merupakan konsumen tingkat awal di daerah pantai berpasir Rodgers 1778; Lercari Deffeo 1999; Hurband Dugan 2003 in Boere et al. 2011.
Selain dapat dijadikan indikator suatu perairan, dilihat dari segi ekonomi kepiting pasir memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Di daerah pesisir Kebumen,
nilai jual 1 kilogram yutuk mencapai Rp 25.000,00. Saat ini, besarnya tingkat pemanfaatan kepiting pasir tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang cara
melestarikan sumberdaya kepiting pasir. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai studi beberapa aspek biologi kepiting pasir. Hasil dari analisis tentang
beberapa aspek biologi kepiting pasir ini dapat dijadikan sebagai bukti ilmiah dan dapat menjadi input dalam penyusunan suatu rencana untuk melakukan pengelolaan
sumberdaya perikanan kepiting pasir secara berkelanjutan di Indonesia secara umum, dan khususnya di pesisir Kabupaten Kebumen.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi kepiting pasir jenis Emerita emeritus dan Hippa ovalis meliputi pola pertumbuhan, distribusi
selang ukuran panjang karapas, nisbah kelamin, dan aspek reproduksi yang meliputi stadia telur dan fekunditas.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bukti ilmiah dan dapat dijadikan input dalam penyusunan suatu rencana pengelolaan sumberdaya perikanan kepiting
pasir secara berkelanjutan serta memberikan informasi mengenai beberapa aspek biologi kepiting pasir jenis Emerita emeritus dan Hippa ovalis di pantai Kecamatan
Buluspesantren, Kabupaten Kebumen.
1.4 Rumusan Masalah
Sumberdaya perikanan pantai terdiri dari sumberdaya fisik dan biologi. Sumberdaya fisik sebagai contoh yaitu pantai itu sendiri. Sedangkan sumberdaya
biologi misalnya kepiting pasir. Kepiting pasir atau yang sering disebut dengan yutuk oleh masyarakat Kebumen, memiliki nilai ekonomis maupun ekologis.
Kepiting pasir bernilai ekonomis karena memiliki nilai jual, sehingga dijadikan
2
sumber mata pencaharian warga sekitar pesisir pantai di wilayah Kebumen. Kepiting pasir dapat dijadikan makanan khas pantai yang sangat digemari. Oleh karena itu,
setiap harinya kepiting ditangkap untuk memenuhi kebutuhan warung-warung yang ada di sekitar pantai. Secara ekologis, menurut Rodgers 1978, Lercari Defeo
1999 dan Hurband Dugan 2003 in Boere et al. 2011 kepiting pasir merupakan sumberdaya penting dalam siklus rantai makanan yang berperan sebagai
konsumen tingkat awal dalam trofik level. Apabila setiap hari kepiting pasir ditangkap secara intensif tanpa mempertimbangkan fase-fase penting dalam daur
hidupnya, tentu dapat mengganggu fungsi ekologis dan manajemen kelestariannya. Besarnya pemanfaatan dan penangkapan tidak diimbangi dengan pengetahuan
tentang cara melestarikan sumberdaya kepiting pasir, oleh karena itu perlu dilakukan studi mengenai beberapa aspek biologi kepiting pasir yang dapat dijadikan input
untuk pengelolaan sumberdaya kepiting pasir secara berkelanjutan.
2.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir