – 0,02 ml) x 0,16715 mg/ml x 100 ml Kadar vitamin C (mg/g bahan) =

4 ml x 10,0189 g = 0,9301 mg/g

= 93,01 mg vitamin C/100 g sampel

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis 1. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari paprika kuning (Capsicum annuum L.) No. Berat Sampel

(g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0189 10,0208 10,0230 10,0232 10,0367 10,0449 2,250 2,240 2,250 2,250 2,270 2,260 93,01 92,58 92,97 92,97 93,68 93,19 93,07

2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari paprika jingga (Capsicum annuum L.) No. Berat Sampel

(g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 10,0185 10,0238 10,0246 10,0301 10,0440 2,960 2,970 2,950 2,980 2,960 122,63 122,98 122,14 123,32 122,32 122,75


(60)

6. 10,0461 2,980 123,12

3. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari paprika hijau (Capsicum annuum L.) No. Berat Sampel

(g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0366 10,0665 10,0705 10,0844 10,0947 10,0982 1,040 1,050 1,020 1,030 1,020 1,040 28,31 28,50 27,66 27,90 27,60 28,14 28,02

4. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari paprika merah (Capsicum annuum L.) No. Berat Sampel

(g) Volume Titran (ml) Kadar (mg/100 g) Kadar Rata-Rata (mg/100 g) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10,0091 10,0267 10,0418 10,0579 10,0604 10,0799 3,380 3,390 3,390 3,400 3,400 3,400 140,28 140,45 140,24 140,43 140,39 140,12 140,32

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis A. Paprika kuning

No. Kadar (mg/100 g)

(Xi) (Xi –X ) (Xi –X )

2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 93,01 92,58 92,97 92,97 93,68 93,19 - 0,06 - 0,49 - 0,1 - 0,1 0,61 0,12 0,0036 0,2401 0,01 0,01 0,3721 0,0144 ∑ Xi = 558,4

X = 93,07

∑ (Xi –X )2 = 0,6502 Dari 6 data yang diperoleh, data ke-5 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat (Nilai tertinggi – Nilai terendah)


(61)

Qhitung = 93,68 – 93,19 (93,68 – 92,58) = 1 , 1 49 , 0 = 0,4455

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 6502 , 0

 = 0,3606

Rata-rata kadar vitamin C Paprika kuning pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 93,07 ± 2,5706.

6 3606 , 0

= (93,07 ± 0,38) mg/100 g

B. Paprika Jingga

No. Kadar (mg/100 g)

(Xi) (Xi –X ) (Xi –X )

2 1 2 3 4 5 6 122,63 122,98 122,14 123,32 122,32 123,12 - 0,12 0,23 - 0,61 0,57 - 0,43 0,37 0,0144 0,0529 0,3721 0,3249 0,1849 0,1369 ∑ Xi = 736,51

X = 122,75

∑ (Xi –X )2 = 1,0861 Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat ( Nilai tertinggi – Nilai terendah )


(62)

Qhitung = 122,14 – 122,32 (123,32 – 122,14) = 18 , 1 18 , 0 = 0,1525

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 0861 , 1

 = 0,4661

Rata-rata kadar vitamin C paprika jingga pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 122,75 ± 2,5706.

6 4661 , 0

= (122,75 ± 0,49 ) mg/100 g

C. Paprika Hijau

No. Kadar (mg/100 g)

(Xi) (Xi –X ) (Xi –X )

2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 28,31 28,50 27,66 27,90 27,60 28,14 0,29 0,48 - 0,36 - 0,12 - 0,42 0,12 0,0841 0,2304 0,1296 0,0144 0,1764 0,0144 ∑ Xi = 168,11

X = 28,02

∑ (Xi –X )2 = 0,6493 Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat (Nilai tertinggi – Nilai terendah)


(63)

Qhitung = 28,50 – 28,31 (28,50 – 27,60) = 9 , 0 19 , 0 = 0,21

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 6493 , 0

 = 0,3604

Rata-rata kadar vitamin C paprika hijau pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 28,02 ± 2,5706.

6 3604 , 0

= (28,02 ± 0,38) mg/100 g

D. Paprika Merah

No. Kadar (mg/100 g)

(Xi) (Xi –X ) (Xi –X )

2 1 2 3 4 5 6 140,28 140,45 140,24 140,43 140,39 140,12 - 0,04 0,13 - 0,08 0,11 0,07 - 0,2 0,0016 0,0169 0,0064 0,0121 0,0049 0,04 ∑ Xi = 841,91

X = 140,32

∑ (Xi –X )2 = 0,0819 Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat ( Nilai tertinggi – Nilai terendah )


(64)

Qhitung = 140,45 – 140,43 (140,45 – 140,12) = 33 , 0 02 , 0 = 0,0606

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 0819 , 0

 = 0,1280

Rata-rata kadar vitamin C paprika merah pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

μ = X ± t1/2α,dk

n SD

= 140,32 ± 2,5706.

6 1280 , 0

= (140,32 ± 0,13) mg/100 g

Lampiran 9. Hasil analisis Statistik 1. Uji F

Jumlah

Kuadrat Df

Rata-Rata

Kuadrat F Sig.

Antar Kelompok 43859.290 3 14619.763 118034.582 .000

Dalam Kelompok 2.477 20 .124

Total 43861.767 23

1. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C dari Paprika kuning, paprika jingga, paprika hijau dan paprika merah.

Sampel Melon N

Kepercayaan = 0.05

1 2 3 4

Paprika hijau 6 28.0183

Paprika kuning 6 93.0650

Paprika jingga 6 122.7517

Paprika merah 6 140.3183


(65)

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari paprika hijau (Capsicum annuum L.).

No. Penambahan Vitamin C (mg) Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kadar (mg/100 g) Rata-Rata Kadar (mg/100 g) % Recovery 1 2 3 4 5 6 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 10,0530 10,0531 10,0488 10,0624 10,0682 10,0837 1,980 1,960 1,970 1,960 1,950 1,980 54,31 53,76 54,06 53,71 53,40 54,15

53,90 92,96


(66)

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Kadar vitamin C rata-rata dari paprika hijau adalah 28,02 mg/100 g sampel. Maka vitamin C BPFI yang ditambahkan adalah:

ml mg ml

mg 0,28 100

28

Dipipet 10 ml = x ml mg

ml mg

8 , 2 10 18

,

0

Penambahan sejumlah vitamin C baku dalam sampel dari data ke-1 dihitung dengan rumus:

(Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs

(0,980 ml – 0,02 ml) x 0,16715 mg/ml x 100 ml =

2 ml x 10,0530 g

= 0,5431 mg vitamin C/g sampel = 54,31 mg vitamin C/100 g sampel

Dan diperoleh kadar vitamin C (mg/g sampel) pada data ke-2 hingga ke-6 adalah 53,76; 54,06; 5371; 53,40; 54,15 mg vitamin C/100 g sehingga diperoleh kadar rata-rata vitamin C dari paprika hijau (recovery) adalah 53,90 mg/100 g.

Untuk penambahan 2,8 mg vitamin C baku ke dalam 10,0530 g sampel, maka kadar teoritis vitamin C untuk tiap g sampel:

2,8 mg

= x 99,99%


(67)

10,0530 g

= 0,2784 mg vitamin C/g sampel = 27,84 mg vitamin C/100 g sampel Maka % recovery:

= Kadar vitamin C setelah penambahan baku – kadar vitamin C sebelum penambahan baku x 100%

Kadar vitamin C baku yang ditambahkan 53,90 mg/100 g – 28,02 mg/100 g

= x 100% 27,84 mg/100 g

= 92,96 %


(68)

Lampiran 12. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari paprika hijau (Capsicum annuum L.) untuk Recovery

No. Kadar (mg/100 g) (Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 54,31 53,76 54,06 53,71 53,40 54,15 0,41 - 0,14 0,16 -0,19 - 0,5 0,25 0,1681 0,0196 0,0256 0,0361 0,25 0,0625 ∑ Xi = 323,39

X = 53,90

∑ (Xi –X )2 = 0,5619

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 5619 , 0

 = ± 0,34 mg/100 g % RSD = 

X SD

100%

= 100 90 , 53 34 , 0

 % = 0,63%


(69)

Lampirann 13. Tabel Nilai Kritikk Distribusii F


(70)

Lampiran 14. Tabel Kritik Distribusi t

α 0.1 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0025 df

1. 3.077684 6.313752 12.706205 31.820516 63.656741 127.321336 2. 1.885618 2.919986 4.302653 6.964557 9.924843 14.089047 3. 1.637744 2.353363 3.182446 4.540703 5.840909 7.453319 4. 1.533206 2.131847 2.776445 3.746947 4.604095 5.597568 5. 1.475884 2.015048 2.570582 3.364930 4.032143 4.773341 6. 1.439756 1.943180 2.446912 3.142668 3.707428 4.316827 7. 1.414924 1.894579 2.364624 2.997952 3.499483 4.029337 8. 1.396815 1.859548 2.306004 2.896459 3.355387 3.832519 9. 1.383029 1.833113 2.262157 2.821438 3.249836 3.689662 10. 1.372184 1.812461 2.228139 2.763769 3.169273 3.581406 11. 1.363430 1.795885 2.200985 2.718079 3.105807 3.496614 12. 1.356217 1.782288 2.178813 2.680998 3.054540 3.428444 13. 1.350171 1.770933 2.160369 2.650309 3.012276 3.372468 14. 1.345030 1.761310 2.144787 2.624494 2.976843 3.325696 15. 1.340606 1.753050 2.131450 2.602480 2.946713 3.286039 16. 1.336757 1.745884 2.119905 2.583487 2.920782 3.251993 17. 1.333379 1.739607 2.109816 2.566934 2.898231 3.222450 18. 1.330391 1.734064 2.100922 2.552380 2.878440 3.196574 19. 1.327728 1.729133 2.093024 2.539483 2.860935 3.173725 20. 1.325341 1.724718 2.085963 2.527977 2.845340 3.153401


(71)

Lampiran 15. Daftar Gizi Paprika (Capsicum annuum L. var. Grossum) dalam 100 g Buah Segar

Kandungan gizi per 100 g buah

Paprika Merah Paprika Hijau Paprika Kuning

Energi (kkal) 26 20 27

Protein (g) 0,99 0,86 1

Lemak total (g) 0,3 0,17 0,21

Lemak jenuh (g) 0,06 0,06 0,03

Lemak tak jenuh tunggal (g)

0,01 0,01 -

Lemak tak jenuh ganda (g)

0,16 0,06

Karbohidrat (g) 6,03 4,64 6,32

Serat (g) 2 1,7 0,9

Gula (g) 4,2 2,4 -

Kalsium (mg) 7 10 11

Besi (mg) 0,43 0,34 0,46

Magnesium (mg) 12 10 12

Fosfor (mg) 26 20 24

Kalium (mg) 211 175 212

Natrium (mg) 2 3 2

Seng (mg) 0,25 0,13 0,17

Tembaga (mg) 0,02 0,07 0,11

Mangan (mg) 0,11 0,12 0,12

Selenium (mg) 0,1 80,4 0,3

Vitamin C (mg) 190 0,06 183,5


(72)

Thiamin (mg) 0,05 0,03 0,03

Riboflavin (mg) 0,09 0,48 0,03

Niacin (mg) 0,98 0,22 0,89

Vitamin B6 (mg) 0,29 11 0,17

Folat (mkg) 18 0 26

Vitamin B12 (mkg) 0 370 0

Vitamin A (IU) 3,131 0,37 200

Vitamin E (mg) 1,58 7,4 -

Vitamin K (mkg) 4,9 7,4 -


(1)

10,0530 g

= 0,2784 mg vitamin C/g sampel = 27,84 mg vitamin C/100 g sampel Maka % recovery:

= Kadar vitamin C setelah penambahan baku – kadar vitamin C sebelum penambahan baku x 100%

Kadar vitamin C baku yang ditambahkan 53,90 mg/100 g – 28,02 mg/100 g

= x 100% 27,84 mg/100 g

= 92,96 %


(2)

Lampiran 12. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari paprika hijau

(Capsicum annuum L.) untuk Recovery

No. Kadar (mg/100 g) (Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 54,31 53,76 54,06 53,71 53,40 54,15 0,41 - 0,14 0,16 -0,19 - 0,5 0,25 0,1681 0,0196 0,0256 0,0361 0,25 0,0625 ∑ Xi = 323,39

X = 53,90

∑ (Xi –X )2 = 0,5619

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 5619 , 0

 = ± 0,34 mg/100 g

% RSD = 

X SD

100%

= 100 90 , 53 34 , 0

 % = 0,63%


(3)

Lampirann 13. Tabel Nilai Kritikk Distribusii F


(4)

Lampiran 14. Tabel Kritik Distribusi t

α 0.1 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0025 df

1. 3.077684 6.313752 12.706205 31.820516 63.656741 127.321336 2. 1.885618 2.919986 4.302653 6.964557 9.924843 14.089047 3. 1.637744 2.353363 3.182446 4.540703 5.840909 7.453319 4. 1.533206 2.131847 2.776445 3.746947 4.604095 5.597568 5. 1.475884 2.015048 2.570582 3.364930 4.032143 4.773341 6. 1.439756 1.943180 2.446912 3.142668 3.707428 4.316827 7. 1.414924 1.894579 2.364624 2.997952 3.499483 4.029337 8. 1.396815 1.859548 2.306004 2.896459 3.355387 3.832519 9. 1.383029 1.833113 2.262157 2.821438 3.249836 3.689662 10. 1.372184 1.812461 2.228139 2.763769 3.169273 3.581406 11. 1.363430 1.795885 2.200985 2.718079 3.105807 3.496614 12. 1.356217 1.782288 2.178813 2.680998 3.054540 3.428444 13. 1.350171 1.770933 2.160369 2.650309 3.012276 3.372468 14. 1.345030 1.761310 2.144787 2.624494 2.976843 3.325696 15. 1.340606 1.753050 2.131450 2.602480 2.946713 3.286039 16. 1.336757 1.745884 2.119905 2.583487 2.920782 3.251993 17. 1.333379 1.739607 2.109816 2.566934 2.898231 3.222450 18. 1.330391 1.734064 2.100922 2.552380 2.878440 3.196574 19. 1.327728 1.729133 2.093024 2.539483 2.860935 3.173725 20. 1.325341 1.724718 2.085963 2.527977 2.845340 3.153401


(5)

Lampiran 15. Daftar Gizi Paprika (Capsicum annuum L. var. Grossum) dalam 100 g Buah Segar

Kandungan gizi per 100 g buah

Paprika Merah Paprika Hijau Paprika Kuning

Energi (kkal) 26 20 27

Protein (g) 0,99 0,86 1

Lemak total (g) 0,3 0,17 0,21

Lemak jenuh (g) 0,06 0,06 0,03

Lemak tak jenuh tunggal (g)

0,01 0,01 -

Lemak tak jenuh ganda (g)

0,16 0,06

Karbohidrat (g) 6,03 4,64 6,32

Serat (g) 2 1,7 0,9

Gula (g) 4,2 2,4 -

Kalsium (mg) 7 10 11

Besi (mg) 0,43 0,34 0,46

Magnesium (mg) 12 10 12

Fosfor (mg) 26 20 24

Kalium (mg) 211 175 212

Natrium (mg) 2 3 2

Seng (mg) 0,25 0,13 0,17

Tembaga (mg) 0,02 0,07 0,11

Mangan (mg) 0,11 0,12 0,12

Selenium (mg) 0,1 80,4 0,3

Vitamin C (mg) 190 0,06 183,5


(6)

Thiamin (mg) 0,05 0,03 0,03

Riboflavin (mg) 0,09 0,48 0,03

Niacin (mg) 0,98 0,22 0,89

Vitamin B6 (mg) 0,29 11 0,17

Folat (mkg) 18 0 26

Vitamin B12 (mkg) 0 370 0

Vitamin A (IU) 3,131 0,37 200

Vitamin E (mg) 1,58 7,4 -

Vitamin K (mkg) 4,9 7,4 -