Manajemen Kesehatan Satwa Waktu Pemberian Pakan

b. Cara Pemberian dan Penyajian Pakan

Pemberian pakan dilakukan dengan melepaskan secara langsung pakan di dalam kandang biawak, jumlah pakan tergantung dari bobot biawak. Biawak yang berukuran besar diberikan 5-9 ekor sedangkan untuk yang berukuran sedang 3-5 ekor. Pakan dalam keadaan hidup yang disebarkan didalam kandang, namun untuk tikus sawah dalam keadaan mati karena sudah dimasukkan ke dalam freezer. Untuk biawak yg masih baby ±5 bulan, pakan yang diberikan adalah jangkrik. Jumlah jangkrik sekitar 5-10 ekor tergantung dari ukuran tubuh biawak tersebut.

c. Waktu Pemberian Pakan

Pakan diberikan sebanyak satu minggu sekali, yaitu pada hari rabu. Suplier biasanya datang pada pukul 12.00 WIB, lalu keeper memberikan makan kepada biawak sekitar pukul 13.00 WIB.

5.2.3 Manajemen Kesehatan Satwa

Hasil wawancara dengan pemilik PT Mega Citrindo ada beberapa penyakit yang sering menyerang biawak, maupun reptil lainnya seperti kura-kura, dan ular. Penyakit yang sering muncul pada biawak adalah caplak, dan cacingan. Upaya pencegahan dan penanggulangan untuk penyakit caplak dengan menggunakan semprotan akarisida. Akarisida ini sudah digunakan semenjak tahun 2000-an hingga sekarang. Sedangkan untuk upaya penanggulangan cacingan pada biawak,dan reptil lainnya dengan memberikan obat cacing. Di alam bebas satwa liar memiliki kekebalan tubuh yang tidak sama dengan satwa yang berada di dalam penangkaran. Thohari 1987 menjelaskan bahwa satwa liar yang dipelihara secara intensif akan berkurang kemampuannya dalam melawan bibit penyakit, karena kemampuan tubuh menghasilkan antibodi yang berbeda dibandingkan apabila satwa hidup di alam liar. Kegiatan pengendalian berupa perawatan dan penyemprotan kandang belum berhasil, karena masih ditemukan biawak yang terinfeksi dengan derajat infestasi yang tinggi. Menurut hasil wawancara, penggunanan akarisida menyebabkan caplak yang menempel pada tubuh biawak akan berjatuhan ke lantai. Penggunaan akarisida sudah berlangsung lama, kemungkinan terbesar caplak sudah membuat sistem kekebalan tubuh atau antibodi, sehingga penggunaan akarisida sudah tidak berpengaruh besar terhadap caplak. Solusi yang dapat dilakukan pihak PT Mega Citrindo adalah dengan menggunakan akarisida dari golongan yang berbeda, dan penggunaannya dilakukan secara bergantian. Hal ini untuk menghindari caplak membuat sistem immune. Cara lain yang lebih sederhana dan tidak menghabiskan biaya besar adalah dengan melakukan pemindahan biawak ke tempat yang tidak terinfestasi caplak dalam kurun waktu yg cukup lama, minimal selama 3 bulan. Tujuannya adalah agar caplak mati secara alami karena tidak dapat menemukan inang untuk menghisap darah. Selain itu penanggulangan infestasi caplak yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan vaksinasi. Vaksin diperoleh dari ekstrak caplak penuh untuk mendapatkan antigen. Dari hasil penelitian Astyawati dan Wulansari 2007 penggunaan antigen caplak dapat menginduksi resistensi melalui imunisasi langsung. Ekstrak caplak Rhiphicephalus sanguineus dewasa cenderung untuk menginduksi resistensi baik pada kelinci, domba dan anjing, dengan tingkat resistensi yang berbeda. Imunitas yang tidak didapat selama infestasi alami cenderung berkembang dengan vaksinasi ekstrak caplak.

5.3 Pola Perilaku Harian