Perilaku Status TINJAUAN PUSTAKA

antara lain serangga, kepiting, ikan, telur, mamalia kecil dan burung Anonim VII 2010.

2.5 Perilaku

Perilaku merupakan salah satu ekspresi yang ditunjukkan oleh satwa, terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu internal maupun eksternal Suratmo 1979. Terdapat beberapa perbedaan sifat perilaku pada satwa yang dipelihara dan satwa liar. Perilaku dikelompokkan menjadi beberapa pola perilaku utama oleh Scott’s 1950 dalam Lehner 1979, yaitu : 1. Perilaku makan dan minum ingestive behaviour 2. Perilaku mencari tempat berlindung shelter seeking 3. Perilaku bertentangan agonistic behaviour 4. Perilaku memelihara epimeletic behaviour 5. Perilaku ingin dipelihara et-epimeletic behaviour 6. Perilaku meniru allelomimetic behaviour 7. Perilaku membuang kotoran eliminative behaviour 8. Perilaku memeriksa investigate behaviour Bentuk perilaku biawak yang sudah menjadi rutinitas harian adalah berjemur basking. Menurut Gumilang 2002 basking dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.30-10.00 WIB dan menjelang sore hari pada pukul 15.30-17.30 WIB dengan lama waktu rata-rata berjemur 87 menit. Menurut Bennet 1998, biawak biasanya tidak bersosialisasi dengan binatang lain. Biawak mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kehadiran biawak lain dengan mencium bau yang ditinggalkan. Kegiatan berkelahi dapat juga merupakan suatu cara untuk menguji kekuatan biawak tanpa menimbulkan cedera yang serius terutama akibat gigitan. Ilustrasi bentuk perilaku sosial biawak seperti pada Gambar 7. Gambar 7 Ilustrasi perilaku sosial biawak. Sumber : Bennet 1993a

2.6 Status

Biawak kuning, biawak ekor biru dan biawak dumeril termasuk dalam daftar CITES. CITES atau singkatan dari Convention on International Trade in Endangered Species, adalah konferensi yang membahas mengenai status perlindungan satwa di dalam perdagangan. Status biawak kuning, biawak ekor biru, dan biawak dumeril masuk ke dalam kategori Appendiks II, yang artinya pemanfaatan hanya boleh dilakukan dari hasil penangkaran, dan pengambilan di alam jumlahnya dibatasi dengan kuota tertentu. Kurang lebih 10 juta berbagai jenis reptil dibunuh untuk dimanfaatkan kulit dan dagingnya yang dipercaya masyarakat dapat dijadikan sebagai obat. Indonesia merupakan salah satu pengekspor kulit reptil yaitu 83 dari kebutuhan kulit dunia dan 75 produk kulit tersebut berasal dari Kalimantan dan Sumatera Endelen 1998, diacu dalam Gumilang 2001.

2.7 Prinsip Kesejahteraan Satwa Animal Welfare