Analisis Jangka Panjang Analisis Spectral

Gambar 4 Diagram alir penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini periode yang digunakan dibagi dua, yaitu jangka panjang; Januari 2007 sampai dengan Juli 2009 dan jangka pendek. Analisis jangka pendek dibagi dalam dua periode, yaitu periode pertama 1 November 2007 sampai dengan 30 Januari 2008 dan periode kedua 7 Desember 2008 sampai dengan 7 Maret 2009. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kejadian yang “unik” yang terjadi dalam periode penelitian yang dilakukan. Selain itu, juga untuk mengetahui hubungan iklim global WNPMI, ISMI, dan AUSMI dengan 3 kota Pontianak, Manado, dan Biak. Agar dapat menjadi model iklim yang sesuai dengan kawasan Indonesia.

4.1 Analisis Spectral

4.1.1 Analisis Jangka Panjang

Analisis jangka panjang dalam penelitian ini merupakan bentuk analisa keseluruhan terhadap data dalam penelitian ini, dengan melihat dinamika yang ditunjukkan oleh PSD dan Wavelet. Seperti pada gambar 5 menunjukkan adanya kenaikan energy Spectral pada sekitar 365 hari di kota Pontianak, Manado, dan Biak. Hal ini menunjukkan terjadinya Monsun, karena osilasi pada ketiga kota tersebut menunjukkan sekitar 365 hari. Hal ini menandakan bahwa dalam 365 harian akan terjadi peningkatan kecepatan angin di kota Pontianak, Manado, dan Biak. Seperti disebutkan sebelumnya, ini menunjukkan fenomena Monsun terasa di Pontianak, Manado, dan Biak. Energy Spectral terbesar yaitu pada kota Biak dan energinya sangat kuat, yaitu sekitar 1.7 WHz jika dibandingkan dengan kota Pontianak dan Manado. Walaupun, pada periode yang sama di kota Pontianak dan Manado juga terjadi penguatan, namun dengan energy Spectral yang masih di bawah 0.5 WHz. Gambar 5 Power Spectral Density tiga kota, yaitu Pontianak, Manado, dan Biak dari data WPR Wind Profiling Radar periode Januari 2007 – Juli 2009 Karena PSD hanya dapat menunjukkan kekuatan sebagai fungsi dari frekuensi yang menunjukkan dimana frekuensi bervariasi kuat dan lemah Surbakti P 2010. Maka, akan digunakan analisis wavelet agar terlihat analisis transien, ketidakstasioneran atau fenomena berubah terhadap waktu IT Telkom. Hasil analisis wavelet pada ketiga kota, yaitu Pontianak, Manado, dan Biak terlihat perbedaan variance dan power dalam global wavelet spectrum. Selain itu, pada gambar 3 juga terlihat adanya MJO pada periode sekitar 40 harian. Gambar 6 Wavelet angin zonal 850 mb di Pontianak dari data WPR Wind Profiling Radar periode Januari 2007 – Juli 2009 Gambar 7 Wavelet angin zonal 850 mb di Manado dari data WPR Wind Profiling Radar periode Januari 2007 – Juli 2009. Gambar 8 Wavelet angin zonal 850 mb di Biak dari data WPR Wind Profiling Radar periode Januari 2007 – Juli 2009 Hasil rata-rata variance pada wavelet di kota Pontianak menunjukkan adanya dua periode puncak, yaitu sekitar bulan Desember 2007 dan Desember 2008. Selain itu, global wavelet spectrum menunjukkan adanya puncak pada periode sekitar 365 hari atau osilasi 12 bulan dengan power sekitar 600 ms 2 . Hal ini mengindikasikan adanya Monsun dan sesuai dengan analisis PSD yang sebelumnya dilakukan. Pada periode penelitian ini, kota Pontianak dominan angin baratan yang mengandung uap air dengan melihat banyaknya dominan periode positif pada data penelitian yang digunakan. Sedangkan pada kota Manado, hanya terdapat satu puncak pada periode yang sama yaitu sekitar bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009. Sama halnya dengan Pontianak, Manado juga terlihat adanya Monsun, seperti diperlihatkan oleh global wavelet spectrum yang menunjukkan periode sekitar 365 hari dengan power sekitar 300 ms 2 . Pada kota Manado juga dominan angin baratan, hal ini terlihat dari dominannya nilai positif pada periode data yang digunakan. Periode data yang menunjukkan angin baratan jumlahnya berkurang jika dibandingkan dengan periode data angin baratan pada kota Pontianak. Pada variance kota Biak, terlihat puncak pada bulan Desember 2007 dan diikuti dua puncak kecil sekitar bulan Juni 2007 dan Juni 2008. Demikian juga dengan kota Biak pada global wavelet spectrum menunjukkan periode sekitar 365 hari dengan power sekitar 2500 ms 2 . Global wavelet spectrum yang dimiliki kota Biak memang lebih besar jika dibandingkan dengan kota Pontianak dan Manado, belum diketahui mengapa hal ini dapat terjadi. Angin baratan masih dominan terjadi di kota Biak, walaupun jika dibandingkan dengan kota Pontianak dan Manado periode yang menunjukkan angin baratan lebih sedikit. Dengan menggunakan analisa periode panjang pada ketiga kota tersebut, didapat korelasi antara ketiga kota. Hal ini terlihat dari puncak masing-masing kota tersebut. Ketiga kota tersebut menunjukkan adanya osilasi Monsun, baik dalam rata-rata variance yang bernilai besar maupun kecil. Selain itu, ketiga kota juga menunjukkan periode harian sekitar 365 harian yang ditunjukkan oleh global wavelet spectrum pada masing-masing kota. Selain itu, pada ketiga kota tersebut angin yang dominan adalah angin baratan yang berpotensi membawa hujan. Angin baratan yang terdapat pada masing-masing kota memiliki jumlah periode yang berbeda. Namun yang pasti adalah, bahwa jumlah periode angin baratan akan berkurang jika semakin ke timur. Ketika diamati letak kota Pontianak, Manado, dan Biak. Maka kota Biak adalah kota yang paling timur dalam posisinya. Hal ini sesuai, bahwa angin baratan merupakan angin yang berasal dari daerah barat atau Benua Asia dan berhembus ke arah timur atau Benua Australia. Sehingga, kapasitas uap air yang dibawa berkurang karena telah jatuh berupa hujan di sepanjang lintasan angin baratan, jadi sesuai dengan dominan periode angin baratan yang terdapat di tiap kota. Kota Pontianak memiliki periode angin baratan yang lebih banyak daripada kota Manado dan kota Biak. Sedangkan Biak, memiliki periode angin baratan yang paling sedikit jika dibandingkan dengan kota Pontianak dan kota Manado. Karena kota Biak berada pada posisi paling timur dan uap air yang dikandung angin baratan sudah banyak yang jatuh dalam bentuk hujan di sepanjang perlintasan angin baratan menuju timur atau Benua Australia. Selain itu, kota Biak ternyata mengikuti pola normal musim, yaitu Desember sampai dengan Februari merupakan musim basah dan Juni sampai dengan Agustus merupakan musim kering. Pola angin di kota Biak seperti sinusoida satu setengah fase. Lain dengan kota Pontianak dan Manado, keduanya selama periode Januari 2007 sampai dengan Juli 2009 dominan angin baratan atau musim basah. Hal ini seperti ada kaitannya dengan Monsun Asia WNPMI yang dominan pada periode tersebut, seperti yang ditunjukkan pada gambar 9. Sehingga mempengaruhi kota Pontianak dan Manado menjadi dominan angin baratan. Sedangkan Biak sedikit dipengaruhi oleh Monsun Asia, karena posisi Biak yang lebih dekat dengan Australia. Gambar 9 Power Spectral Density iklim global ISMI, WNPMI, dan AUSMI dan tiga kota Pontianak, Manado, dan Biak dari data WPR Wind Profiling Radar periode Januari 2007 – Juli 2009 Monsun Asia yang terjadi pada periode penelitian ini, jika dianalisis maka energy Spectral WNPMI lebih besar atau paling tinggi dibandingkan dengan ISMI, seperti terlihat pada gambar 9. Pada gambar 9, menunjukkan PSD yang terbesar diantara iklim global adalah WNPMI, yang kedua adalah ISMI dan ketiga adalah AUSMI. Periode iklim global WNPMI, ISMI, dan AUSMI serta kota Pontianak, Manado, dan Biak menunjukkan periode 365 harian. Mengutip dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat menyatakan bahwa pada kondisi normal, angin pasat dan Monsun Asia lebih dominan sesuai dengan dinamika ITCZ. Maka, hasil dari power Spectral density pada gambar 9 sesuai dengan pernyataan PPPTA. Pada gambar 9 terlihat Monsun Asia yang terdiri dari WNPMI dan ISMI lebih dominan dari pada Monsun Australia yaitu AUSMI pada periode penelitian ini, dengan melihat energy Spectral pada PSD gambar 9. Berdasarkan analisis PSD dan wavelet, osilasi maksimum kecepatan angin zonal harian pada ketinggian ~ 1.5 Km ~ 850 mb di Pontianak, Manado, dan Biak serta iklim global WNPMI, ISMI, dan AUSMI menunjukkan ~ 365 harian. Artinya apabila osilasi ini berjalan dengan sempurna, tidak ada faktor lain yang mengganggu, dalam 365 harian akan terjadi peningkatan kecepatan angin di kawasan- kawasan yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan fenomena Monsoon terasa di Pontianak, Manado, dan Biak. Pada gambar 10 ditampilkan animasi yang didapat dari www.noaa.cdc.gov selama periode penelitian Januari 2007 sampai dengan Juli 2009. Terlihat terjadi peningkatan kecepatan angin Zonal di sekitar kota Pontianak, Manado, dan Biak. Animasi dari NOAA ini menguatkan hasil analisis yang dilakuka di ketiga kota, bahwa memang terjadi peningkatan kecepatan angin Zonal pada kota Pontianak, Manado, dan Biak dengan periode peningkatan yang sama pada kota satu dengan kota lainnya. Seperti terlihat pada gambar 8 terjadi peningkatan pada periode yang sama antara kota Pontianak dengan Manado dan Pontianak dengan Biak. Fenomena inilah yang membuat data menjadi unik. Sehingga dilakukan analisis lebih lanjut terhadap peningkatan variance yang terjadi selama periode yang bersamaan. Menganalisis kemungkinan hubungan yang terjadi pada masing-masing kota, untuk itu dilakukan analiss secara periode dengan melihat hubungan yang terjadi pada masing- masing kota.

4.1.2 Analisis Jangka Pendek