1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan mengeluarkan beberapa undang-undang pajak baru yaitu undang-undang No 28
tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan undang - undang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang merupakan
perubahan keempat atas undang-undang No 7 tahun 1983. Salah satu hasil dari reformasi pajak tahun 2008 yaitu diberlakukanya tarif pajak baru untuk wajib
pajak orang pribadi, tarif PPh tertinggi diturunkan dari 35 menjadi 30 dan lapisan tarif disederhanakan dari 5 menjadi 4 lapisan, namun lapisan penghasilan
kena pajak diperluas yaitu lapisan tertinggi dari sebesar Rp 200 juta menjadi Rp 500 juta. Sementara wajib pajak badan, tarif yang semula terdiri dari 3 lapisan
10, 15, dan 30 menjadi tarif tunggal 28 ditahun 2009 dan 25 ditahun 2010. Selain itu, bagi wajib pajak yang telah go public diberikan pengurangan
5 dari tarif normal. Hal ini berarti setelah berlakunya undang-undang nomor 36 tahun 2008, perusahaan akan membayar pajak yang lebih kecil untuk jumlah
penghasilan sama dengan periode sebelumnya. Mengingat peranan pajak sebagai beban perusahaan. Hal ini dapat memberikan insentif bagi perusahaan.
Abimanyu 2003:15 menyebutkan bahwa “reformasi perpajakan adalah perubahan mendasar disegala aspek perpajakan yang memiliki tiga tujuan utama,
yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi
Universitas Sumatera Utara
2
perpajakan yang tinggi, dan produktivitas aparat perpajakan yang tinggi”. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan kesederhanaan, arah
dan tujuan perubahan undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Mardiasmo 2008:20 menyatakan bahwa perpajakan harus mengacu pada
kebijakan pokok sebagai berikut: Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung
penerimaan negara, meningkatkan pelayanan dan kepastian hukum bagi masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam penanaman modal
dengan tetap mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat serta menyesuaikan tuntutan pekembangan sosial ekonomi masyarakat serta
perkembangan teknologi informasi, meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban, meyederhanakan prosedur administrasi perpajakan,
meningkatkan penerapan prinsip self assessment serta akuntabel dan konsisten mendukung iklim usaha kearah yang lebih kondusif dan
kompetitif.
Asumsi pajak sebagai biaya akan mempengaruhi laba profit margin, sedangkan asumsi pajak sebagai distribusi laba akan mempengaruhi tingkat
pengembalian atas investasi rate of return on investment. Status perusahaan yang go public atau belum akan mempengaruhi kebijakan pembagian deviden.
Perusahaan yang sudah go public umumnya cenderung high profile daripada perusahaan yang belum go public. Agar pasar sahamnya meningkat, perusahaan
go public akan berusaha tampil sebaik mungkin, sukses dan membagi deviden yang besar. Demikian juga dengan pembayaran pajaknya akan diusahakan sebaik
mungkin. Namun apapun asumsinya, secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh
perusahaan. dalam rangka meningkatkan investasi kembali oleh perusahaan. dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka perusahaan akan
menekankan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengan kewajiban
Universitas Sumatera Utara
3
membayar pajak, karena biaya akan menurunkan laba setelah pajakk after tax profit, tingkat pengembalian rate of return, dan arus kas cash flows.
Kebijakan yang umum digunakan untuk mendukung iklim usaha kearah yang lebih kompetitif dan menarik investasi dengan melakukan penarifan pajak.
Fenomena turun naik pajak biasanya cenderung situsional dan bersifat regional. Misalnya kawasan ASEAN itu hanya terjadi di negara berkembang. Di Negara
maju pengaruh perbedaan tarif pajak lebih rendah cenderung tidak signifikan untuk lebih mampu menarik investasi.
Bila diamati lebih dalam tarif pajak yang rendah belum tentu besar pajaknya akan lebih rendah pula dari tarif yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya,
berarti ada unsur lain yang perlu diperhatikan. Unsur lain sebagai mana formula penghitungan pajak, yaitu : tarif pajak dikalikan dasar pengenaan pajak. Berarti
selain tarif pajak, unsur lain yang tidak kalah pentingnya dan perlu diperhatikan adalah penghasilan kena pajak.
Di Indonesia, untuk menghitung PPh terutang ada tiga komponen yang perlu dicermati dalam penghasilan kena pajak. Pertama, besaran peredaran usaha atau
omzet. Kedua, biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk harga pokok penjualan maupun biaya operasional. Dan ketiga, kompensasi kerugian. Adanya potensi
keterkaitan antara tarif pajak dengan besarnya penerimaan negara dari pajak penghasilan dan investasi yang dilakukan oleh badan usaha sebagai wajib pajak.
Tarif pajak ditetapkan oleh pemerintahan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat secara independen dan dikenakan atas laba usaha yang berasal
dari selisih pendapatan dan biaya operasional yang menjadi funngsi dari sebuah
Universitas Sumatera Utara
4
keputusan investasi. Sudah menjadi suatu kelaziman dalam dunia usaha jika melakukan investasi sebagai kebijakan berorientasi peningkatan kesejahteraan
pemilik modal dengan mempertimbangkan secara khusus pengaruh tarif pajak yang akan dikenakan terhadap penghasilan dari investasi tersebut. Estimasi pajak
terutang akan diperlakukan sebagai biaya yang tidak terhindarkan unavoidable cost dalam keputusan investasi. Menurut Soemarso 2007:22 adalah “kebijakan
fiskal terutama yang berkaitan dengan perpajakan, kebijakan moneter yang akan memperngaruhi tingkat bunga dan inflasi, kebijakan ketenagakerjaan,
kebijakan perizinan, kebijakan perdagangan luar negri maupun luar negri, dan lain sebagainya”. Diharapkan dengan adanya reformasi pajak, kinerja perpajakan
akan semakin baik sehingga dapat membawakan dampak positif bagi pemerintah. Disisi lain juga diharapkan agar reformasi tersebut dapat memberikan pengaruh
positif terhadap wajib pajak, khususnya wajib pajak badan. Jika reformasi perpajakan membawa dampak yang positif tentunya akan mampu meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan, sementara jika reformasi perpajakan tersebut membawa dampak yang negatif maka akan menyebabkan perusahaan tidak
memperoleh laba secara maksimal sehingga menurunkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan dapat diukur melalui analisa
laporan atas laporan keuangan. Pendapatan merupakan salah satu elemen dalam laporan laba rugi yang dikenakan dari segi pajak penghasilan PPh. Dilihat dari
sudut pandang PPh, pendapatan adalah kegiatan transaksi ekonomi yang dapat menghasilkan penghasilan, penghasilan tersebut merupakan objek pajak PPh yang
nantinya pada akhir tahun harus dilaporkan oleh wajib pajak didalam surat
Universitas Sumatera Utara
5
pemberitahuan SPT. Informasi dapat diperoleh dengan menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik oleh perusahaan, dari semua informasi
dan analisis laporan keuangan, investor umummnya lebih memperhatikan profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari kegiatan operasionalnya. Makin tinggi laba makin tinggi return yang diperoleh oleh investor. Dari semua informasi yang terkait dalam kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan laba dapat dilihat dari analisisi laporan keuangan. Laporan keuangan umumnya terdiri dari dua macam. Laporan
keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersil. Laporan keuangan fiskal pada umumnya berbeda dengan laporan
keuanngan komersil karena laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sedangkan laporan keuangan
komersil disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan SAK. Secara spesifik perbedaan itu pada umumnya terdapat dalam pengakuan penghasilan dan biaya
antara SAK dan undang-undang perpajakan. Berdasarkan informasi dari situs www.bi.go.id laba bersih yang tercetak tahun 2009 adalah Rp 41,39 triliun atau
melompat 20 dari tahun 2008. Kita tidak dapat memungkiri jika pertumbuhan laba ini sungguh baik, bahkan peran kinerja perbankan Indonesia menjadi salah
satu pilar untuk menompang perekonomian domestik. Menurut Dendawijaya 2005:114, ada tiga analisis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk
megetahui kemampuan bank dalam menghasilkan dan meningkatkan laba perusahaan, rasio solvabilitas dapat diukur dengan dengan menghitung Capital
Adequacy Rasio, rasio rentabilitas dihitung dengan Return On Assets, dan rasio
Universitas Sumatera Utara
6
likuiditas dengan menggunakan Loan to Deposite Ratio dan Loan to Asset Ratio. Selain itu untuk mengukur tingkat efisiensi operasional bank yang juga
mempengaruhi perubahan laba pada perbankan dihitung dari perbandingan beban operasional terhadap pendapatan operasional. Untuk menilai kinejra keuangan
perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL capital, asset, Management, Earning, Liquidity. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahan perbankan. Penelitian rasio keuangan baik secara individu maupun secara construct untuk
menilai kinerja. Pengujian kekuatan rasio keuangan dengan kkinerja perbankan, keuangan perusahaan perbankan sedikit berbeda dengan rasio keuangan sejenis
perusahaan lainnya ditunjukkan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Penilaian ini merupakan replikasi penelitian Sari 2010 berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut, terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR pada periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun
2008, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara RORA pada periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008, terdapat perbedan
yang signifikan anatar NPM pada periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008 dan terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA pada
periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008. Sampel penelitian ini terdiri dari 16 perusahaan perbankan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari BEI. Dimensi waktu digunakan adalah satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah
diberlakukannya undang-undang perpajakan tahun 2008. Penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
7
dilakukan oleh Erlita tersebut menyarankan untuk memperbanyak jumlah periode laporan keuangan periode penelitian diperanjang serta berbagai faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Peneitian ini akan meneliti pengaruh tariff pajak terhadap Capital, Asset,
Management, Earning, Liquidity dengan menganalisis perbankan. Pada penelitian ini aspek Capital meliputi CAR, aspek managemen meliputi NPM, aspek Asset
meliputi RORA ,dan aspek earning meliputi ROE. Adanya penurunan tarif pajak sebesar 25 pada tahun 2010 dan seterusnya menarik perhatian peneliti untuk
meneruskan penelitian terdahulu dengan menambah periode pengamatan dimensi empat tahun setelah reformasi pajak tahun 2008, menambah jumlah data
penelitian dan menggunnakan ROE dalam aspek earning. Penurunan tarif pajak akan diikuti laba yang meningkat lebih besar sehingga secara keseluruhan akan
teraji peningkatan pajak penghasilan dan meningkatkan investasi bagi perbankan.
Uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Reformasi Pajak 2008 Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar Di BEI ”
1.2 Perumusan Masalah