hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.
Kota Pontianak terletak pada garis lintang
bertepatan dengan
garis Khatulistiwa dan 109
, 20 menit, 00 detik Bujur
Timur. Tepatnya
posisi kota
Pontianak berada pada 0 02’ 24” LU – 0
01’ 37” LS dan 109 16’ 25” BT – 109
23’ 04” BT. Rata-rata kelembaban nisbi dalam
daerah kota Pontianak maksimum 99,58 dan minimum 53 dengan rata-rata
penyinaran matahari minimum 53 dan maksimum
73 pemerintah
kota Pontianak.
2.3.2 Kota Manado
Kota Manado terletak diantara 1 30’
– 1 40’ Lintang Utara dan 124
40’ – 126 50’ Bujur Timur. Secara administrasi kota
Manado terbagi kedalam sembilan wilayah kecamatan
dan delapan
puluh tujuh
kelurahandesa. Kota Manado memiliki luas wilayah sebesar 157,26 Km
2
. Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi
untuk tiap kecamatan. Secara keseluruhan kota Manado sebesar 92,15 persen dari luas
wilayah Kota
Manado terletak
pada ketinggian 0
– 240 dari permukaan laut. Hal ini disebabkan tekstur alam kota Manado
yang berbatasan dengan pantai dan dengan kontur tanah yang berombak dan bernukit.
Sebagai daerah yang terletak di garis Khatulistiwa, maka kota Manado hanya
mengenal dua musim yaitu musim basah dan musim kemarau. Curah hujan di suatu
tempat antara lain tentukan oleh keadaan iklim,
keadaan orographi
dan perputaranpertemuan arus udara. Oleh
karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan. Berdasarkan pengamatan di
Stasiun Meteorologi Manado, rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara 67
mm bulan September sampai 574 mm bulan Januari.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2007, suhu
udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 31,6
C sampai 34,9 C, sedangkan
suhu udara pada malam hari berkisar antara 19,1
C sampai 22 C. Suhu udara
maksimum terdapat pada bulan Oktober 34,9
C, sedangkan suhu udara minimum terdapat pada bulan September 19,1
C. Kota Manado mempunyai kelembaban udara
relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 71 persen pada bulan September sampai 86
persen pada bulan Januari – Februari.
2.3.3 Kota Biak
Wilayah administrasi kabupaten Biak Numfor dibentuk oleh kepulauan yang
terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil. Letak geografisnya dekat dengan lintang 0
Khatulistiwa dan dikelilingi oleh Samudra Pasifik.
Secara umum
pola iklim
dipengaruhi oleh Monsun dan maritime, dimaa besaran pengaruhnya adalah pada
maritimnya. Sebagai akibatnya, curah hujan yang jauh relatif merata sepanjang tahun,
sehingga batas antara musim kemarau dan musim penghujan di kabupaten Biak
Numfor tidak tampak tegas. Secara umum curah huja tahunan di Biak Numfor rata-rata
309,3 mm.
Suhu rata-rata di kabupaten Biak Numfor mencapai 25,5
C dengan iklim kisaran rata-rata antara 21
C sampai dengan 32
C. Tingkat kelembaban udara di wilayah kabupaten Biak Numfor sangat tinggi, yaitu
berkisar antara 85 - 88 dengan kecepatan angin 3,2 knot. Penyinaran
matahari rata-rata mencapai 49 - 62, sehingga kabupaten Biak Numfor termasuk
dalam daerah dengan iklim panas sedang.
Keadaan topografi kabupaten Biak Numfor sangat bervariasi mulai daerah
pantai yang terdiri dari dataran rendah dengan lereng dan landai sampai dengan
daerah pedalaman
yang memiliki
kemiringan terjal.
Berdasarkan ketinggiannya, kabupaten Biak Numfor
berada pada ketinggian 0 sampai dengan 92 meter dari permukaan laut. Ketinggian
daerah pantai sebesar 0 – 5 dpl, seperti
daerah pantai pada Pulau Biak dan Pulau Numfor. Sedangkan ketinggian daerah
pedalamannya sendiri untuk Pulau Biak 10 –
600 m dpl dan Pulau Numfor 10 – 201 m
dpl. Secara morfologi, Pulau Biak terbagi
dalam 3 satuan, yaitu daratan, daerah bergelombang, dan perbukitan. Daerah
daratan dengan tingkat kemiringan 0 -2 dengan luas kira-kira 5 dari total luas
Pulau Biak.
2.4 Monsun di Indonesia
Kawasan Indonesia memang bukan sumber Monsun, tetapi terletak dalam
daerah kekuasaan Monsun Asia Selatan, Monsun Asia Tenggara, dan Monsun
Australia. Ketiga sistem Monsun tersebut saling
berinteraksi membentuk
sistem
Monsunal Indonesia. Misalnya, pada waktu Asia musim dingin di sebagian besar
Indonesia terjadi musim angin barat musim barat dan sebagian kecil di bagian barat
terjadi musim angin timur laut musim timur laut, dan ketika Asia musim panas,
disebagian besar Indonesia terjadi musim angin timur tenggara musim timur dan
sebagian kecil dibagian barat terjadi musim angin barat daya musim barat daya
Wirjohamidjojo 2010.
Musim barat
seperti diketahui
membawa uap air dari Laut Cina Selatan, sehingga
menyebabkan Indonesia
mengalami musim hujan. Sedangkan musim timur membawa udara kering karena berasal
dari wilayah Australia yang sebagian besar gurun dan hanya dibatasi selat kecil antara
wilayah
Indonesia dengan
Australia, sehingga menyebabkan Indonesia terutama
Indonesia bagian
selatan dan
timur mengalami
musim kering.
Menurut Wirjohamidjojo, selama Monsun barat,
PPAT Pias Pumpun Antartropik ITCZ terdapat di kawasan Indonesia. Sedangkan
dalam musim timur berada di luar sebelah utara. Mulai masuk Indonesia sekitar bulan
November dan bergerak umumnya dari utara ke selatan sampai bulan Januari. Kemudian
kembali ke utara, tetapi gerak hariannya tidak tetap ada kalanya hari ini ke utara
besoknya ke selatan dan sebaliknya.
Wirjohamidjojo menyebutkan awal Monsun southwest monsoon di suatu
tempat ditandai dengan: 1.
ITCZ berada di tempat tersebut 2.
ITCZ bergerak terus ke utara 3.
Datangnya ITCZ ditandai dengan; a.
Angin baratan westerly disebelah selatan ITCZ dengan kecepatan
sekitar 20 knot; tebal lapisan angin baratan sampai 6 km dari permukaan
laut
b. Palung khatulistiwa berimpit dengan
ITCZ c.
Terjadi hujan lebat dan badai Guntur Surutnya
Monsun southwest
monsoon di suatu tempat ditandai dengan: 1.
ITCZ mulai bergerak ke selatan, berawal dari akhir bulan Agustus, mulai dari
utara dan sekitar tanggal 15 Oktober Monsun timur laut berakhir di semua
tempat. Tetapi
di ujung
selatan semenanjung daratan India hujan masih
ada meskipun tidak ada kaitannya dengan
ITCZ melainkan
berkaitan dengan palung khatulistiwa.
2. Sering disertai dengan kilat dan guntur.
3. Paling akhir Monsun barat daya mulai 18
Juni 197. Bila
Monsun panas
southwest monsoon kuat dan banyak hujan di pantai
barat India, musim kemarau di Indonesia mundur
dan kering
sebaliknya jika
southwest monsoon lemah. Namun, Monsun Asia Tenggara terutama Monsun timurlaut
yang berbeda dengan Monsun di India memiliki pengaruh yang lebih dominan bagi
Indonesia. Ternyata pemanasan musiman di atas Kalimantan yang ditutupi hutan hujan
tropis, mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan timbulnya Monsun panas
Asia Murakamin T dan J Matsumoto 1994.
Di Indonesia di kenal dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau.
Umumnya musim hujan berkaitan dengan Monsun Monsun barat. Pun dengan musim
kering juga dipengaruhi oleh Monsun Monsun timur. Pengkajian tentang
Monsun telah lama dilakukan, antara lain oleh Walker 1924, Ramage 1967 dan
lainnya.
Demikian juga
pengkajian mengenai hubungan dan kaitan antara
Monsun Asia dan Australia dengan sistem cuaca dan iklim di Indonesia, seperti yang
dilakukan oleh Boerema 1926, de Boer 1948.
2.5 Struktur Lapisan Atmosfer