23 akan memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan
yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis. Prinsip akuntansi konservatif cenderung membuat laba lebih
berfluktuasi Zhang dan Panman, 2002. Laba yang berfluktuasi akan atau tidak persisten akan memiliki daya prediksi yang rendah. Penurunan daya
prediksi laba dapat mengakibatkan informasi laba tahun berjalan menjadi kurang bermanfaat dalam memprediksi laba masa depan. Kemudian
meningkatkan koefisien respons laba perusahaan.
a. Perlunya melakukan konservatisme pada beberapa perusahaan di Indonesia ex. IFRS
Seiring dengan globalisasi pasar keuangan internasional, konsep mengadopsi seperangkat pelaporan keuangan untuk mengembangkan laporan
keuangan komparatif internasional telah menyebar luas. Penerapan IFRS ini adalah bentuk manifestasi atas keseragaman penyajian laporan keuangan
secara global untuk meningkatkan keinformatifan dan komparasi dalam pelaporan keuangan.
Penggunaan konservatisme akuntansi ini juga didukung oleh teori sinyal, karena dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang nyata
daripada pihak luar. Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan dapat menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan
harga yang rendah untuk perusahaan, selain itu teori akuntansi positif juga
24 mendukung hal ini karena dasar dari teori akuntansi positif yang pada propsisi
bahwa manajer, pemegang saham, dan regulator politisi adalah rasional dan mereka berusaha untuk memaksimalkan utility mereka yang secara langsung
terkait dengan kompensasi dan kemakmuran mereka Watts. 2003 Perbandingan Conceptual Framework Level 3 Recognition and Measurement
Constraints antara Akuntansi Konvensional dan IFRS Hellman, 2007. Conventional Accounting
: 1. Cost benefit
2. Materiality 3. Industry practices
4. Conservatism IFRS:
1. Balance between benefit and cost 2. Timeliness
3. Balance between qualitative characteristics
Kebutuhan akan konservatisme sering terkait dengan pelaporan yang dapat diandalkan atas peristiwa masa lalu, yang menyiratkan penekanan pada backward-
looking, pengelolaan dan perilaku auditor. Seorang auditor tidaklah dituntut agar laporan keuangan menjadi terlalu konservatif. Tujuan standar akuntansi modern
yang utama adalah berorientasi masa depan, yang bertujuan untuk membantu kepentingan investor dan pihak pengguna laporan keuangan lainnya dalam
pengambilan keputusan mereka. Dengan demikian, konservatisme tidak lagi diatur
25 dalam prinsip akuntansi di bawah Standar Pelaporan Keuangan Internasional
IFRS. Laporan keuangan berdasarkan IFRS harus bersifat dapat dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding, tetapi tanpa bias konservatif. Hal ini juga
tercermin dalam metode akuntansi yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi Internasional IASB.
Konservatisme didefinisikan sebagai kecenderungan akuntan untuk membutuhkan verifikasi pada tingkat yang lebih tinggi untuk keuntungan daripada
kerugian. Definisi resmi Konservatisme dari FASB yakni reaksi kehati-hatian atas ketidakpastian untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian tersebut dan
risiko yang melekat dipertimbangkan secara memadai. Namun dalam penerapan aturan IFRS tertentu, prinsip akuntansi
konservatisme masih dipertahankan pada berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional IFRS menyiratkan bahwa prinsip
konservatisme tidak lagi diterapkan. Ada beberapa contoh area yang prinsip konservatisme akuntansi kemungkinan masih dipertahankan, misalnya :
1. Kompensasi kerugian menyebabkan pengakuan piutang pajak tangguhan. Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi.
Kriteria probabilitas kemungkinan merupakan kriteria kualitatif yang bersifat subjektif dimana dengan adanya kriteria subjective judgement ini
terbuka peluang untuk menerapkan konservatisme.
26 2.
Kapitalisasi biaya pengembangan. Salah satu syarat Aset tak berwujud yang timbul seperti biaya pengembangan atau dari tahap pengembangan pada
proyek internal diakui apabila memenuhi bagaimana aset tak berwujud tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa
depan. Dalam sebuah perusahaan memperbarui estimasi mengenai arus kas masa depan dari biaya pengembangan yang dikapitalisasinya, mungkin ada
efek sementara konservatisme yang mengarah pada penciptaan cadangan tersembunyi yang kemudian dapat dibalik kembali reversed.
Intinya, Prinsip konservatisme tetap ada dalam penerapan IFRS. Prinsip konservatisme berdasarkan IFRS diterapkan dalam cara konservatisme sementara
perubahan estimasi akuntansi yang sementara seperti understated aset bersih melalui penciptaan cadangan tersembunyi yang kemudian dapat dibalik daripada
cara konservatisme konsisten penilaian aset bersih yang terlalu rendah. Hal ini berarti penekanan yang lebih rendah dari konservatisme yang konsisten pada
implementasi IFRS digantikan oleh penekanan pada konservatisme sementara yang lebih besar.
Hal ini memiliki dampak bagi pengguna laporan keuangan karena efek penerapan prinsip konservatisme sementara perkiraan akuntansi diubah memiliki
tingkat yang lebih kompleks pada pengukuran laba dibandingkan dengan aplikasi konservatisme konsisten. Ketika prinsip konservatisme diterapkan dalam cara
sementara, perusahaan memperlakukan beberapa kegiatan secara konservatif item- item yang tidak memenuhi persyaratan kriteria pengakuan atau probabilitas lain,
sementara yang lain akan diperhitungkan sesuai dengan IFRS. item-item yang
27 memenuhi persyaratan probabilitas dan kriteria pengakuan lainnya. Perlakuan
prinsip akuntansi campuran ini juga akan memiliki dampak bagi pengguna laporan keuangan. Hellman, Dr. Niclas, 2007.
3. Coporate Social Responsibility Disclosure.