Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu menghitung semua telur yang ada. Sampel telur yang dihitung yaitu sampel
telur kepiting pasir yang dipilih berdasarkan selang kelas panjang karapasnya, sehingga untuk Emerita emeritus sampel yang dihitung telurnya yaitu 47 ekor dan
untuk Hippa ovalis 13 ekor. Penghitungan telur dilakukan dengan mengeluarkan telur yang ada di bawah telson ke dalam cawan petri, kemudian diberi air sedikit
untuk memudahkan dalam menghitung. Setelah itu diambil menggunakan pipet sedikit demi sedikit sehingga dapat membantu untuk memudahkan dalam
penghitungan telur. Setelah itu dihitung satu per satu dengan bantuan alat penghitung counter. Setelah penghitungan telur selesai, dilakukan pengecekkan
stadia telur dan ukuran telur dengan menggunakan mikroskop. Pengecekan stadia telur dilakukan dengan cara mengambil sampel telur,
kemudian diletakkan pada gelas objek yang kemudian ditutup menggunakan cover glass.
Setelah itu, mulai pengamatan menggunakan mikroskop. Apabila kurang jels, pada saat sebelum pengamatan, sampel tidak perlu ditutup.
3.3 Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analilis hubungan panjang karapas dengan berat total, sebaran frekuensi panjang karapas, nisbah kelamin, analisis
stadia telur, serta analisis hubungan fekunditas dengan panjang karapas. Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing analisis data yang dilakukan saat penelitian.
3.3.1 Hubungan panjang karapas dengan berat total
Pertumbuhan merupakan perubahan baik panjang, berat, maupun volume yang terjadi dalam waktu tertentu. Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari
panjang. Hubungan panjang berat digambarkan dengan W = aL
b
, dimana a dan b adalah konstanta yang didapatkan dari perhitungan regresi, sedangkan W adalah
berat dan L adalah panjang. Bilamana nilai n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan
tidak berubah bentuknya disebut dengan pertumbuhan isometrik. Jika b lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Apabila nilai b kurang
dari 3 menunjukkan keadaan pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan
14
beratnya. Sementara itu, jika nilai b lebih besar dari 3 menunjukkan pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya Effendie 2005.
3.3.2 Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang dapat dianalisis menggunakan data panjang kepiting pasir yang telah di ukur. Adapun analisis data frekuensi panjang menurut
Walpole 1992 dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan
2. Menentukan lebar kelas 3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan masing-masing kelas dengan
memasukkan panjang dan masing-masing biota contoh pada selang kelas yang telah ditentukan. Untuk memudahkan, dapat menggunakan tool berupa program
ms. Excel. 4. Sebaran frekuensi panjang yang didapatkan kemudian diplotkan ke dalam sebuah
grafik. Pada grafik tersebut dapat dilihat pergeseran sebaran kelas panjang setiap pengambilan contoh, yang menggambarkan jumlah kelompok umur cohort dari
contoh tersebut sehingga jika terdapat pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kelompok umur.
3.3.3 Nisbah kelamin
Nisbah kelamin sex ratio merupakan perbandingan jumlah kepiting pasir jantan dibanding dengan betinanya. Idealnya, untuk populasi di alam, rasionya
adalah 1. Hal ini berarti 1 jantan, untuk 1 betina. Sex ratio hanya membandingkan jumlah jantan dengan jumlah betina yang tertangkap di setiap bulannya. Setelah itu,
diuji dengan menggunakan uji chi-square dengan faktor koreksi Yates’ untuk uji lanjutnya Fowler Cohen 1992
3.3.4 Analisis stadia telur kepiting pasir