Berdasarkan asal daerahnya lebih didominasi oleh yang berasal dari Sulawesi 40,00 dan Jawa 34,78. Selanjutnya, berdasarkan pekerjaan
didominasi oleh yang bekerja sendiri di luar bidang pertanian 40,00 dan diikuti oleh yang berkerja sendiri di bidang pertanian 34,78. Sedangkan
berdasarkan pendapatan rumah tangga lebih didominasi oleh yang berpendapatan Rp 1.000.000 – 1.500.000 33,91 dan diikuti oleh yang berpendapatan kurang
dari Rp 1000.000 31,30. Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kota Tarakan adalah satu-satunya
badan usaha yang memanfaatkan sumberdaya HLPT yang dalam hal ini adalah sumberdaya air. Badan usaha ini memiliki jumlah tenaga kerja sesuai dengan
status kepegawaian sebagaimana yang disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Jumlah tenaga kerja PDAM Kota Tarakan
berdasarkan status kepegawaian pada tahun 2007 – 2009
Status kepegawaian Tahun
2007 2008
2009 Direksi
3 1
1 Pegawai Tetap
52 47
54 Pegawai Negeri Sipil PNS
3 3
3 Honor Daerah
3 -
- Kontrak
42 36
33 Calon Pegawai Tetap
8 14
Jumlah 103
95 105
Sumber: PDAM Kota Tarakan 2010.
Berdasarkan Tabel 31 di atas dapat dinyatakan bahwa tenaga kerja PDAM Kota Tarakan sebagaian besar berstatus pegawai tetap, kemudian diikuti dengan
yang berstatus kontrak, sedangkan yang paling sedikit adalah yang berstatus PNS. Diketahui pula bahwa jumlah tenaga kerja PDAM Kota Tarakan tahun 2008 lebih
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun sebelumnya 2007 dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2009 lebih banyak dari tahun-tahun
sebelumnya 2007 dan 2008.
4.3 Pemanfaatan Sumberdaya HLPT
Kota Tarakan memiliki luas hutan 4.894 ha 19,50 dari total daratan, dimana seluas 2.495 ha 51,00 dari total hutan hutan produksi yang ada di
wilayah ini telah dieksploitasi sejak tahun 1970. Sementara, HLPT yang luasnya 2.400 ha diupayakan dipertahankan dan diharapkan dapat berfungsi sebagai
pengatur tata air. Namun demikian, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, terjadi pemanfaatan
areallahan hutan yang dipandang masih bebas. Pemanfaatan lahan hutan tersebut tentu saja guna memenuhi beragam kebutuhan
masyarakat, terutama kebutuhan dasar pokok seperti pangan, pemukiman serta pendapatan Dishutbun Kota Tarakan 2008.
Pemanfaatan lahan hutan tersebut tidak terbatas pada kawasan hutan produksi, tetapi juga pada kawasan hutan lindung. Berdasarkan observasi
lapangan sebagian areal HLPT telah dikonversi ke berbagai penggunaan, seperti untuk pertanian tanaman semusin, kebun tanaman campuran dan peternakan ayam
dan pemukiman. Menurut Dishutbun Kota Tarakan 2008 tidak kurang dari 30 areal hutan lindung telah dikuasai penduduk. Selain itu, lahan pada kawasan
HLPT juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemukiman. Pemanfaatan lahan hutan lindung oleh masyarakat juga terjadi di daerah lain, seperti yang dilaporkan
oleh Verbist dan Pasya 2004 Hutan Lindung Bukit Rigis seluas 8.265 ha
menurut Bupati Lampung Barat hanya sekitar 25 yang masih berupa hutan asli, sisanya dihuni oleh hampir 2000 kepala keluarga yang berkebun kopi.
Tabel 32 Penggunaan lahan di dalam kawasan HLPT oleh kelompok masyarakat pemanfaat berdasarkan luas rata-rata, tertinggi dan terendah
Uraian Penggunaan lahan
Rumah dan halaman
Kebun dan ladang
Kandang ayam
Kolam ikan Luas rata-rata m
2
280 16.679
304 412
Luas tertinggi m
2
2.410 60.000
1.134 1.200
Luas terendah m
2
24 2.500
90 24
Luas rata-rata, luas tertinggi dan luas terendah penggunaan lahan HLPT oleh masyarakat pemanfaat untuk rumah dan halaman, kebun dan ladang,
kandang dan kolam ikan di dalam kawasan HLPT adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 32. Tabel 32 menunjukan bahwa rata-rata luas penggunaan
lahan yang tertinggi adalah untuk kebun dan ladang, yakni 16.679 m
2
. Selanjutnya, luas tertinggi berdasarkan penggunaannya adalah 60.000 m
2
6 ha,
yakni untuk kebun dan ladang. Sedangkan luas lahan terendah berdasarkan penggunaannya adalah 24 m
2
, yakni untuk rumah dan kolam ikan. Masyarakat yang menguasai lahan pada kawasan HLPT awalnya adalah
karyawan PT. Aghatis dan Pertamina yang membuka lahan untuk kegiatan pertanian, karenanya terdapat masyarakat yang melakukan pembukaan lahan
untuk kegiatan pertanian sebelum kawasan ini ditunjuk sebagai HLPT sebelum tahun 1979. Setelah ditunjuk dan ditetapkannya sebagai HLPT bahkan hingga
saat ini, aktivitas di dalam kawasan masih tetap berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa hak-hak pihak ketiga belum terselesaikan hingga saat ini.
Pemilikan lahan di dalam kawasan HLPT oleh masyarakat dilengkapi dengan berbagai perizinan. Distribusi frekuensi kelompok masyarakat pemanfaat
responden berdasarkan perizinan pemilikan lahan dan cara yang ditempuh masyarakat untuk memperoleh lahantanah disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Distribusi frekuensi kelompok masyarakat pemanfaat responden berdasarkan perizinan pemilikan lahantanah dan cara memperoleh
lahantanah
Uraian Frekuensi
Persentase 1. Perizinan pemilikan lahantanah
a Serifikat b Izin lurahcamat
c Izin pemilik d Tanpa izin
11 9,57
81 70,43
13 11,30
10 8,70
2. Cara memperoleh lahantanah a Membuka sendiri
28 24,35
b Membeli 55
47,83 c Menyewa
16 13,91
d Membeli dan membuka sendiri 7
6,09 e Warisan
7 6,09
f Pinjam pakai 2
1,73
Berdasarkan Tabel 33 di atas dapat diketahui bahwa perizinan pemilikan lahan didominasi oleh izin dari lurahcamat, yakni 81 70,43. Selain itu,
diketahui terdapat lahantanah yang dikuasai masyarakat dengan bukti hak berupa sertifikat, yakni dengan frekuensi 11 9,57. Selanjutnya berdasarkan cara
memperolehnya lebih didominasi dengan cara membeli 47,83. Menurut Mac Pherson 1978 yang dikutip Peluso 2003 apabila kemampuan mendapatkan
manfaat dari sesuatu diperoleh melalui hak-hak berdasarkan hukum peraturan, biasanya disebut “pemilikan”. Selanjutnya menurut Peluso 2003 akses ilegal
diperoleh melalui hak yang bertentangan dengan yang disetujui oleh adat, kebiasaan atau hukum. Akses ilegal adalah menikmati manfaat dari sesuatu
dengan cara yang tidak disetujui secara sosial oleh negara dan masyarakat. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tarakan merupakan perusahaan yang
mengelola air dengan sumber air atau bagian hulunya adalah HLPT, dimana kapasitas terpasang instalasi air, jumlah produksi air, jumlah distribusi air dan
jumlah pelanggannya sebagaimana disajikan pada Tabel 34. Berdasarkan Tabel 34 di atas dapat disimpulkan bahwa kapasitas terpasang instalasi air PDAM Kota
Tarakan sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 secara keseluruhan cenderung tetap, yaitu 400 l dt
-1
. Jumlah produksi air pada tahun 2008 dan 2009 cenderung
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007, namun jumlah distribusi air dari tahun 2007 hingga tahun 2009 cenderung meningkat. Sedangkan jumlah
pelanggan PDAM semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 34 Kapasitas terpasang instalasi air, jumlah produksi air, jumlah distribusi
air dan jumlah pelanggan PDAM Kota Tarakan tahun 2007 – 2009
Uraian Tahun
2007 2008
2009 Kapasitas terpasang instalasi air
PDAM l dt
-1
a Kampung Bugis l dt
-1
b Persemaian l dt
-1
c Juata Laut l dt
-1
d Kampung Satu 400
120 155
35 90
400 120
15 35
90 400
120 155
35 90
Jumlah produksi air m
3
th
-1
8.140.617 7.900.492
8.103.582 Jumlah distribusi air m
3
th
-1
6.753.816 7.311.260
7.863.018 Jumlah pelanggan
11.873 12.561
13.108 Sumber: BPS Kota Tarakan 2009 dan PDAM Kota Tarakan 2010.
Guna menjamin pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Kota Tarakan, maka di dalam kawasan HLPT dibangun embung penampungan air
yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sumber air baku pada saat musim kemarau. Hal ini cukup beralasan, karena menurut Riswanto 2007 sifat khas
yang terkandung di dalam kawasan hutan lindung mencakup beberapa aspek antara lain sebagai kawasan resapan air dimana kawasan hutan lindung
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan yang akan mengisi air
bumi akifer yang berguna sebagai sumber air, mempunyai manfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air, mampu mempertahankan kelestarian
fungsi danau atau waduk, serta mampu mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Berkenaan dengan pembangunan embung di dalam kawasan HLPT yang dimaksudkan untuk penampungan air, perizinannya adalah dari Pemerintah Kota
Tarakan. Perizinan tersebut berupa Surat Penunjukan Lokasi SPL yang dikeluarkan oleh Walikota Kota Tarakan.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kapasitas Organisasi Pengelola HLPT