Pada gambar
10 ditampilkan
animasi yang
didapat dari
www.noaa.cdc.gov selama
periode penelitian Januari 2007 sampai dengan Juli
2009. Terlihat terjadi peningkatan kecepatan angin Zonal di sekitar kota Pontianak,
Manado, dan Biak. Animasi dari NOAA ini menguatkan hasil analisis yang dilakuka di
ketiga
kota, bahwa
memang terjadi
peningkatan kecepatan angin Zonal pada kota Pontianak, Manado, dan Biak dengan
periode peningkatan yang sama pada kota satu dengan kota lainnya. Seperti terlihat
pada gambar 8 terjadi peningkatan pada periode yang sama antara kota Pontianak
dengan Manado dan Pontianak dengan Biak. Fenomena inilah yang membuat data
menjadi unik. Sehingga dilakukan analisis lebih lanjut terhadap peningkatan variance
yang terjadi selama periode yang bersamaan. Menganalisis kemungkinan hubungan yang
terjadi pada masing-masing kota, untuk itu dilakukan analiss secara periode dengan
melihat hubungan yang terjadi pada masing- masing kota.
4.1.2 Analisis Jangka Pendek
Analisis jangka pendek merupakan pembagian waktu berdasarkan kejadian
yang terjadi di Pontianak, Manado, dan Biak pada saat yang bersamaan. Analisis ini
dibagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama pada tanggal 1 November 2007
sampai dengan 30 Januari 2008 di kota
Pontianak dan Biak. Periode kedua, yaitu pada tanggal 7 Desember 2008 sampai
dengan 7 Maret 2009 di kota Pontianak dan Manado. Analisis ini mengamati adanya
korelasi pada waktu yang bersamaan di dua kota, yaitu Pontianak dengan Biak dan
Pontianak dengan Manado. Analisis jangka pendek difokuskan hanya pada puncak-
puncak yang terdapat di tiga kota. Pembagian
periode menurut
kejadian, bertujuan untuk mengetahui hubungan
diantara dua
kota seperti
disebutkan sebelumnya, seperti terlihat pada gambar
11. Gambar 10 Data NCEP reanalysis periode penelitian angin Zonal Januari 2007 sampai
dengan Juli 2009 dari NOAA www.noaa.cdc.gov
Gambar 11 Puncak-puncak yang terdapat di tiga kota dari data WPR Wind Profiling Radar 4.1.2.1 Periode I 1 November 2007
– 30 Januari 2008
Seperti terlihat pada gambar 12, terjadi puncak pada sekitar 48 harian dengan
periode sekitar 91 hari. Terindikasi bahwa terjadi MJO pada kota Pontianak pada
periode ini. Seperti monitoring BMKG terhadap aktivitas MJO. Terkait kondisi
gerakan udara vertikal di wilayah Indonesia, pada awal hingga akhir September 2008
intensitasnya lemah hingga sedang. Sebagai dampaknya, pada awal hingga pertengahan
September 2008 pembentukan awan-awan hujan berpeluag terjadi di wilayah Indonesia
sekitar dan utara ekuator, sedangkan pada pertengahan hingga akhir September 2008
seluruh wilayah Indonesia dalam kondisi netral BMKG 2008.
Gambar 12 Wavelet angin zonal 850 mb di Pontianak dari data WPR Wind Profiling Radar periode 1 November 2007
– 30 Januari 2008
Gambar 13 Wavelet angin zonal 850 mb di Biak dari data WPR Wind Profiling Radar periode 1 November 2007
– 30 Januari 2008 4.1.2.2 Periode II 7 Desember 2008
– 7 Maret 2009
Sama halnya
dengan periode
pertama, kota Pontianak pada periode ini diindikasi juga mengalami MJO. Osilasi
pada periode ini di kota Pontianak sekitar 32 harian.
Gambar 14 Wavelet angin zonal 850 mb di Pontianak dari data WPR Wind Profiling Radar periode 7 Desember 2008
– 7 Maret 2009
Gambar 15 Wavelet angin zonal 850 mb di Manado dari data WPR Wind Profiling Radar periode 7 Desember 2008
– 7 Maret 2009 4.2
Analisis Time Series
Pada analisis ini memperlihatkan fase terhadap waktu baik tiga kota maupun
iklim global. Pada gambar 16 terlihat time series iklim global yang terdiri dari
WNPMI, ISMI, dan AUSMI. Terlihat WNPMI dan ISMI dalam satu fase,
dikarenakan WNPMI dan ISMI merupakan Monsun Asia. Sedangkan, AUSMI yang
merupakan Monsun Australia berbeda fase dengan Monsun Asia.
Fase WNPMI dan ISMI maupun AUSMI
mengikuti sinusoida.
Namun, Monsun Asia yang terdiri dari WNPMI dan
ISMI memiliki indeks positif sekitar bulan Juni sampai dengan Agustus pada tahun
2007, 2008 dan 2009. Indeks negatif Monsun Asia pada periode ini sekitar bulan
Desember sampai dengan Februari pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Sedangkan
Monsun Australia memiliki indeks positif sekitar bulan Desember sampai dengan
Februari pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Indeks negatif Monsun Australia pada
periode ini sekitar bulan Juni sampai dengan Agustus pada tahun 2007, 2008, dan 2009.
Seperti diketahui bahwa Monsun Asia yang menimbulkan hujan. Karena
membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Lautan di sekitar selatan Jepang, sehingga
menimbulkan hujan di sebagian wilayah Indonesia dan itu terjadi pada sekitar bulan
Desember sampai dengan Februari DJF. Namun, dalam time series yang ditunjukkan
pada gambar 16, terlihat bahwa pada sekitar bulan Desember sampai dengan
Februari indeks Monsun Asia bernilai negatif. Baik ISMI maupun WNPMI,
keduanya memiliki nilai indeks yang negatif.
Monsun Australia
yang menimbulkan
kemarau bagi
kawasan Indonesia. Karena melewati gurun di daerah
utara Australia dan langsung menuju kawasan Indonesia, sehingga menimbulkan
kemarau bagi kawasan Indonesia. Musim kemarau di kawasan Indonesia umumnya
terjadi sekitar bulan Juni sampai dengan Agustus JJA. Namun, indeks Monsun
Australia yang ditunjukkan dalam time series pada gambar 16 menunjukkan nilai
negatif pada bulan tersebut.
Baik Monsun Asia WNPMI dan ISMI maupun Monsun Australia AUSMI,
keduanya saling berlawanan fase. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Monsun Asia dan
Monsun Australia tidak dapat dikatakan saling
menguatkan atau
melemahkan. Namun saling menghilangkan, baik Monsun
Asia mapun Monsun Australia, sedangkan Monsun Asia sendiri yang terdiri dari
WNPMI dan ISMI, keduanya bersifat saling
menguatkan dan saling melemahkan. Karena time series WNPMI dan ISMI memiliki fase
yang sama. Pada time series tiga kota, yaitu
Pontianak, Manado,
dan Biak
memperlihatkan ketiganya dalam satu fase yang sama sejak Januari 2007 sampai
dengan Juli 2009. Namun, indeks kota Biak lebih ekstrim dibandingkan dengan kota
Pontianak dan Manado. Pada gambar time serie tersebut terlihat tiga puncak yang
terjadi pada sekitar bulan Januari dan tiga lembah yang terjadi pada sekitar bulan
Agustus.
Maka, time series tiga kota, yaitu Pontianak, Manado, dan Biak serta time
series iklim global, yaitu WNPMI, ISMI, dan AUSMI terdapat kesamaan antara pola
fase tiga kota dengan Monsun Australia. Terlihat, baik tiga kota maupun Monsun
Australia memiliki puncak pada sekitar bulan Januari dan lembah sekitar bulan
Desember. Puncak dan lembah tentu saja mewakili nilai indeks positif dan nilai indeks
negatif pada time series tersebut. Hal ini menandakan bahwa, Monsun Australia
menguatkan atau melemahkan tiga kota Pontianak, Manado, dan Biak pada periode
penelitian ini. Nilai positif dan negatif pada indeks
yang ditunjukkan time series menunjukkan bahwa saat itulah sedang terjadi musim
hujan atau musim kering. Pada time series iklim global Monsun Australia memiliki
indeks negatif setiap bulan Januari. Hal ini menandakan bahwa sedang terjadi musim
kering. Sedangkan Monsun Australia yang berindeks positif menandakan bahwa sedang
terjadi musim hujan. Sehingga diketahui bahwa ketika indeks Monsun Australia
positif
menandakan angin
berhembus menuju Benua Australia atau ke Selatan.
Gambar 16 Time Series iklim global ISMI,WNPMI,AUSMI periode Januari 2007 –
Juli 2009
Lain halnya dengan indeks Monsun Asia, yaitu ISMI dan WNPMI. Monsun Asia
ketika indeksnya bernilai positif setiap bulan Agustus menandakan bahwa sedang terjadi
musim kering.
Begitu juga
dengan sebaliknya, ketika Monsun Asia bernilai
indeks negatif setiap bulan Januari, ini menandakan bahwa sedang terjadi musim
hujan. Ketika indeks Monsun Asia bernilai negatif, hal ini angin berhembus dari Barat
yang mengandung uap air. Monsun Asia dan Australia memiliki nilsi indeks yang
berlawanan satu dengan lainnya, namun memiliki arti yang sama.
4.3 Analisis Statistika