Perilaku Biawak Dumeril Pola Perilaku Harian

tidak menyinari kandang. Perilaku berendam di bak air juga ditemukan, namun berada di luar jam pengamatan.

5.3.3 Perilaku Biawak Dumeril

Berbeda dengan biawak kuning dan biawak ekor biru, biawak dumeril tidak takut berinteraksi dengan manusia dan cenderung diam. Hal ini karena biawak dumeril sering dipegang oleh penjaga kandang, sehingga tidak asing dengan manusia. Namun terkadang biawak dumeril akan berdesis apabila dirinya merasa terancam Di dalam kandang tidak dilengkapi dengan shelter, sehingga biawak dumeril bernaung di bawah batang pohon ketika hujan. Pada saat dilakukan pengamatan rata-rata suhu kandang pada pukul 09.00- 10.00 WIB adalah 26 ºC dengan kelembaban 92 sedangkan pukul 14.00-15.00 WIB rata-rata suhu kandang mencapai 32 ºC kelembaban 86. Aktivitas yang paling lama adalah diam, untuk aktivitas berjemur dilakukan pada pukul 09.00 WIB. Sedangkan untuk di siang hari tidak ditemukan aktivitas berjemur. Siang hari biawak dumeril ditemukan lebih sering diam di atas pohon, dan sesekali menjulurkan lidahnya. Perilaku yang kemungkinan mempengaruhi dan berkaitan dengan infestasi caplak pada biawak adalah perilaku berjemur. Perilaku berjemur merupakan perilaku paling lama yang dilakukan oleh biawak setelah perilaku diam, Purba 2008 mengatakan aktivitas berjemur pada komodo paling dilakukan selama 34 menit. Biawak merupakan vertebrata berdarah dingin, aktivitas berjemur dilakukan untuk menstabilkan suhu di dalam tubuhnya. Dari hasil pengamatan perilaku berjemur dilakukan oleh biawak pada suhu kisaran 26-30ºC. Caplak cenderung menghindari sinar matahari. Hal ini karena tubuhnya yang cepat kering. Terdapat kemungkinan perilaku berjemur ini membantu biawak untuk mengurangi infestasi caplak yang ada di tubuhnya. Dapat dilihat pada tabel 4 sebaran caplak di biawak ekor biru terlihat bahwa regio perut paling sering ditemukan caplak, jika dibandingkan dengan regio lainnya. Selain itu caplak juga sering terlihat menghisap darah di antara lipatan-lipatan kulit biawak. Hal ini dapat disebabkan bagian perut dan lipatan-lipatan kulit terlindungi dari sinar matahari, sehingga caplak lebih sering ditemukan pada daerah ini. Penelitian yang dilakukan oleh Main Bull 2000 diacu dalam Guzinski 2008 mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara kadal yang terkena caplak infestasi tinggi, dengan yang infestasi rendah yaitu kadal yang terinfestasi tinggi lebih sering melakukan perilaku berjemur, dan adanya penurunan aktivitas bergerak. Pada saat pengamatan, tidak ditemukan perilaku menyakiti diri self wounding ataupun perilaku tidak nyaman terhadap adanya caplak di tubuh biawak. Hal ini dapat disebabkan caplak mengeluarkan zat Narcotizing efek yang berasal dari saliva dan mengakibatkan keberadaan caplak tidak dirasakan oleh inangnya Wooley 1988. Selain itu, dapat juga disebabkan jumlah caplak yang tidak terlalu banyak.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ditemukan ektoparasit jenis tungau dan caplak. Tungau dari famili Macrohelidae ditemukan pada biawak kuning, sedangkan caplak dari genus Aponomma sp. dan Amblymomma sp. ditemukan pada biawak ekor biru dan biawak dumeril. Letak kandang yang tidak dekat dengan kandang reptil jenis lain, dan intensitas matahari tinggi dalam kandang dapat merupakan faktor tidak ditemukan caplak pada biawak kuning. Secara umum perilaku harian biawak kuning, biawak ekor biru dan biawak dumeril PT Mega Citrindo terdiri dari perilaku diam, berjalan, menjulurkan lidah, dan berjemur.

6.2 Saran

1 Disediakan kandang karantina untuk biawak-biawak yang baru datang ke penangkaran, karena dikhawatirkan biawak sudah terkontaminasi ektoparasit dari tempat aslinya. 2 Perlu dilakukan rotasi dari kandang ke kandang yang steril untuk memutus siklus hidup caplak. 3 Penyemprotan dengan anti caplak dan kutu sebaiknya diselingi dengan anti caplak golongan lainnya, agar caplak tidak membentuk sistem kekebalan tubuh.