V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kapasitas Organisasi Pengelola HLPT
♠
ilai skala kapasitas
♥
inas
♦
ehutanan
♣
ertambangan dan
q
nergi
♥
ishutamben
♦
ota
r
arakan didominasi oleh modus skala kapasitas
s
tiga
t
sedangkan nilai skala kapasitas
✉
nit
♣
elaksana
r
eknis
♦
esatuan
♣
engelolaan
✈
utan
✇
indung
✉ ♣
r ①♦♣ ✈
✇
didominasi oleh modus skala kapasitas
②
satu
③ ④
engacu pada
⑤
ateson
⑥
t
⑦⑧ ③
⑨⑩⑩ ❶
dinilai berdasarkan indikator
①
indikator kapasitas organisasi
♥
ishutamben memiliki kapasitas cukup tinggi atau memiliki kemampuan cukup tinggi untuk mencapai sasaran hasil
❷
ang direncanakan
t
sedangkan
✉ ♣
r ①♦♣ ✈
✇ ④
odel
r
arakan memiliki kapasitas rendah atau memiliki kemampuan rendah untuk mencapai sasaran hasil
❷
ang direncanakan
r
abel
s ❸
t ✇
ampiran
②
dan
⑨ ③
r
abel
s ❸
❹
kala kapasitas organisasi dan wila
❷
ah prioritas perbaikan kapasitas organisasi pengelola
✈ ✇♣
r ❺
kala kapasitas organisasi
❻
ila
❼
ah prioritas perbaikan kapasitas organisasi
❽
rganisasi
❾
ilai modus
deskripsi kapasitas
❺
ub indikator prioritas perbaikan kapasitas
❿
ishutamben
➀ ➁
apasitas organisasi
cukup tinggi
➂➃ ➄➅➆➇
t
➅ ➈
➉ ➊ ➋➉
➌ ❿
iversifikasi sumber pendanaan organisasi
➍ ➎
➏
enilaian pencapaian misi organisasi
➍ ➀
➏
roses pembuatan keputusan
➍ ➐
➑
ubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah non pemerintah
➍ ➒
➓
valuasi dampak dan relevansi program
➍ ➔
➏ → ➣
➁➏ ➑↔ ↕➙
del
→
arakan
➌ ➁
apasitas organisasi
rendah
➛ ➊ ➜ ➈
➂➃ ➄➅➆➇
t
➅ ➌
➏
enilaian pencapaian misi organisasi
➍ ➎
➏
roses pembuatan keputusan
➍ ➀
➁
ebijakan dan prosedur standar operasional
➍ ➐
➏
roses rekruitmen
➝
orientasi dan pengembangan staf
➝
supervisi dan evaluasi
➍ ➒
➞
encana strategis bidang keuangan dan diversifikasi sumber pendanaan organisasi
➍ ➟
➑
ubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah
➍ ➠
➓
valuasi dampak dan relevansi program
➍ ⑤
erdasarkan
r
abel
s ❸
dapat din
❷
atakan bahwa baik pada
♥
ishutamben maupun pada
✉ ♣
r ①♦♣ ✈✇
④
odel
r
arakan masih ditemukan indikator kapasitas organisasi
❷
ang menjadi prioritas perbaikan kapasitas organisasi
③ ♣
rioritas perbaikan kapasitas
♥
ishutamben meliputi penilaian pencapaian misi organisasi
t
➡➢
proses pembuatan keputusan
➤
diversifikasi sumber pendanaan organisasi
➤
hubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah
➤
evaluasi dan relevansi program
➥ ➦
rioritas perbaikan kapasitas
➧➦➨➩ ➫ ➦ ➭➯
➲
odel
➨
arakan meliputi penilaian pencapaian misi organisasi
➤
proses pembuatan keputusan
➤
kebijakan dan prosedur standar operasional
➤
proses rekruitmen
➤
orientasi dan pengembangan staf
➤
supervisi dan evaluasi staf
➤
rencana strategis bidang keuangan dan diversifikasi sumber pendanaan organisasi
➤
hubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah serta evaluasi dampak dan relevansi
program
➥ ➳
erdasarkan pada berbagai prioritas perbaikan kapasitas
➵
ishutamben dan
➧➦➨ ➩ ➫ ➦ ➭➯
➲
odel
➨
arakan dan merujuk pada
➸➺➻ ➼ ➽
tu
➾ ➻
➚
o n
➪ ➻
rv
➽
n
➶
y
➹ ➘ ➘➴ ➤
➳
ateson
➻
t
➽
l
➥ ➹
➘➘ ➡
dan
➷
n
➬
t
➻ ➮ ➱
➽
y o
✃ ❐➾
➻➽
t
➻
r
➸
o ro
n to
❒
t
➺➻ ❮
n t
➽ ➾
➬
o
➸➾ ➬
ll
➬
um
❰
o un
➮➽
t
➬
o n
➽
n
➮
t
➺➻ Ï
➽
yt
➾ ➻➻
❰
o un
➮ ➽
t
➬
o n
➹ ➘➘➢
dapat din
Ð
atakan bahwa pada masing
➩
masing indikator kapasitas organisasi
masih terdapat kelemahan kelemahan
➩
kelemahan tertentu
➥ ➫
elemahan tersebut adalah sebagai berikut
Ñ ➴
pada indikator visi dan strategi adalah dalam hal melakukan penilaian pencapaian misi organisasi
Ò ➹
pada indikator kepemimpinan adalah dalam hal pendelegasian wewenang dalam proses pembuatan
Ó
pengambilan keputusan
Ò Ô
pada indikator manajemen organisasi adalah dalam hal keteraturan
Ó
ketaatan mengikuti standar kebijakan dan standar prosedur operasional
Ò Õ
pada indikator sumberda
Ð
a manusia adalah dalam hal proses rekruitmen staf
➤
orientasi dan pengembangan staf
➤
supervisi dan evaluasi staf
Ò Ö
pada indikator manajemen keuangan adalah dalam hal rencana strategis bidang keuangan dan diversifikasi sumber pendanaan
Ò ×
pada indikator kemitraan
Ó
kerjasama adalah dalam hal membangun kerjasama dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah
Ò
dan
Ø
pada indikator kapasitas program adalah dalam hal melakukan evaluasi dampak dan relevansi
program
➥ ➫
elemahan
➩
kelemahan tersebut
harus diperbaiki
➤
sebagai contoh
diversifikasi sumber pendanaan organisasi menjadi prioritas perbaikan kapasitas organisasi
➤
karena diversifikasi sumber pendanaan penting bagi sebuah organisasi
➥ ➲
enurut
➦
atricia
➹ ➘➘ ➴
idealn
Ð
a
× ➘
dari anggaran pendapatan lembaga diperoleh dari minimal lima sumber dana
Ð
ang berbeda
➥ ➳
ila lembaga pun
Ð
a dua
ÙÚ
puluh sumber
Û
hal ini tetap rawan bila porsi terbesar dari anggaran pendapatan lembaga tergantung pada salah satu sumber
Û
setiap perubahan dari keputusan sumber utama ini dapat menimbulkan krisis bagi lembaga
Ü Ý
ontoh lain
Û
dalam kaitann
Þ
a dengan hubungan eksternal
Û
khususn
Þ
a
Þ
ang terkait dengan koordinasi kelemahan organisasi pengelola
ßàáâ Þ
ang patut mendapat perhatian adalah hubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah dan organisasi non
pemerintah
Û
karena pengelolaan sumberda
Þ
a
ßàáâ
perlu melibatkan lebih dari satu aktor
ã
sektor
ã
organisasi dengan derajat kerjasama tinggi dalam sebuah koordinasi untuk mengoptimalkan aktivitas
Þ
ang memberi manfaat
Ü ß
al ini sesuai dengan pern
Þ
ataan
Þ
ang dikemukakan oleh Zingerli
ä
t
åæç èÚ Ú é
Û
koordinasi positif merupakan koordinasi
Þ
ang men
Þ
iratkan derajat kerjasama
Þ
ang tinggi dimana dari waktu ke waktu aktor berusaha mengoptimalkan sejumlah aktivitas
Þ
ang memberi manfaat
Ü êëì
K
í íî
dinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pengelolaan HLPT
ß
asil wawancara dengan informan kunci tentang koordinasi antar lembaga pemerintah dapat dilihat pada
à
ampiran
ï Ü
ß
asil analisis status koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
ß à áâ
dengan fokus penilaian didasarkan pada derajat pemborosan
Û
inkoherensi dan tidak tertanganin
Þ
a isu
ð
isu adalah sebagaimana
Þ
ang disajikan pada
â
abel
ï ñ Ü
ò
erdasarkan
â
abel
ï ñ
dapat dijelaskan bahwa dalam pengelolaan
ß à á â
terdapat
ó
tujuh area konseptual pengelolaan
ß à áâ
Þ
ang memungkinkan keterlibatan lembaga pemerintah
Ü à
embaga pemerintah
Þ
ang seharusn
Þ
a terlibat dalam koordinasi pengelolaan
ßàáâ
adalah
ô
inas
õ
ehutanan
á
ertambangan dan
ö
nergi,
÷ áâ
á
lanologi
õ
ehutanan
Û õ
antor
õ
ecamatan
ã õ
elurahan
Û ò
adan
á
ertanahan
ø
asional
Û ô
inas
á
ekerjaan
÷
mum
Û â
ata
á
emerintahan
Û õ
epolisian
ù
esort
â
arakan
Û õ
antor
á
emadam
õ
ebakaran
Û ò
adan
á
engelola
à
ingkungan
ß
idup
Û ô
inas
á
eternakan dan
á
ertanian
â
anaman
á
angan dan
ò
adan
á
endidikan dan
à
atihan
õ
ota
â
arakan
Ü ú
enurut
ø
gakan
ä
t
åæç èÚ Ú û
dengan semakin ban
Þ
akn
Þ
a lembaga
Þ
ang mengurusi ob
Þ
ek
Þ
ang sama
Û ü
koordinasi” menjadi sangat penting.
ýþ
ÿ
abel
✁ ✂
tatus koordinasi
antar lembaga pemerintah
✄
ang terlibat dalam pengelolaan
☎ ✆✝ ÿ
✞
permasalahan dan kegagalan koordinasi
berdasarkan skala kapasitas koordinasi
✟
etcalfe
þ ýý
✠ ✡
rea konseptual
☛
embaga
☞
ang terlibat
✌
tatus koordinasi
✍
ermasalahan koordinasi
✎
egagalan berdasarkan skala
kapasitas koordinasi
✏✑ ✒
calfe
✓✔✔ ✕ ✖
ata batas
✗☛ ✍ ✖
patok batas
✘
pagar
✙
ishutamben
✥ ✚ ✍✖
✍
lanologi
✎
ehutanan
✖ ✛ ✚ ✛
✡
mbigu kewenangan
✖
ingkat
✓ ✜
sektor mengatur sesuai
dengan hak hukum masing
✢
masing
✍
eri
✣✤
nan dalam pemanfaatan
✦
penggunaan sumberda
☞
a
✗☛ ✍ ✖ ✙
ishutamben
✥ ✧ ✍★
✥ ✌
ekr
✩ ✖
apem
✥ ✎
antor
✎
ec
✦ ✎
el
✛ ✛
✎
ekurangan informasi
✖
ingkat
✪✜ ✍
ertukaran informasi diantara
sektor
✍
erlindungan
✗☛ ✍ ✖
kebakaran hutan
✘
pencurian ka
☞
u
✘
perambahan hutan
✙
ishutamben
✥ ✍✫☛ ✬
✭ ✌
✥ ✎
antor
✍
emadam
✎
ebakaran
✥ ✎
antor
✎
ec
✦ ✎
el
✩ ✖ ✛
✚ ✛ ✎
urang dalam hal
konsultasi
✖
ingkat
✮✜ ✎
onsultasi dengan sektor
✦
lembaga lain
✍
enanganan kerusakan
✗☛ ✍✖ ✙
ishutamben
✥ ✧ ✍☛
✗ ✍
✬ ✎
urang dalam hal
konsultasi
✖
ingkat
✮✜ ✎
onsultasi dengan sektor
✦
lembaga lain
✍
embinaan
✢
pen
☞
uluhan usaha mas
☞
arakat dalam kawasan
✗☛ ✍ ✖ ✙
isnakmanpan
✥ ✙
ishutamben
✍ ✬
I I Ambigu
kewenangan Tingkat 1: sektor
mengatur sesuai dengan hak hukum
masing-masing
Penyelesaian hak pihak ketiga
dalam kawasan HLPT
Dishutamben – BPN – Sekr.
Tapem – Kantor KecKel –
Disnakmanpan I I
Ambigu kewenangan
Tingkat 1: sektor mengatur sesuai
dengan hak hukum masing-masing
Pelatihan tenaga yang terlibat
dalam pengelolaan
HLPT Dishutamben –
Badan Diklat TI UI
Ambigu kewenangan
Tingkat 1: sektor mengatur sesuai
dengan hak hukum masing-masing
Keterangan: P R = Pemborosan
✯ ✰✱
un
✱ ✲
n
✳✴
; TT UI = Tidak tertanganinya isu-isu
✵
n t
✲ ✳ ✶✷ ✰✱ ✸
ssu
✰ ✹
; I I = Inkoherensi
✺
n
✳ ✻ ✼ ✰ ✽ ✰✾✳✴
.
Dari Tabel 36 di atas dapat dinyatakan bahwa pemborosan
✿ ❀❁
un
❁ ❂
n
❃
y terjadi
pada area
konseptual penanganan
kerusakan HLPT
dan pembinaanpenyuluhan usaha masyarakat di dalam kawasan HLPT. Pemborosan
lebih disebabkan oleh adanya duplikasi kegiatanprogram yang dilaksanakan oleh dua atau lebih organisasi tanpa adanya pertimbangan yang saling menguatkan
untuk dapat mencapai tujuan pengelolaan HLPT. Sebagai contoh: 1 Badan Pengendali Lingkungan Hidup Kota Tarakan melaksanakan kegiatan penanaman
pada kawasan hutan dengan melibatkan organisasi non pemerintah lembaga
❄❅
swada
❆
a mas
❆
arakat dan organisasi kepemudaan tanpa melakukan konsultasi secara detail dengan pihak
❇
inas
❈
ehutanan
❉
ertambangan dan
❊
nergi
❋
dan
❅ ❇
inas
❉
eternakan dan
❉
ertanian
●
anaman
❉
angan
❈
ota
●
arakan memberikan bantuan bibit tanaman buah
❍
buahan kepada mas
❆
arakat petani di dalam kawasan
■❏❉ ●
❑
sebagaimana juga dilakukan oleh
❇
inas
❈
ehutanan
❉
ertambangan dan
❊
nergi
❈
ota
●
arakan
▲ ▼
amun
❑ ❇
inas
❉
eternakan dan
❉
ertanian
●
anaman
❉
angan
❈
ota
●
arakan melakukan secara mandiri tanpa ada pertimbangan teknis dari
❇
inas
❈
ehutanan
❉
ertambangan dan
❊
nergi
❈
ota
●
arakan
▲ ◆
nkoherensi
❖P◗❘ ❙❚❯ ❚ P ◗
y terjadi pada area konseptual peri
❱
inan dalam pemanfaatan
❲
penggunaan sumberda
❆
a
■ ❏❉ ●
❑
pembinaan
❍
pen
❆
uluhan usaha mas
❆
arakat dalam kawasan
■❏❉ ●
dan pen
❆
elesaian hak pihak ketiga dalam kawasan
■❏❉ ●
▲ ◆
nkoherensi lebih disebabkan oleh program
❲
kegiatan organisasi
❆
ang dilaksanakan oleh dua atau lebih organisasi didasarkan pada acuan
❆
ang berbeda
❑
sehingga program
❲
kegiatan tidak saling mendukung pencapaian tujuan pengelolaan
■❏❉ ●
▲ ❳
ebagai contoh
❨ ❩
●
ata
❉
emerintahan
❳
ekretariat
❈
ota
●
arakan memberikan
❳
urat
❉
enunjukan
❏
okasi
❳ ❉ ❏
untuk pelasanaan pembangunan embung di dalam kawasan
■ ❏❉ ●
dan
❇
inas
❉
ekerjaan
❬
mum
❈
ota
●
arakan melaksanakan pembangunan jalan di dalam kawasan
■❏❉ ●
tanpa memperoleh i
❱
in dari pihak kehutanan hingga saat ini
❑
sedangkan
❈
antor
❈
ecamatan
❲ ❈
elurahan mengeluarkan i
❱
in garap lahan pada kawasan
■❏❉ ●
dan
❭
adan
❉
ertanahan
▼
asional
❈
ota
●
arakan menerbitkan sertifikat
❋ ❅
❇
inas
❉
eternakan dan
❉
ertanian
●
anaman
❉
angan melaksanakan kegiatan pembinaan terhadap mas
❆
arakat petani di dalam kawasan
■❏❉ ●
dengan memberi bantuan bibit
❲
benih tanaman sa
❆
uran
❑
a
❆
am buras dan sapi
▲ ❉
adahal prioritas kebijakan
❇
inas
❈
ehutanan
❉
ertambangan dan
❊
nergi dalam pemanfaatan lahan lebih menekankan pada penanaman tanaman ka
❆
u
❍
ka
❆
uan dan pohon multi guna buah
❍
buahan
❋
dan
❪
dalam penggantian tanam tumbuh milik mas
❆
arakat
❇
inas
❈
ehutanan
❉
ertambangan dan
❊
nergi berperan dalam melaksanakan pemetaan areal tanam tumbuh dengan juru ukur adalah aparat
❭
adan
❉
ertanahan
▼
asional
❈
ota
●
arakan
▲ ●
ata
❉
emerintahan
❳
ekretariat
❈
ota
●
arakan dibantu oleh
❇
inas
❉
eternakan dan
❉
ertanian
●
anaman
❉
angan dan
❈
antor
❈
ecamatan melakukan iventarisasi tanam tumbuh dengan berdasarkan peta dan hasil iventarisasi menjadi
❫❴
dasar pemba
❵
aran ganti rugi
❛
dimana dalam kegiatan ini
❜
inas
❝
ehutanan
❞
ertambangan dan
❡
nergi tidak dilibatkan lagi
❢ ❣
elanjutn
❵
a
❛
tidak tertanganin
❵
a isu
❤
isu u
✐
t
❥❦❧♠♥ ♦ ♣
ssu
♥
s terjadi pada area
konseptual tata batas
qr ❞
s ❛
pelatihan tenaga
❵
ang terlibat dalam pengelolaan
q r
❞ s
dan perlindungan
q r
❞ s
❢ s
idak tertanganin
❵
a isu
❤
isu lebih disebabkan oleh tidak teragendakann
❵
a isu
❤
isu penting
❛
sehingga isu penting terkait dengan pengelolaan
qr ❞
s
tidak tertangani secara baik
❢ t
ontohn
❵
a adalah sebagai berikut
✉ ✈
dalam pelaksanaan tata batas oleh
✇ ❞
s
planologi
❝
ota
s
arakan dan
❜
inas
❝
ehutanan
❞
ertambangan dan
❡
nergi
❝
ota
s
arakan fokus kegiatan han
❵
a pada terealisasin
❵
a pematokan dan pemagaran batas
q r
❞ s
❛
sedangkan isu penting men
❵
angkut areal
①
lahan
❵
ang dikuasai oleh pihak ketiga di dalam kawasan belum diselesaikan oleh kedua organisasi ini
② ③
pelatihan tenaga teknis kehutanan dilakukan di luar daerah dan belum terdefinisikan secara jelas peran
④
adan
❞
endidikan dan
r
atihan
❝
ota
s
arakan dalam melatih tenaga teknis
❵
ang terlibat dalam pengelolaan
qr ❞
s ②
❴
penanganan kebakaran hutan menjadi tugas dari
❜
inas
❝
ehutanan
❞
ertambangan dan
❡
nergi
❝
ota
s
arakan dan
❝
antor
❞
emadan
❝
ebakaran turut berpartisipasi jika diminta
❢ ❜
alam hal pencurian hasil hutan dan perambahan hutan laporan dari pihak
❤
pihak tertentu kelurahan misaln
❵
a kurang mendapat tanggapan dari pihak
❞
olisi
❝
ehutanan
❞
olhut dan penanganan kasus ini sering tidak tuntas
❢ ❣
tatus koordinasi antar lembaga
❵
ang serupa dengan hasil penelitian ini adalah
❵
ang terjadi di
t
atalonia
❣
pan
❵
ol
❛
menurut
❜
omingue
⑤
dan
❞
lana
③ ⑥⑥
③
dalam pengelolaan hutan berkelanjutan di
t
atalonia
❛
pemborosan
⑦ ♥ ♦
u
✐ ♦❥✐❦
y terjadi pada area konseptual rencana perlindungan dari kebakaran
⑧ ♣⑦ ♥
p ro
t
♥❦
t
♣
o n
p l
❥
n s
❛
musibah akibat kerusakan hutan
♦ ♣ ⑨ ❥
st
♥
r
♦❥
m
❥⑩♥
dan pelatihan pekerja pengelolaan hutan dan resiko kerja wo
rk
♥
r t
⑦ ❥♣
n
♣
n
⑩ ♣
n sust
❥ ♣
n
❥ ❶
l
♥ ⑧
o
⑦ ♥
st m
❥
n
❥⑩♥
m
♥
n t
❥
n
♦
jo
❶ ⑦ ♣
sks
❢ ❷
nkoherensi
♣
n
❦
o
❸ ♥⑦ ♥
n
❦
y terjadi pada area
konseptual warisan sejarah dan rekreasi
❛
l
❥
n
♦⑨ ❦ ❥
p
♥
dan nilai
❤
nilai buda
❵
a
❢ ❣
edangkan tidak tertanganin
❵
a isu
❤
isu un t
❥❦
kl
♥ ♦ ♣
ssu
♥
s terjadi pada area
konseptual monitoring dan evaluasi produksi
❛
penerimaan dana
❛
kondisi sosial buruh pekerja di unit pengelolaan
❛
informasi sosial
❤
ekonomi hutan dan pelatihan pekerja pengelolaan hutan dan resiko kerja
❢
❹❺
❻
erdasarkan hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas dapat din
❼
atakan koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
❽❾❿➀
adalah gagal
➁
karena dalam koordinasi antar lembaga masih ditemukan adan
❼
a pemborosan
➁
inkoherensi dan tidak tertanganin
❼
a isu
➂ ➃ ➄➅➆ ➇➈ ➇➉ ➊ ➋
disebabkan oleh adan
❼
a duplikasi kegiatan
➌
program
➁ ➍
➋ ➎
➇ ➏
➄
r
➄➋ ➉
➍
disebabkan oleh program
➌
kegiatan organisasi didasarkan pada acuan
❼
ang berbeda
➁
sedangkan t
➍ ➐
➊ ➎
t
➄
rt
➊ ➋ ➑
➊ ➋ ➍
➋
y
➊ ➍
su
➒ ➍
su disebabkan oleh tidak teragendakann
❼
a secara baik isu
➓
isu penting
➂ ❽
asil penelitian menunjukan bahwa dalam pengelolaan
❽ ❾❿➀
➁
organisasi
❼
ang dapat terlibat dalam pengelolaan belum dapat meminimalisir apalagi meniadakan
program
➌
kegiatan
❼
ang tidak selaras dengan tujuan pengelolaan
❽ ❾❿➀
❼
ang berakibat pada terjadin
❼
a pemborosan
➁
egosektoral program
➌
kegiatan
❼
ang dilandasi oleh acuan kebijakan
❼
ang berbeda
❼
ang berakibat pada inkoherensi tindakan dengan tujuan pengelolaan
❽ ❾❿➀
dan tidak teragendakann
❼
a isu
➓
isu penting
❼
ang men
❼
ebabkan tidak tertanganin
❼
a isu
➓
isu
➂ ➔
ikemukakan oleh
❽
ogl
→ ➣ ➣ →
dan
❿
eters
↔ ❹ ❹↕
sebagaiman diacu
➐ ➊
➙ ➊ ➅
Zingerli
➄
t
➊ ➙➛
→ ➣➣❺
keberhasilan koordinasi berarti harus meniadakan
➌
meminimalisir pemborosan program dan inisiatif
➁
inkoherensi program dan tidak tertanganin
❼
a isu
➓
isu
➂ ❽
asil analisis dengan menggunakan pendekatan skala kapasitas koordinasi
➜
etcalfe
➀
abel
➝➞
menunjukan bahwa terdapat permasalahan
➟
ambigu kewenangan” pada area konseptual tata batas HLPT, pembinaanpenyuluhan
masyarakat dalam kawasan HLPT, penyelesaian hak pihak ketiga dan pelatihan tenaga yang terlibat dalam pengelolaan HLPT. Hal ini berarti terjadi kegagalan
koordinasi pada tahap 1, yang bermakna gagal karena sektor lembaga mengatur dengan bebas sesuai dengan hak hukum masing-masing.
Selanjutnya pada area konseptual perizinan dalam pemanfaatanpenggunaan sumberdaya HLPT terjadi
permasalahan “kekurangan informasi”. Hal ini berarti terjadi kegagalan koordinasi pada tahap 2, yang bermakna gagal dalam hal pertukaran informasi diantara
sektor. Akhirnya, pada area konseptual perlindungan HLPT dan penanganan kerusakan HLPT terdapat permasalahan “kurang dalam hal konsultasi”. Hal ini
berarti terjadi kegagalan koordinasi pada tahap 3, yang bermakna gagal dalam hal konsultasi dengan sektor lembaga lain.
➠➡
➢
erdasarkan hasil analisis koordinasi antar lembaga pemerintah terkait dengan pengelolaan
➤➥ ➦➧➨
jika dinilai menggunakan pendekatan skala kapasitas koordinasi
➩
etcalfe
➫ ➠➠
➭
dapat disimpulkan bahwa kapasitas koordinasin
➯
a rendah
➲ ➩
enurut
➳
omingue
➵
dan
➦
lana
➸ ➺ ➺ ➸
ban
➯
ak kasus koordinasi dengan pen
➯
ebab permasalahann
➯
a adalah ambigu kewenangan
dan kekurangan informasi
➨ ➯
ang merupakan permasalahan koordinasi level bawah
➲ ➦
adahal
➨
menurut
➤
ogl
➸ ➺➺➸
efektivitas koordinasi tingkat
➯
ang lebih tinggi bergantung pada kehandalan kapasitas koordinasi pada tingkat
➯
ang lebih rendah
➲ ➩
engacu pada uraian di atas dapat din
➯
atakan bahwa organisasi
➯
ang terlibat dalam pengelolaan
➤ ➥➦➧
belum menunjukan kemampuan untuk berbagi kewenangan
➯
ang ditunjukan oleh adan
➯
a permasalahan koordinasi
➻
ambigu kewenangan”. Di sisi lain, saling ketergantungan antar organisasi pemerintah
dalam pengelolaan HLPT rendah yang ditunjukan oleh permasalahan kekurangan informasi dan kurang dalam hal konsultasi, sehingga aksi bersama dalam rangka
mencapai tujuan pengelolaan HLPT tidak dapat tercapai. Menurut SSC 2008 pengkoordinasian agenaktorsektor menunjukan kemampuan antar mereka untuk
berbagi kewenangan pengambilan keputusan. Menurut Hogl 2002 koordinasi menjadi relevan bilamana keputusan melibatkan dua atau banyak unit aktor,
jaringan kebijakan dan lain-lain yang saling memiliki saling ketergantungan. Saling ketergantungan eksis karena seperangkat tujuan hanya dapat dicapai
dengan aksi bersama, atau karena aktivitas individual mempengaruhi kepetingan minat individu lainnya.
➼➽ ➾
K
➚➪ ➶➹ ➘➴ ➘➷
K
➬➬ ➮
dinasi dalam Pengelolaan Hutan
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999 Tentang Kehutanan terdapat beberapa pasal yang berkonsekuensi pada keterlibatan berbagai pihak dalam
penyelenggaraan kehutanan, khususnya dalam pengelolaan hutan. Sebagai contoh, 1 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kehutanan dilakukan oleh
pemerintah dan dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat Pasal 53 Ayat 3; 2 Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat Pasal 55 Ayat 3; 3 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pengawasan
➱✃
kehutanan
❐
asal
✃ ❒ ❮ ❰
at
Ï Ð
Ñ ❐
en
❰
elesaian sengketa kehutanan dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela
para pihak
❰
ang bersengketa
❐
asal
Ò Ñ
❮ ❰
at
Ï Ð
Ó Ô
elain pejabat pen
❰
idik
Õ
epolisian
Ö
egara
×
epublik
Ø
ndonesia
Ù
pejabat pegawai
Ö
egeri
Ô
ipil tertentu
❰
ang lingkup tugas dan tanggung jawabn
❰
a meliputi pengurusan hutan
Ù
diberi wewenang khusus sebagai pen
❰
idik sebagaimana dimaksud dalam
Õ
itab
Ú
ndang
Û
undang
Ü
ukum
❮
cara
❐
idana
❐
asal
ÒÒ ❮
❰
at
Ï Ý
Ö
amun demikian
Ù
tidak terdapat satu pasalpun
❰
ang mengatur koordinasi antar pihak
Û
pihak sektor
Þ
organisasi
❰
ang dapat terlibat dalam pengelolaan hutan
Ý ß
ilamana pengkajian dilanjutkan pada isi peraturan perundangan dibawah
Ú
ndang
ÛÚ
ndang
Ù ❰
aitu
❐
eraturan
❐
emerintah
❐❐
dapat diketahui hal
❰
ang sama
Ù ❰
akni terdapat indikasi perlun
❰
a keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaan hutan
Ù
sebagai contoh
❐
erencanaan kehutanan dilaksanakan
à
partisipatif dan secara terpadu dengan memperhatikan kepentingan nasional
Ù
sektor terkait dan mas
❰
arakat serta mempertimbangkan aspek ekonomi
Ù
ekologi
Ù
sosial buda
❰
a dan berwawasan global
❐
asal
Ñ ❐
eraturan
❐
emerintah
Ö
omor
Ñ Ñ
tahun
á❒ ❒ Ñ â
entang
❐
erencanaan
Õ
ehutanan
Ý Ö
amun dalam
❐❐
ini tidak ditemui substansi isi aturan
❰
ang dapat dijadikan dasar bagi koordinasi antar pihak
Û
pihak terkait
Ý ã
emikian haln
❰
a
Ù
bila pengkajian dilakukan terhadap isi
❐❐
tentang
â
ata
Ü
utan dan
❐
en
❰
usunan
×
encana
❐
engelolaan
Ü
utan
Ù
serta
❐
emanfaatan
Ü
utan
❐❐ Ö
omor
✃
tahun
á❒ ❒ Ò
dan
❐❐
tentang
×
ehabilitasi dan
×
eklamasi
Ü
utan
❐❐ Ö
omor
Ò ✃
â
ahun
á ❒❒ ä
Ý ã
itemukan
❐
eraturan
❐
emerintah dan
❐
eraturan
å
enteri
❰
ang didalamn
❰
a mengatur koordinasi antar organisasi
Þ
lembaga dalam pengelolaan hutan
Ù ❰
aitu
à Ï
❐
eraturan
❐
emerintah
Ö
omor
Ñ Ó
â
ahun
á❒ ❒ Ñ â
entang
❐
erlindungan
Ü
utan
à Ú
ntuk mencegah
Ù
membatasi dan mempertahankan serta menjaga sebagaimana dimaksud pada
❐
asal
✃
huruf a dan huruf b mencegah dan membatasi kerusakan hutan
Ù
kawasan hutan dan hasil hutan
Ù ❰
ang disebabkan oleh perbuatan manusia
Ù
ternak
Ù
kebakaran
Ù
da
❰
a
Û
da
❰
a alam
Ù
hama
Ù
serta pen
❰
akit dan mempertahankan dan menjaga hak
Û
hak negara
Ù
mas
❰
arakat
Ù
dan perorangan atas hutan
Ù
kawasan hutan
Ù
hasil hutan
Ù
investasi serta perangkat
❰
ang berhubungan dengan pengelolaan hutan
❰
ang disebabkan oleh perbuatan
æç
manusia
è
maka
é
emerintah
è é
emerintah
ê
aerah dan mas
ë
arakat meningkatkan efektivitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan
é
asal
ç
huruf g
ì ê
alam
é
asal
íí
din
ë
atakan
è
dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan
è é
emerintah membentuk lembaga pengendalian kebakaran hutan pada tingkat pusat
è
provinsi
è
kabupaten dan unit pengelolaan hutan
ë
ang disebut brigade pengendalian kebakaran hutan
è
dimana koordinasi dan tata hubungan kerja brigade pengendalian kebakaran hutan diatur dengan
î
eputusan
ï
enteri
ì ð
elanjutn
ë
a pada
é
asal
í ñ ò
ë
at
í
hurup a din
ë
atakan
é
emegang
óô
in
é
emanfaatan
õ
utan
è é
emegang i
ô
in
é
enggunaan
î
awasan
õ
utan
è é
emilik
õ
utan
õ
ak dan atau
î
epala
î
esatuan
é
engelolaan
õ
utan melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan tokoh mas
ë
arakat dalam rangka mempercepat pemadaman
è
evakuasi
è
mitigasi dan mencegah bencana
ì é
ada
é
asal
ñö ò
ë
at
÷ é
ejabat
é
en
ë
idik
é
egawai
ø
egeri
ð
ipil dapat melakukan penahanan dalam koordinasi dan pengawasan
é
en
ë
idik
î
epolisian
ø
egara
ù
epublik
ó
ndonesia sesuai
î
itab
ú
ndang
û ú
ndang
õ
ukum
ò
cara
é
idana
î ú
õ ò
é ì
í é
eraturan
é
emerintah
ø
omor
ñ ÷
ü
ahun
í ö ö ç
ü
entang
ý
rganisasi
é
erangkat
ê
aerah
þ é
asal
÷ ö ò
ë
at
ÿ
hurup b
è ð
ekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada a
ë
at
í
men
ë
elenggarakan fungsi pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis
daerah
ì ÿ
é
eraturan
ï
enteri
î
ehutanan
ø
omor
éì ÷ ñ
ï
enhut
û ✁
í ö ö✂ ü
entang
é
edoman
ü
eknis
é
elaksanaan
ù
ehabilitasi
õ
utan dan
✄
ahan
ê
ana
☎
agi
õ
asil
ð
umberda
ë
a
ò
lam
î
ehutanan
ê
ana
ù
eboisasi
þ
koordinasi antar lembaga tekait dalam rehabilitasi hutan dan lahan han
ë
a diatur secara implisit
è
misaln
ë
a dalam
é
asal
ñ ò
ë
at
ÿ
din
ë
atakan
è
pengorganisasian kelembagaan dalam kegiatan
ù õ
✄
sebagaimana dimaksud pada a
ë
at
÷
huruf b dimaksudkan untuk mengatur dan pembentukan lembaga kelembagaan
è
peran dan fungsi para pihak
ë
ang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
ù õ ✄
ì ð
elanjutn
ë
a pada
é
asal
✆ ò
ë
at
ÿ
din
ë
atakan
è
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
ë
ang dilakukan sebagaimana dimaksud pada a
ë
at
÷ è
apabila terjadi indikasi adan
ë
a pen
ë
impangan teknis pelaksanaan
ë
ang berakibat terjadin
ë
a pen
ë
impangan
✝✞
penggunaan anggaran
✟
maka
✠
enteri
✡
ehutanan men
☛
ampaikan informasi kepada
✠
enteri
✡
euangan untuk mengambil tindakan sesuai peraturan perundang
☞
undangan
✌ ✍
✎
eraturan
✠
enteri
✡
ehutanan
✏
epublik
✑
ndonesia
✒
omor
✎✌ ✓ ✔ ✠
enhut
☞ ✑✑ ✔✕ ✖✗ ✖
✘
entang
✒
orma
✟ ✙
tandar
✟ ✎
rosedur dan
✡
riteria
✎
engelolaan
✚
utan pada
✡
esatuan
✎
engelolaan
✚
utan
✛
indung
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡
esatuan
✎
engelolaan
✚
utan
✎
roduksi
✡ ✎
✚ ✎
✜ ✎
ada
✎
asal
✍ ✢
☛
at
✍
din
☛
atakan
✣
ubernur mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan tata hutan pada
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡ ✎
✚ ✎
lintas
✡
abupaten
✔ ✡
ota
✟
selanjutan
☛
a pada
✎
asal
✍ ✢
☛
at
✤
din
☛
atakan
✥
upati
✔ ✦
alikota mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan tata hutan pada
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡ ✎
✚ ✎
dalam
✡
abupaten
✔ ✡
ota
✌ ✤
✎
eraturan
✠
enteri
✧
alam
✒
egeri
✒
omor
✓ ✗
tahun
✕✖✗ ✖ ✘
entang
✎
edoman
★
rganisasi
✧
an
✘
ata
✡
erja
✡
esatuan
✎
engelolaan
✚
utan
✛
indung
✧
an
✡
esatuan
✎
engelolaan
✚
utan
✎
roduksi
✧
i
✧
aerah
✜ ✎
ada
✎
asal
✗ ✕
din
☛
atakan
✡
epala
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡ ✎
✚ ✎
✎
rovinsi
✟ ✡
abupaten
✔ ✡
ota dalam melaksanakan tugas menerapkan prinsip koordinasi
✟
integrasi
✟
dan sinkronisasi baik antar unit di dalam
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡ ✎
✚ ✎
✟
dengan
✧
inas
☛
ang menangani urusan kehutanan daerah maupun
★
rganisasi
✎
erangkat
✧
aerah dan instansi lain
☛
ang terkait di daerah
✌ ✙
elanjutn
☛
a pada
✎
asal
✗ ✍
din
☛
atakan
✡
epala
✡ ✎
✚ ✛
dan
✡ ✎
✚ ✎
✎
rovinsi
✟ ✡
abupaten
✔ ✡
ota bertanggungjawab
memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan
✌ ✥
erdasarkan uraian di atas dapat din
☛
atakan bahwa kebijakan koordinasi dalam pengelolaan hutan cenderung menggunakan pendekatan mekanisme
koordinasi vertikal
✟ ☛
ang dicirikan oleh pengkoordinasian
☛
ang dilakukan oleh level tertinggi organisasi pemerintah
✌ ✚
al inilah
☛
ang menjadi sumber pen
☛
ebab kegagalan koordinasi antar organisasi pemerintah ditinjau dari peraturan
perundangan
✟
karena mekanisme koordinasi vertikal cenderung han
☛
a mengatur bagaimana pengkoordinasian pengambilan keputusan terpusat dalam sebuah
organisasi
✌ ✠
enurut
✣
albraith
✗ ✝✝
✍
sebagaimana diacu
✦
illett
✗ ✝ ✝
✤
mekanisme koordinasi vertikal digunakan untuk pengambilan keputusan secara terpusat dalam sebuah organisasi
✌
✩ ✩
✪✫ ✬ ✭✮✯
sepsi dan Motivasi Masyarakat Pemanfaat Terhadap Sumberdaya HLPT
✰
ingkat persepsi mas
✱
arakat pemanfaat terhadap manfaat langsung
✲ ✳ ✴ ✰
termasuk dalam kategori sedang
✵
tetapi untuk manfaat fungsional dan manfaat pilihan masuk dalam kategori rendah
✶ ✷
elanjutn
✱
a
✵
tingkat persepsi mas
✱
arakat terhadap manfaat keberadaan
✲ ✳ ✴ ✰
masuk dalam kategori sedang dan masuk dalam kategori tinggi untuk manfaat lainn
✱
a
✰
abel
✸ ✹ ✶
✰
abel
✸ ✹ ✺
istribusi mas
✱
arakat pemanfaat sumberda
✱
a
✲ ✳ ✴ ✰
berdasarkan tingkat persepsin
✱
a terhadap manfaat
✲ ✳ ✴ ✰
✻
o
✼
raian
✽
ingkat
✾
ersepsi
✿
endah
❀
edang
✽
inggi f
f f
❁ ❂
anfaat
✾
enggunaan u s
❃
v
❄ ❅
u
❃ ❆ ❇
❂ ❈❉
faat
❊
angsung
❋ ● ❍■❋
❏❋ ❑❋
❍▲ ▲ ■❋
■▼ ❍ ●
■ ▲❇
❂ ❈❉
faat
◆
ungsional
❖ ▲ P ▼❍▼ ▼
▲❆ ❆ P ❍▲❑
▲ ❆
❍❏● ■❇
❂ ❈❉
faat
✾
ilihan
P ■ ❏ ▲❍
❆ ❏
■ ▲ ▲❏ ❍P ■
▼ ▼ ❍▼ ▼
◗❇ ❂
❈❉
faat
◗
ukan
✾
enggunaan
❘
o n
❙
s
❃ ❚
❄
lu
❃ ❯
❆ ❇ ❂
❈❉
faat
❱
eberadaan
▲ P ▲● ❍■❋
❑ ❑ ❋ ❏ ❍■ ❖
▲❆ ❆ P ❍▲❑
▲❇ ❂
❈❉
faat lainn
❲
a
❆ ▼
P❍❏ ▼ ▲ ■
▲▼ ❍▼ ▼ P ▲
❏ ❆
❍■ ▼ ❳
eterangan
❨
f = frekuesi
❩
= persentase
❬ ❭
endahn
✱
a tingkat persepsi mas
✱
arakat pemanfaat terhadap manfaat fungsional dan manfaat pilihan
✲ ✳ ✴ ✰
disebabkan sebagian besar mas
✱
arakat pemanfaat menilai
✲ ✳ ✴ ✰
tidak bermanfaat sebagai pengatur tata air
✵
pencegah erosi dan sedimentasi
✵
pencegah banjir dan perlindungan terhadap angin
✵
tempat upacara adat
✵ ❪
empat rekreasi dan olah raga
✶ ✲
al ini dapat dilihat pada
✰
abel
✸ ❫✶
❭
endahn
✱
a tingkat persepsi mas
✱
arakat pemanfaat terhadap manfaat fungsional dan pilihan
✲ ✳ ✴ ✰
dapat din
✱
atakan sebagai stimulus perilaku mas
✱
arakat pemanfaat tidak selaras dengan tujuan pengelolaan
✲ ✳ ✴ ✰
✵
karena menurut
✷
iagian
❴ ✩❫
❵
tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh ban
✱
ak faktor serta persepsin
✱
a tentang faktor
❛
faktor tersebut
✵
sedangkan menurut
❭
akhmat
❜❝❝❞ ✵
secara garis besar persepsi seseorang terhadap sesuatu objek dipengaruhi oleh
❜
dua faktor utama
✵ ✱
aitu
❡ ❴
faktor personal fungsional
❢
dan
❜
faktor situasional struktural
✶ ❣
aktor personal berasal dari kebutuhan
✵
pengalaman masa lalu dan hal
❛
hal lain
✱
ang termasuk faktor personal
✶
❤✐✐
❥
dapun persepsi
❦
ang dipengaruhi oleh faktor situasional struktural semata
❧
mata berasal dari sifat stimuli fisik
♠ ♥
abel
♦ ♣ q
istribusi persentase mas
❦
arakat pemanfaat sumberda
❦
a
rst ♥
menurut persepsin
❦
a terhadap manfaat sumberda
❦
a
rst ♥
✉
o
✈
raian
t
ersentase responden berdasarkan skor persepsi
❤ ✇
♦ ①
② ❥
③④⑤
faat
⑥
enggunaan
⑦
s
⑧ ⑨ ⑩
lu
⑧ ❤
③④⑤
faat langsung a
❶ ❷
umber hasil hutan non ka
❸
u rotan
❹
buah
❺
buahan
❹
tanaman hias
❹
getah
❹
sa
❸
ur
❺
ma
❸
ur
❻ ❼ ❹
❻ ❽ ❼
❹ ❻ ❽
❾ ❼ ❶
❿ ➀ ➁
❹ ❼➂
❾ ❹
❽❿
b
❶ ❷
umber air
❾ ❿
❹ ❽
❻ ➃
❹ ➄➄
➄ ❾
❹ ❽
❿ ➃
❼ ❹
❿ ➀
❽ ❹
❻ ➀
✇ ③④⑤
faat fungsional a
❶ ⑥
engatur tata air
➁❻ ❹
❽❼ ❾ ➀
❹ ➂ ❾
❾➄ ❹
❾❽ ❿
❹ ➀➃
❼ ❹
❻ ❽
b
❶ ③
➅ ⑤
cegah erosi dan sedimentasi
➃ ❾ ❹
➀❼ ❽
❹ ❻ ➀
➀ ❼ ❹
❿ ➀ ❻
❹ ❽ ❼
❾ ❹
❽❿
c
❶ ⑥
erlindungan terhadap angin
➂ ❾ ❹
➀❼ ➄
❹ ➁ ❾
❿ ❹
➀ ➃
❼ ❹
❼ ❼ ❾
❹ ❽❿
d
❶ ③
➅ ⑤
cegah banjir
➃ ❽ ❹
➀ ➂
❽ ❹
❻ ➀ ➄
❹ ❿ ➀
❽ ❹
❻ ➀
➄ ❹
➁ ❾
♦ ③④⑤
faat pilihan a
❶ ➆
empat pelaksanaan upacara adat
❾ ❼❼ ❹
❼❼ ❼
❹ ❼❼
❼ ❹
❼❼ ❼
❹ ❼ ❼
❼ ❹
❼ ❼
b
❶ ➆
empat olah raga
❽❾ ❹
➀❼ ➁
❹ ➂➁
❾➁ ❹
➃➄ ➀
❹ ❿ ❻
❾ ❹
❽❿
c
❶ ➆
empat rekreasi
➁❿ ❹
➀ ➃
❾ ❹
❽ ❿
➄ ❹
➁ ❾ ❻
❹ ❽ ❼
➄ ➄ ❹
➁ ❼
➇ ♠ ③
anfaat
➈
ukan
⑥
enggunaan
➉
o n
⑦
s
⑧ ⑨
⑩
lu
⑧ ❤
③④⑤
faat keberadaan a
❶ ➊
abitat berbagai jenis tumbuhan
❾ ❻
❹ ➄➁
➀ ❹
❿❻ ➄ ➁
❹ ❼
❻ ❿ ❿
❹ ➀➃
❽ ❹
❻ ➀
b
❶ ➊
abitat berbagai jenis hewan
❾ ➂
❹ ❾➀
❿ ❼
❹ ❼❼
➄ ➀
❹ ❿❻
❾➁ ❹
➃ ➄ ❼
❹ ❻
❽ ✇
♠ ③④⑤
faat lainn
❸
a a
❶ ➋
eindahan
➌
pemandangan
➁ ❹
➂➁ ❾
❹ ❽
❿ ➄
❼ ❹
❼❼ ➄ ➂
❹ ➃ ➁
❿ ❾
❹ ❽❿
➋
eterangan
➍ ❾
= tidak bermanfaat
➎ ➄
= kurang bermanfaat
➎ ➀
= cukup bermanfaat
➎ ❿
= bermanfaat
➃
= sangat bermanfaat
❶ ➇
erdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa sebagian besar mas
❦
arakat
❦
ang bermukim di dalam kawasan
r st ♥
tingkat motivasi ekonomi dan lingkungann
❦
a terkait dengan pemanfaatan sumberda
❦
a
rst ♥
adalah rendah
➏
sedangkan tingkat motivasi sosial mas
❦
arakat pemanfaat terhadap sumberda
❦
a
r st ♥
adalah tinggi
♥
abel
♦ ➐
♠ ➑
endahn
❦
a tingkat motivasi ekonomi mas
❦
arakat pemanfaat
❦
ang bermukim di dalam kawasan
r st ♥
sehubungan dengan
➒ ➓➒
pemanfaatan sumberda
➔
a
→➣↔↕
disebabkan oleh mas
➔
arakat pemanfaat umumn
➔
a tidak termotivasi oleh kebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari hasil hutan non ka
➔
u
➙
pemanfaatan lahan
➙
pemanfaatan air dan memperoleh insentif dari pemerintah
↕
abel
➛ ➓
➜ →
asil ini berbeda dengan hasil penelitian
➝
aham
➞
t
➟ ➠ ➡
➢ ➓ ➓➤ ➙
dimana motivasi ekonomi
➔
ang menjadi prioritas utama penduduk
➥
ampung
➦
a
➧
andaran
➨
arat di
➩
ran dalam aktivitas kehutanan sosial adalah untuk memperoleh kebutuhan harian
➜ ➫
elanjutn
➔
a diikuti secara berturut
➭
turut untuk keamanan mata pencaharian
➙
memperoleh insentif dari pemerintah
➙
memperoleh pendapatan dari hasil hutan non ka
➔
u dan memperoleh pendapatan dari tanaman obat
➭
obatan
➜ ↕
abel
➯➲ ➳
istribusi frekuensi mas
➔
arakat pemanfaat berdasarkan tingkat motivasi ekonomi
➙
sosial dan lingkungan dalam pemanfaatan sumberda
➔
a
→ ➣ ↔↕
➵
o
➸
raian
➺
ingkat motivasi
➻
endah
➼
edang
➺
inggi
➽
f f
➾ ➚➪
tivasi ekonomi
➶➹ ➘ ➴➷➘ ➬
➮ ➴ ➾➬➷➹
➶ ➮
➾ ➷
➬➱ ➮
➚➪
tivasi sosial
➾ ➴➷➘ ➬
➮➹ ➮ ➴➷ ➴ ➴
➶➾ ➬ ➶
➷ ➾
➹ ➹
➚➪
tivasi lingkungan
➾➴ ➱ ➶➴➷ ➱
➹ ➶
➬➷➘ ➹ ➮
➾ ➷
➬➱ ✃
eterangan
❐
f = frekuensi
❒
= persen
❮ ❰
amun demikian
➙
memperhatikan
↕
abel
➛ ➓
dapat diketahui bahwa terdapat cukup ban
➔
ak mas
➔
arakat pemanfaat sumberda
➔
a
→➣↔↕ ➔
ang men
➔
atakan bahwa kebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan lahan
→ ➣ ↔↕
memotivasi
➲ ➙
Ï Ð
dan sangat memotivasi
➯ ➲
➙ ➒
➯
mereka dalam pemanfaatan sumberda
➔
a lahan
→ ➣ ↔ ↕
➜ ↔
ada umumn
➔
a mas
➔
arakat pemanfaat sumberda
➔
a
➔
ang men
➔
atakan demikian adalah mas
➔
arakat pemanfaat
➔
ang bermata pencarian sebagai petani atau bekerja dibidang pertanian
➜ →
al ini dapat dilihat dari distribusi persentase
➛ ➓
responden
➔
ang bermata pencaharian sebagai petani berdasarkan motivasi ekonomin
➔
a dalam pemanfaatan sumberda
➔
a
→➣↔↕ ➙
sebagaimana disajikan pada
↕
abel
➛ ➒
➜ ➨
erdasarkan
↕
abel
➛ ➒
dapat din
➔
atakan bahwa mas
➔
arakat pemanfaat sumberda
➔
a
→➣↔↕ ➔
ang bermata pencaharian sebagai petani secara umum men
➔
atakan bahwa kebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan lahan memotivasi
➒ ➓ ➙
➓ ➓
dan sangat memotivasi
➲ ➓ ➙
➓➓
mereka dalam memanfaatkan sumberda
➔
a
→➣↔↕ ➜
ÑÒ Ó
Ô
abel
ÕÒ Ö
istribusi persentase menurut
motivasi ekonomi mas
×
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan sumberda
×
a
Ø ÙÚ Ô
Û
o
Ü
raian pern
Ý
ataan kebutuhan
Þ
ersentase responden berdasarkan skor motivasi
ß à
á â
ã ß
ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari hasil hutan non ka
Ý
u
å ã
æ àà
â æ
áã çæå è
à æ ç
ß ß
æè â
à ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan lahan
â ç æé ê
á æ
â å
ß æè
â ê
æ ã
è á
ê æ
ßá á
ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan air
ê á
æ ê ß
á æ
â å
éæé é éæ éé
à æç
ß â
ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari insentif pemerintah
è êæ ß
á ã
æ àà
ßá æ ê
ß éæ åè
ß æè
â ä
eterangan
ë ß
= tidak memotivasi
ì à
= kurang memotivasi
ì á
= cukup memotivasi
ì â
= memotivasi
ì ã
= sangat memotivasi
í Ô
abel
Õ Ñ Ö
istribusi persentase responden menurut
motivasi ekonomi
mas
×
arakat pemanfaat bermata pencaharian sebagai petani dalam pemanfaatan sumberda
×
a
Ø ÙÚ
Ô Û
o
Ü
raian pern
Ý
ataan kebutuhan
Þ
ersentase responden berdasarkan skor motivasi
ß à
á â
ã ß
ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari hasil hutan non ka
Ý
u
ç à
æ ã
é ß à
æ ã
é ßã
æé é èæ
ã é
à æ
ã é
à ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan lahan
é æéé éæ éé
éæé é ß
éæ éé êéæé é
á ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari pemanfaatan air
ê é æéé
èæ ã
é éæé é
éæ éé à
æ ã
é â
ä
ebutuhan untuk memperoleh pendapatan dari insentif pemerintah
ã é æéé
ß à æ
ã é
á éæé é
à æ
ã é
ã æé é
ä
eterangan
ë ß
= tidak memotivasi
ì à
= kurang memotivasi
ì á
= cukup memotivasi
ì â
= memotivasi
ì ã
= sangat memotivasi
í î
endahn
×
a tingkat motivasi lingkungan mas
×
arakat pemanfaat sumberda
×
a
Ø ÙÚ Ô
antara lain disebabkan oleh tidak termotivasin
×
a mas
×
arakat pemanfaat untuk memperbaiki kualitas sumberda
×
a hutan
ï
memperbaiki sumber air
ï
mengurangi banjir
ï
mengkonservasi tumbuhan dan hewan
ï
mengkonservasi lingkungan dan mengembangkan wanawisata
Ô
abel
Õ Ó ð
Ø
al ini berbeda dengan hasil penelitian
ñ
aham et al
ÓÒÒ ò
dimana motivasi lingkungan
×
ang tertinggi dari penduduk
ó
ampung
ô
a
õ
andaran
ö
arat di
÷
ran dalam aktivitas kehutanan sosial adalah memperbaiki kualitas sumberda
×
a hutan
ï
sedangkan
×
ang terendah adalah mempengaruhi kepariwisataan pedesaan
ð ø
elanjutn
×
a
×
ang menjadi prioritas ke
Ó
dua hingga ke
ù
lima adalah mengurangi banjir
ï
menaikkan
ú ûü
kualitas sumberda
ý
a hutan
þ
konservasi tanam
ÿ
tanaman dan hewan serta kesediaan mengkonservasi lingkungan
✁
abel
✂✄ ☎
istribusi persentase menurut motivasi
lingkungan mas
ý
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan sumberda
ý
a
✆ ✝✞✁ ✟
o
✠
raian pern
✡
ataan kebutuhan
☛
ersentase responden berdasarkan skor motivasi
☞ ✌
✍ ✎
✏ ☞
✑
ebutuhan untuk memperbaiki kualitas sumberda
✡
a hutan
✒✓ ✔✓✓ ☞✓ ✔
✎ ✍
✎ ✔✍
✏ ✎ ✔ ✍
✏ ✓ ✔✒✕
✌ ✑
ebutuhan untuk memperbaiki sumber air
✕ ✍✔✖ ☞
☞✌ ✔☞✕ ✗ ✔
✓✖ ✏ ✔✌✌
✌ ✔✗ ☞ ✍
✑
ebutuhan untuk mengurangi banjir
✗✕ ✔ ✒✍ ☞ ✍✔
✓ ✎ ☞✍ ✔
✓✎ ✍✔✎ ✒
✌ ✔✗ ☞ ✎
✑
ebutuhan untuk mengkonservasi tumbuhan dan hewan
✕ ✍✔✓✎
✖ ✔ ✏ ✕
☞☞ ✔✍ ✓
✎ ✔ ✍ ✏
☞✔ ✕ ✎
✏ ✑
ebutuhan untuk mewujudkan keinginan mengkonservasi
lingkungan
✒✎ ✔ ✍ ✏
✗✔ ✖
✗ ✎
✔✍ ✏
✌ ✔ ✗☞ ☞✔
✕ ✎ ✗
✑
ebutuhan untuk pengembangan wanawisata
✒✕ ✔ ✒✍ ☞✔
✕ ✎ ✓
✔ ✓✓
✓ ✔✓✓ ☞✔
✕ ✎ ✑
eterangan
✘ ☞
= tidak memotivasi
✙ ✌
= kurang memotivasi
✙ ✍
= cukup memotivasi
✙ ✎
= memotivasi
✙ ✏
= sangat memotivasi
✚ ✁
inggin
ý
a tingkat motivasi sosial mas
ý
arakat pemanfaat disebabkan oleh kebutuhan menjadikan kawasan
✆ ✝✞✁
sebagai tempat interaksi sosial
þ
menjalankan ajaran agama
þ
mencegah untuk hijrah dan kebutuhan untuk memperoleh pengakuan sosial status sangat memotivasi mas
ý
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan sumberda
ý
a
✆ ✝✞✁ ✁
abel
✂ü ✆
asil penelitian ini memiliki kemiripan dengan hasil penelitian
✛
aham
✜
t
✢✣✤ ✄
ûû ✥
dimana motivasi sosial penduduk
✦
ampung
✧
a
★
andaran
✩
arat di
✪
ran dalam aktivitas kehutanan sosial dari prioritas tertinggi ke terendah adalah kebutuhan untuk saling berhubungan
dengan sesama penduduk
þ
kebutuhan untuk memelihara eksistensi buda
ý
a konservasi sumberda
ý
a alam
þ
kebutuhan untuk memperoleh kesadaran dalam aktivitas kehutanan
þ
kebutuhan menjalankan ajaran agama
þ
kebutuhan untuk mencegah hijrah ke kota dan kebutuhan untuk memperoleh pengakuan sosial
✧
engacu pada hasil analisis motivasi mas
ý
arakat pemanfaat sumberda
ý
a
✆ ✝✞✁
sebagaimana diuraikan di atas dapat din
ý
atakan bahwa rendahn
ý
a tingkat motivasi lingkungan dan tinggin
ý
a tingkat motivasi sosial mas
ý
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan
✆ ✝✞✁
adalah sebagai faktor pendorong
✫
stimulus perilaku mas
ý
arakat pemanfaat untuk tidak memanfaatkan sumberda
ý
a
✆ ✝✞✁
sesuai
✬✭ ✮
tujuan pengelolaan
✯ ✰✱✲✳ ✴
enurut
✵
obbins
✶✭ ✭ ✷
motivasi adalah proses
✸
ang ikut menentukan intensitas
✹
arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran
✳ ✲
abel
✮ ✺
✻
istribusi persentase menurut motivasi sosial mas
✸
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan sumberda
✸
a
✯ ✰✱✲ ✼
o
✽
raian pern
✾
ataan kebutuhan
✿
ersentase responden berdasarkan skor motivasi
❀ ❁
❂ ❃
❄ ❀
❅
ebutuhan untuk saling berhubungan dalam komunitas
interaksi sosial
❆ ❇❆❆ ❆
❇ ❆ ❆
❃ ❇ ❂❄
❀❀ ❇
❂❆ ❈ ❃❇❂❄
❁ ❅
ebutuhan untuk memelihara eksistensi buda
✾
a konservasi sumberda
✾
a alam
❉ ❄ ❇
❊ ❄
❃ ❇ ❂ ❄
❆ ❇
❆❆ ❆
❇ ❆❆
❆ ❇❆❆ ❂
❅
ebutuhan untuk menjalankan ajaran agama
❆ ❇❆❆ ❆
❇❈ ❋
❁ ❇
❊ ❀
❁❆ ❇
❆❆ ❋ ❊
❇❄❁ ❃
❅
ebutuhan untuk mencegah untuk hijrah
❃❇❂❄ ❁
❇ ❊
❀ ❀
❇ ❋
❃ ❁❆
❇❈ ❋
❋ ❆ ❇ ❃
❂ ❄
❅
ebutuhan untuk memperoleh pengakuan sosial status
❆ ❇❆❆ ❆
❇ ❆ ❆
❁ ❇
❊ ❀
❀ ❈ ❇ ❁
❊ ❋
❉ ❇❀❂
❊ ❅
ebutuhan untuk berkontribusi pada komunitas
❆ ❇❆❆ ❆
❇ ❆ ❆
❁ ❇
❊ ❀
❀❂ ❇
❆ ❃ ❈ ❃❇❂❄
❅
eterangan
● ❀
= tidak memotivasi
❍ ❁
= kurang memotivasi
❍ ❂
= cukup memotivasi
❍ ❃
= memotivasi
❍ ❄
= sangat memotivasi
■ ❏❑ ❏
Tutupan Lahan, Stakeholders, Distribusi Otoritas stakeholders dan Struktur Insentif dalam Pemulihan Fungsi HLPT
▲ ✳
▲ ✳ ✬
▼
ondisi tutupan lahan spasial
✯ ✰✱✲ ◆
ambar tutupan lahan di
✯ ✰✱✲
disajikan pada
◆
ambar
✬✬✹
sedangkan luas tutupan lahan pada kawasan
✯ ✰✱✲
berdasarkan kelas penutupan lahann
✸
a disajikan pada
✲
abel
✮ ✮ ✳
❖
erdasarkan
◆
ambar
✬✬
dan
✲
abel
✮ ✮
dapat disimpulkan han
✸
a
✺ ✷✹
✺ ▲
P ✶
◗ ✹ ✭
◗
ha kawasan
✯ ✰✱✲ ✸
ang tutupan lahann
✸
a berupa hutan
✹ ✸
ang terdiri atas hutan sekunder dataran rendah
✺ ✷
✹ ✶ ❘
P ✶
▲ ✹✭✶
ha dan hutan rawa sekunder
✭✹✭ P
✶ ✹✭ ▲
ha
✳ ❙
edangkan sisan
✸
a sebagian besar telah berubah menjadi belukar
✶ ✬
✹ ◗P
✹
semak
✬✮✹ ✺ P
✹
pertanian campur semak
✬ ✺
✹ ✬ ✺
✹
tanah
❚
lahan terbuka
◗ ✹
✺ ❘
dan pemukiman
✬ ✹ ✶
▲ ✳
✴
enurut
❖ ✱ ▼
✯ ❯
ila
✸
ah
❱❲ ❙
amarinda
✶✭ ✭ P
berdasarkan hasil penafsiran
❳
itra
✰
ansat tahun
✶ ✭✭ ❘
dan
❳
itra
❙
pot
▲
tahun
✶✭ ✭ P
✹
luas penutupan lahan wila
✸
ah
▼
esatuan
✱
engelolaan
✯
utan
▼ ✱✯
▼
ota
✲
arakan didominasi hutan lahan kering sekunder
± 61,10 dan pertanian campur semak ± 17,74 dan terdapat pemukiman dengan luas 34,77 ha 0,51.
Gambar 11. tutupan lahan di Hutan Lindung Pulau Tarakan Tahun 2009 Hasil analisis menunjukkan bahwa ekosistem HLPT secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yakni ekosistem hutan dan ekosistem non hutan hutan yang mengalami kerusakan yang berpotensi untuk dapat rehabilitasi. Menurut FAO
1996 yang dikutip Sunderlin dan Resosudarmo 1997 hutan dijabarkan sebagai “hutan alam” baik hutan yang luas atau yang terfragmentasi, “non-hutan”
merujuk pada lahan-lahan lain yang berhutan wo o
l ns termasuk semak
belukar dan lahan dalam masa bera pendek dan “vegetasi berkayu buatan manusia” mencakup perkebunan termasuk hutan tananam industri maupun
perkebunan tanaman keras.
❨❩ ❬
❭
abel
❪❪ ❫
uas tutupan lahan pada kawasan
❴ ❫❵❭
berdasarkan kelas penutupan lahan tahun
❛ ❩ ❩
❜ ❝
o
❞
elas penutupan lahan
❡
uas
❢
ektar
❣ ❢
utan sekunder dataran rendah
❤✐ ❥❦ ❧✐ ♠ ♥❦
✐ ♦ ✐
❢
utan rawa sekunder
✐ ❦ ❧
❥ ❧ ❦
❧ ❤
♠ ♣
elukar
❥✐♦ ❦ ♥q ✐❣ ❦
q ❤
r ♣
elukar rawa
♠❣ ❦ q
♥ ❣ ❦
♠ ❣ ❥
s
emak
♠ r
q ❦ ❤❣ ❣
r ❦
♠ ❤
♦ s
emak rawa
q ❦ ❤❧ ❧ ❦
♠ ♠ q
t
ertanian campur semak
♠ ❣q ❦ ♠
♥ ❣♠ ❦
❣ ♠ ♥
✉
anah lahan terbuka
❣ qq ❦ ❤✐ q ❦
♠ ♦ ❤
t
emukiman
♠❧ ❦ ♠ ❣
❣ ❦ ✐
❥ ❣ ❧
✈
ir embung
❣ r
❦ ❥♦ ❧ ❦
♦ ❧ ❣ ❣
✇
awa
♠ ❥❦ ♠
❥ ❣ ❦
r ♦
❣ ✐ ✈
wan
❧ ❦ ♦ ❧
❧ ❦ ❧ ♠
❣ ♠ ①
umlah
✐ r
❣q ❦ ♦ ❥ ❣❧ ❧❦ ❧❧
②③ ②③❛ ④
t
⑤ ⑥⑦⑧⑨ ⑩❶ ⑦
rs pemulihan fungsi
❴ ❫❵❭ ④
t
⑤ ⑥⑦⑧⑨ ⑩❶ ⑦
r s adalah kelompok atau individu
❷
ang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu
❸
itchell
⑦
t
❹ ⑤ ⑩
❨ ❜❜
❺ ❶
⑤ ⑩
⑤ ❻
❼
undawati dan
❽
skadi
❛ ❩ ❩ ❾
③ ❴
asil identifikasi st
⑤ ⑥⑦⑧
⑨ ⑩❶⑦
rs
❿
minat
❿
tingkat kepentingan dan pengaruhn
❷
a secara rinci disajikan pada
❫
ampiran
❪ ③ ➀
erdasarkan hasil identifikasi dapat diketahui bahwa terdapat
❨ ❪
st
⑤ ⑥⑦⑧⑨ ⑩
❶ ⑦
rs
❷
ang potensial terlibat dalam pemulihan fungsi
❴ ❫❵❭ ❿
❷
aitu
➁ ➂
inas
➃
ehutanan
❵
ertambangan dan
➄
nergi
❿ ➀
appeda
➃
ota
❭
arakan
❿ ➀
adan
❵
engelola
❫
ingkungan
❴
idup
➃
ota
❭
arakan
❿ ➂
inas
❵
ekerjaan
➅
mum
➃
ota
❭
arakan
❿ ❵
erguruan
❭
inggi
❿ ➂
inas
❵
eternakan dan
❵
ertanian
❭
anaman
❵
angan
➃
ota
❭
arakan
❿ ➀
adan
❵
ertanahan
➆
asional
➃
ota
❭
arakan
❿ ➃
antor
➃
ecamatan
➇ ➃
elurahan
❿ ❵
erusahaan
➂
aerah
❽
ir
❸
inum
➃
ota
❭
arakan
❿
mas
❷
arakat pemanfaat di dalam kawasan
❴ ❫❵❭ ❿
❫
embaga
❼
wada
❷
a
❸
as
❷
arakat
❿ ❸
as
❷
arakat pengguna air bersih
❿ ❭
ata
❵
emerintahan
❼
ekretariat
➃
ota
❭
arakan dan
➂
ewan
❵
erwakilan
➈
ak
❷
at
➂
aerah
➃
ota
❭
arakan
③ ❼
ecara umum st
⑤ ⑥⑦⑧⑨ ⑩❶ ⑦
rs pemulihan fungsi
❴ ❫❵❭
terdiri atas komunitas
➉⑨ ❻❻
u
➊➋
t
➋ ⑦
s
❿
kelompok sosial
➌ ⑨ ➉➋⑤ ⑩
➍➎ ⑨
u p
s dan organisasi
⑨ ➎ ➍ ⑤
➊ ➋ ➏
⑤
t
➋⑨ ➊
s pemerintah dan non pemerintah
③ ❴
al ini sesuai dengan
❷
ang dikemukakan
➐ ➐➄ ➂
❛ ❩❩
②
bahwa st
⑤ ⑥⑦⑧
⑨ ⑩❶ ⑦
rs dapat meliputi komunitas
❿
kelompok
➑
kelompok sosial
atau organisasi
③ ❼
ebagai contoh st
⑤ ⑥⑦⑧⑨ ⑩
❶ ⑦
rs
➒ ➓➔
kebijakan kehutanan dapat meliputi penduduk
→
ang tinggal di dalam atau dekat hutan
➣
orang
→
ang tinggal lebih jauh tetapi menggunakan
↔
memanfaatkan hutan
➣
penghuni tetap suatu negara
→
ang berasal di tempat lain atau luar negeri
➣
pekerja
➣
pengusaha skala kecil
➣
pengelola hutan
➣
manajer perusahaan ka
→
u
➣
pemerhati lingkungan
➣
politikus
➣
pela
→
an publik
➣
warga negara nasional
➣
konsumen
➣
ahli hutan
➣
perwakilan pemerintah pusat
➣
perwakilan pemerintah daerah
➣ ↕
embaga
➙
wada
→
a
➛
as
→
arakat
➣
akademisi dan peneliti
➣
pen
→
umbang dana
➣
konsultan
➣
badan usaha dan komunitas umum
➜ ➝
asil penelitian ini memiliki kemiripan dengan hasil penelitian
→
ang dikemukakan
➙
undawati dan
➞
skadi
➟ ➓ ➓➠ ➣
dalam pemulihan ekosistem
➡
anau
➢
oba st
➤➥➦➧ ➨➩➫➦
rs
→
ang terlibat meliputi
➭ ➒
➯
t
➤ ➥➦➧
➨ ➩➫ ➦
r s kunci dalam pemulihan ekosistem
➡
aerah
➢
angkapan
➞
ir
➡➢ ➞
➡
anau
➢
oba
➣ →
akni
➭ ➲
emerintah
➳
abupaten di kawasan
➡➢ ➞
➡
anau
➢
oba
➔ ➳
abupaten
➣ ➡
➲ ➵
➳
abupaten di kawasan
➡➢➞ ➡
anau
➢
oba
➣ ➡
inas
➳
ehutanan dan
➲
erkebunan
➳
abupaten
➙
amosir
➣ ➡
inas
➳
ehutanan
➳
abupaten
➙
imalungun
➣
dan
➡
inas
➳
ehutanan dan
↕
ingkungan
➝
idup
➳
abupaten
➳
aro
➣ ➸
adan
➳
oordinasi
➲
engelolaan
➺
kosistem
➡
anau
➢
oba
➸ ➳
➲➺ ➡➢
dan
➸ ➲
➡ ➞
➙ ➞
sahan
➸
arumun
➻ ➟
➯
t
➤ ➥➦➧
➨➩ ➫ ➦
r s utama primer
➣
mas
→
arakat
➡
esa
➙
ipangan
➸
olon dan mas
→
arakat
➡
esa
➛
artoba
➻
dan
➼ ➯
t
➤ ➥ ➦➧ ➨➩
➫ ➦
r s pendukung sekunder
➣ ➡
inas
➲
erikanan
➲
rovinsi
➙
umut
➣ ➡
inas
➲
ariwisata
➲
rovinsi
➙
umut
➣ ➡
inas
➲
erkebunan
➳
abupaten
➙
imalungun
➣ ➡
inas
➲
ariwisata
➙
eni dan
➸
uda
→
a
➳
abupaten
➙
amosir
➣ ➡
inas
➲
ariwisata
➳
abupaten
➙
imalungun
➣ ➸
adan
➲
en
→
uluhan
➲
ertanian
➲
erikanan dan
➳
ehutanan
➳
abupaten
➙
imalungun
➣
Yayasan KSPPM Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI Parapat, CV. Luhur
dan Dewan Paroki St. Fidelis. Matriks kepentingan dan pengaruh st
➤ ➥➦➧
➨ ➩➫ ➦
rs yang mengacu pada hasil analisis st
➤➥➦➧ ➨➩➫➦
rs sehubungan dengan pemulihan fungsi HLPT adalah
sebagaimana yang disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan matriks kepentingan dan pengaruh st
➤➥➦➧ ➨➩➫➦
rs pemulihan fungsi HLPT pada Gambar 12 dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1 Kelompok st
➤➥➦➧ ➨➩➫➦
rs pada kuadran A subjek adalah masyarakat di dalam
kawasan HLPT, Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kota Tarakan,
➽➾ ➚
➪
embaga
➶
wada
➹
a
➘
as
➹
arakat
➴
mas
➹
arakat pengguna air bersih dan
➷
erguruan
➬
inggi
➮ ➱
t
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
r ini memiliki kepentingan tinggi dan pengaruh rendah dalam pengelolaan pemulihan fungsi
Ñ ➪ ➷
➬➴
dan merupakan st
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
r s penting
➹
ang perlu pemberda
➹
aan
➮ Ò
Ó
elompok st
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
rs pada kuadran
Ô
pemain adalah
Õ
inas
Ó
ehutanan
➷
ertambangan dan
Ö
nergi
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
adan
➷
engelola
➪
ingkungan
Ñ
idup
Ó
ota
➬
arakan
➴ Õ
inas
➷
ekerjaan
×
mum
Ó
ota
➬
arakan dan
Ó
antor
Ó
elurahan
Ø Ó
ecamatan
➮ ➱
t
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
r ini memiliki kepentingan dan pengaruh
➹
ang tinggi serta paling kritis prioritasn
➹
a dalam pengelolaan pemulihan fungsi
Ñ ➪ ➷
➬ ➮
Ù Ó
elompok st
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
rs pada kudaran
Ú
penghubung adalah
Õ
inas
➷
eternakan dan
➷
ertanian
➬
anaman
➷
angan
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
agian
➬
ata
➷
emerintahan
➶
ekretariat
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
adan
➷
erencanaan
➷
embangunan
Õ
aerah
Ô
appeda
Ó
ota
➬
arakan
➴
dan
Õ
ewan
➷
erwakilan
Û
ak
➹
at
Õ
aerah
Ó
ota
➬
arakan
➮ ➱
t
✃ ❐❒❮
❰ ÏÐ❒
r ini memiliki kepentingan
➹
ang rendah dan pengaruh
➹
ang tinggi dan merupakan st
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
rs
➹
ang bermanfaat untuk merumuskan atau menjembatani keputusan dan opini dalam pengelolaan pemulihan fungsi
Ñ ➪➷
➬ ➮
Ü ➱
t
✃ ❐❒❮
❰ ÏÐ❒
rs pada kuadran
Õ
penonton adalah
Ô
adan
➷
ertanahan
Ó
ota
➬
arakan
➮ ➱
t
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
r s ini memiliki kepentingan
➴
pengaruh dan prioritas
➹
ang rendah dalam pengelolaan pemulihan fungsi
Ñ ➪ ➷
➬ ➮
➘
engacu pada
Ý ÑÞ Ò
➾ ➽
➾
st
✃ ❐❒❮❰ ÏÐ ❒
rs kunci dalam pengelolaan
pemulihan fungsi
Ñ ➪ ➷
➬
adalah st
✃ ❐❒❮
❰ ÏÐ❒
rs
➹
ang termasuk pada kuadran
ß ➴
Ô
dan
Ú ➴
➹
ang meliputi mas
➹
arakat di dalam kawasan
Ñ ➪ ➷
➬➴ ➷
erusahaan
Õ
aerah
ß
ir
➘
inum
➷ Õ
ß ➘
Ó
ota
➬
arakan
➴ ➪
embaga
➶
wada
➹
a
➘
as
➹
arakat
➴
mas
➹
arakat pengguna air bersih
➴ ➷
erguruan
➬
inggi
➴ Õ
inas
Ó
ehutanan
➷
ertambangan dan
Ö
nergi
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
adan
➷
engelola
➪
ingkungan
Ñ
idup
Ó
ota
➬
arakan
➴ Õ
inas
➷
ekerjaan
×
mum
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ó
antor
Ó
elurahan
Ø Ó
ecamatan
➴ Õ
inas
➷
eternakan dan
➷
ertanian
➬
anaman
➷
angan
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
agian
➬
ata
➷
emerintahan
➶
ekretariat
Ó
ota
➬
arakan
➴ Ô
adan
➷
erencanaan
➷
embangunan
Õ
aerah
Ô
appeda
Ó
ota
➬
arakan
➴
dan
Õ
ewan
➷
erwakilan
Û
ak
➹
at
Õ
aerah
Ó
ota
➬
arakan
➮ ➘
enurut
Ý ÑÞ
Ò➾ ➽➾
kembangkan strategi kerjasama dengan st
✃ ❐❒❮
❰ ÏÐ❒
rs pada kuadran
àá â
dan
ã ä å
t
æ çèéê ëì è
rs kunci ini dapat menghalangi memblokir” proyek,
dan jika ini memungkinkan, ada resiko berdampak negatif terhadap proyek atau secara efektif menghentikan dilaksanakannya proyek.
Gambar 12 Matriks kepentingan dan pengaruh st rs
pemulihan fungsi HLPT.
Hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Sundawati dan Askadi 2008. Menurut Sundawati dan
Askadi kepentingan dan pengaruh st rs
dalam pemulihan ekosistem Daerah Tangkapan Air DTA Danau Toba adalah sebagaimana disajikan pada
Tabel 45. 109
A, B dan C. t
rs kunci ini dapat menghalangi memblokir” proyek,
dan jika ini memungkinkan, ada resiko berdampak negatif terhadap proyek atau secara efektif menghentikan dilaksanakannya proyek.
Gambar 12 Matriks kepentingan dan pengaruh st
æ çèé
ê ëìè
rs pemulihan fungsi
HLPT. Hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini adalah
yang dikemukakan oleh Sundawati dan Askadi 2008. Menurut Sundawati dan Askadi kepentingan dan pengaruh st
æ çèé
ê ëìè
rs dalam pemulihan ekosistem
Daerah Tangkapan Air DTA Danau Toba adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 45.
A, B dan C. t
rs kunci ini dapat menghalangi memblokir” proyek,
dan jika ini memungkinkan, ada resiko berdampak negatif terhadap proyek atau secara efektif menghentikan dilaksanakannya proyek.
Gambar 12 Matriks kepentingan dan pengaruh st rs
pemulihan fungsi HLPT.
Hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Sundawati dan Askadi 2008. Menurut Sundawati dan
Askadi kepentingan dan pengaruh st rs
dalam pemulihan ekosistem Daerah Tangkapan Air DTA Danau Toba adalah sebagaimana disajikan pada
Tabel 45.
í íî
ï
abel
ðñ ï
ingkat kepentingan dan pengaruh st
ò óôõö ÷ø ô
rs pemulihan ekosistem
ù ï
ú ù
anau
ï
oba
û
t
ü ýþÿ ✁ ✂þ ✄
s
☎
ingkat
✆
epentingan
☎
ingkat
✝
engaruh
✆
unci
✞ ✟
✠
inas
✆
ehutanan dan
✝
erkebunan
✆
abupaten
✡
amosir
☛ ☞
adan
✌
ingkungan
✍
idup dan
✌
itbang
✆
abupaten
✡
amosir
✎ ✠
inas
✆
ehutanan
✆
abupaten
✡
imalungun
✏ ✠
inas
✆
ehutanan dan
✌
ingkungan
✍
idup
✆
abupaten
✆
aro
✑ ☞
✝ ✠
✒ ✡ ✒
sahan
☞
arumun
✓ ☞
adan
✆
oordinasi
✝
elestarian
✔
kosistem
✠
anau
☎
oba
✕ ☞
adan
✝
engendalian
✠
ampak
✌
ingkungan
✠
aerah
✆
abupaten
✡
imalungun
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
☎
inggi
✡
edang
✖
endah
☎
inggi
✗
tama
✞ ✟
✘✙✚✛
arakat
✠
esa
✡
ipangan
☞
olon
☛ ✘✙✚✛
arakat
✠
esa
✘ ✙ ✜
toba
☎
inggi
☎
inggi
✡
edang
✡
edang
✝
endukung
✞ ✟
✠
inas
✝
erikanan
✝
rovinsi
✡
umut
☛ ✠
inas
✝
ariwisata
✝
rovinsi
✡
umut
✎ ✠
inas
✝
erkebunan
✆
abupaten
✡
imalungun
✏ ✠
inas
✝
ariwisata
✡
eni dan
☞
uda
✛
a
✆
abupaten
✡
amosir
✑ ✠
inas
✝
ariwisata
✆
abupaten
✡
imalungun
✓ ☞
adan
✝
en
✛
uluhan
✝
ertanian
✢ ✝
erikanan
✢
dan
✆
ehutanan
✆
abupaten
✡
imalungun
✕
Yayasan KSPPM Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat
8 Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI Parapat 9 CV. Luhur
10Dewan Paroki St. Fidelis Sedang
Sedang Rendah
Rendah Rendah
Rendah
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Sedang Rendah
Rendah Sedang
Sumber: Sundawati dan Askadi 2008.
5.5.3 Distribusi otoritas st
ò óôõ ö
÷øô
rs pemulihan fungsi HLPT
Hasil analisis distribusi otoritas hak dan kewajiban st
ò óô õö
÷ ø ô
rs yang
potensial terlibat dalam pemulihan fungsi HLPT secara rinci disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan hal-hal penting terkait
dengan hak dan kewajiban st
òóôõö ÷ø ô
rs kunci sehubungan dengan pemulihan
fungsi HLPT sebagai berikut: 1
Hak st
òóôõö ÷ø ô
rs kelompok subjek kuadran A yang umumnya merupakan
lembaga non pemerintah lebih cenderung mengarah pada hak untuk memanfaatkanmenggunakan sumberdaya HLPT dan hak memperoleh izin
pemanfaatan sumberdaya HLPT bagi masyarakat yang berada di dalam kawasan HLPT. Sedangkan hak st
òó ôõ ö
÷øô
rs kelompok pemain kuadran B
dan penghubung kudran C, yang umumnya merupakan lembaga pemerintah
✣✣ ✣
cenderung mengarah pada hak untuk mengelola
✤
mengawasi
✤
menilai dan memfasilitasi program pemulihan fungsi
✥ ✦✧★✩ ✪
✫
ewajiban st
✬ ✭✮✯ ✰✱✲ ✮
rs kelompok subjek kuadran
✳ ✴
ang umumn
✴
a merupakan lembaga non pemerintah cenderung mengarah pada kewajiban
untuk berpartisipasi dalam program pemulihan fungsi
✥ ✦✧★
dan berkontribusi terhadap pendanaan pemulihan fungsi
✥ ✦
✧★✩ ✵
edangkan kewajiban st
✬ ✭✮✯ ✰ ✱✲
✮
rs kelompok pemain kuadran
✶
dan penghubung kudran
✷ ✴
ang umumn
✴
a merupakan lembaga pemerintah cenderung mengarah pada kewajiban untuk berupa
✴
a mewujudkan program pemulihan fungsi
✥ ✦✧★
✩ ✥
ak dan kewajiban st
✬ ✭✮✯✰✱✲ ✮
rs tersebut merupakan indikasi perlun
✴
a pengaturan hak
✸
hak dan kewajiban masing
✸
masing pihak
✴
ang terlibat dalam pemulihan fungsi
✥ ✦✧★✩ ✥
al ini seperti
✴
ang dikemukan oleh
✹
asul dan
✫
arki
✪✺ ✺✻
pada
✼
o
✽
n t
✾
o
✿ ✮
st
❀ ✬
n
✬ ❁ ✮
m
✮
n t
❂ ❃❄
di
❅
ndia dengan kualitas pengelolaan hutan
✴
ang baik
✤
diatur bahwa pemerintah sebagai pemegang otoritas utama membagi tanggung jawab tertentu kepada komunitas lokal dengan aturan spesifik
✩ ✦
ebih lanjut dikemukakan oleh
✹
asul dan
✫
arki
✪ ✺✺ ✻
pada
❆
o m
m un
✽
ty
❇
o
✿ ✮
stry di
❈
epal dengan kualitas pengelolaan hutan
✴
ang baik
✤
kelompok pengguna hutan
❇
o
✿ ✮
st u
❉ ✮
r
❁
ro up
s memiliki otoritas melindungi
✤
mengelola dan memanfaatkan produk hutan dan non hutan
✤
dimana pemerintah memainkan peran sebagai regulator dan fasilitator
✩ ✫
omunitas kelompok pengguna hutan
❊
o m
m un
✽
ty
❇
o
✿ ✮
st u
❉ ✮
r
❁
ro up
s mempun
✴
ai hak untuk mengontrol lahan
✤
mewujudkan kerjasama dalam komunitas untuk lebih efektif mengatur hutan komunitas dan properti
✴
ang diberi oleh pemerintah
✩ ✧
ara anggota komunitas pun
✴
a hak akses ke sumberda
✴
a hutan dan memperoleh keuntungan atas kesediaan menerima distribusi
keuntungan dan bia
✴
a
✩ ❋✩ ❋✩●
✵
truktur insentif dalam pemulihan fungsi
✥ ✦✧★ ✥
asil analisis
✴
ang dikaji dengan menggunakan pendekatan pemba
✴
aran jasa lingkungan dengan air sebagai produk
✥ ✦✧★
✴
ang ditransaksikan adalah sebagaimana dijelaskan berikut
❍ ❋✩ ❋✩●✩ ✣
★
ransaksi siapa dengan siapa
■ ■❏
❑
utan
▲
indung
▼
ulau
◆
arakan merupakan daerah tangkapan air atau daerah hulu sumber air bagi pasokan air baku instalasi air bersih
▼ ❖P◗
❘
ota
◆
arakan
❙ ❚
elanjutn
❯
a air bersih tersebut didistribusikan kepada pelanggan
▼ ❖ P◗
❯
ang dalam hal ini adalah mas
❯
arakat
❘
ota
◆
arakan
❯
ang bermukim di daerah hilir
❯
ang dalam hal ini adalah pengguna air bersih
❙ ◗
engacu kepada pendapat
◗
a
❯
rand dan
▼
aquin
❏ ❱ ❱❲
pengguna air bersih merupakan penerima manfaat atas keberadaan
❑▲▼◆
dan merupakan pihak
❯
ang harus memba
❯
ar
❙ ◗
engacu kepada pendapat
❳
under
❏❱ ❱ ❨
pengguna air bersih
❯
ang menerima manfaat atas keberadaan
❑▲▼◆
dapat din
❯
atakan sebagai
❩
pembeli”. Rusaknya HLPT berarti terganggunya sumber air dan berimplikasi pada
penurunan kualitas dan kuantitas air baku. Penanganan atas kerusakan sumberdaya HLPT merupakan kewajiban Dinas Kehutanan Pertambangan dan
Energi Kota Tarakan selaku organisasi pengelola HLPT, tetapi saat ini UPT- KPHL adalah organisasi tingkat tapak yang ditunjuk sebagai pengelola hutan. Jika
kewajiban tersebut dapat dijalankan dan HLPT dapat berfungsi baik sebagai sumber air, maka mengacu kepada pendapat Wunder 2005 UPT-KPHL adalah
pihak yang dapat dinyatakan sebagai “penjual” jasa pelayanan lingkungan dengan produk berupa air. Namun demikian, di dalam kawasan HLPT terdapat
masyarakat pengguna lahan
❬❭ ❪❫
u
❴ ❵
rs yang dapat berperan menggunakan sumberdaya lahan HLPT untuk kepentingan konservasi sumber air. Mengacu
kepada Mayrand dan Paquin 2004 dana pembayaran jasa lingkungan seharusnya sampai kepada masyarakat pengguna sumberdaya lahan HLPT, jika mereka dapat
berperan sebagai penyedia jasa layanan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam transaksi
pembayaran jasa lingkungan HLPT sebagai pembeli adalah masyarakat pengguna air bersih, sedangkan sebagai penjual adalah UPT-KPHL.
Jika masyarakat pengguna lahan di dalam kawasan HLPT sebagai pihak yang dapat berperan
mengkonservasi lahan yang mereka kuasai, maka mereka adalah pihak yang berhak memperoleh insentif pembayaran jasa lingkungan. Ditinjau dari sisi
penjual produk jasa lingkungan, kesimpulan tersebut memiliki perbedaan dengan yang dilaporkan USAID, RMI
❛❜ ❵
❝ ❪
❫ ❞
❪❵❴ ❡
❭ ❪ ❝
❪
st
❡
tu t
❵ ❢
o r
❣
o
❤ ❵
st
❭
n
❫ ✐
n v
❡
ro n
m
❵
n t
dan ESP 2007 transaksi pembayaran jasa lingkungan yang terjadi
❥❥ ❦
di daerah
❧
umber
♠
a
♥
a di dalam
♦♣❧ q
a
♥ r
esai adalah antara
♦
inas
s
ehutanan pembeli dengan mas
♥
arakat hulu penjual
♥
ang difasilitasi oleh
t✉✈ ✇①
② ♣ ③④
q ♣
⑤ ♣
⑥ ♣
⑦ ❧
ebagian besar dari wila
♥
ah di
❧
umberja
♥
a adalah terletak di kawasan hutan lindung
⑦ ⑧⑦ ⑧⑦⑨⑦ ⑩
s
einginan untuk memba
♥
ar w
❶❷❷❶❸ ❹❸ ❺
ss t
❻
p
❼
y
❽
asil analisis
kesediaan mas
❾
arakat pengguna air
untuk memba
♥
ar atas sumberda
♥
a air
♥
ang bersumber dari
❽ ⑥
❿ ⑤
adalah sebagaimana
♥
ang disajikan pada
⑥
ampiran
➀
dan
⑤
abel
⑨ ➀
berikut
➁ ⑤
abel
⑨ ➀
♦
istribusi responden berdasarkan kesediaan untuk memba
♥
ar dan nilai kesediaan memba
♥
ar per m
➂
air
♥
ang digunakan
t
o
➃
raian
s
einginan memba
♥
ar
❥ ♠
umlah responden
⑩ ➄ ➄
⑩ s
esediaan responden
➁
a
⑦ r
ersedia
❥❦ ➅
➀ ➆④ ⑧ ➄
b
⑦ ②
agu
➇
ragu
⑨ ➄ ⑩
➄ ④
➄➄
c
⑦ ⑤
idak bersedia
⑩ ❦
❥ ❥④ ⑧➄
❦ t
ilai kesediaan memba
♥
ar
➁
a
⑦ t
ilai rata
➇
rata keseluruhan responden
②
p m
➈ ➂ ②
p
❥ ⑦⑨
➉➉
b
⑦ t
ilai rata
➇
rata dari responden
♥
ang bersedia
②
p m
➈ ➂ ②
p
⑩ ⑦ ❥ ➆➉
c
⑦ t
ilai minimum
②
p m
➈➂ ②
p
❦ ➄➄
d
⑦ t
ilai maksimum
②
p m
➈➂ ②
p
➅ ⑦ ⑧ ➄➄
r
erdasarkan hasil analisis seperti
♥
ang ditampilkan pada
⑤
abel
⑨ ➀
di atas dapat din
♥
atakan bahwa proporsi mas
♥
arakat
♥
ang bersedia memba
♥
ar
➀ ➆ ④ ⑧➄
lebih ban
♥
ak jika dibandingkan dengan proporsi mas
♥
arakat
♥
ang tidak bersedia
⑩ ➄ ④
➄➄
dan
➊
ragu
➇
ragu” 11,50. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat pengguna air sesungguhnya memiliki kepedulian dan
kesadaran akan pentingnya keberadaan HLPT sebagai sumber air. Nilai kesediaan membayar atas sumberdaya air yang besumber dari HLPT
adalah Rp 300 m
-3
terendahminimum, Rp 2.189 m
-3
rata-rata dan Rp 7.500 m
-3
tertinggimaksimum. Jika mempertimbangkan tarif harga air minum PDAM
Kota Tarakan saat ini adalah Rp 1.350 m
-3
air, maka yang cukup rasional adalah nilai kesediaan membayar minimum terendah Rp 300 m
-3
air. Hal ini sama
➋ ➋➌
dengan hasil penelitian
➍
aintindom
➎ ➏ ➏➐
di
➑
agar
➒
lam
➓
egunungan
➑ ➔
cloop
→
dimana kesediaan mas
➔
arakat memba
➔
ar air adalah
➣
p
↔ ➏➏
m
↕ ➙ ➛
➍
engacu kepada pendapat
➍
a
➔
rand dan
➓
aquin
➎ ➏ ➏➌
hasil konsultasi dengan pengguna air ini merupakan hal penting bagi pengaturan sumbangan
➔
ang dapat diterima oleh mas
➔
arakat pengguna air
➔
ang bersumber dari
➜➝ ➓ ➞➛
➒
tas dasar nilai kesediaan memba
➔
ar pengguna air di
➟
ota
➞
arakan dapat dilakukan perhitungan total nilai kesediaan memba
➔
ar terhadap produksi air
↔
tiga tahun terakhir adalah sebagaimana disajikan pada
➞
abel
➌ ➠
berikut
➡ ➞
abel
➌ ➠
➞
otal nilai kesediaan memba
➔
ar dihitung atas dasar nilai minimum
→
rata
➢
rata dan maksimum kesediaan memba
➔
ar dan jumlah distribusi air tahun
➎ ➏ ➏ ➠
➤ ➎ ➏ ➏➥
➦
ahun
➧
istribusi air m
➨ ➩
ilai kesediaan memba
➫
ar
➭
p
➯➯ ➯ ➦
otal nilai kesediaan memba
➫
ar
➭
p
➯ ➯➯ ➲➳
n
➭
ata
➵
rata
➲➸ ➺
s
➲➳
n
➭
ata
➵
rata
➲ ➸ ➺
s
➻➯➯ ➼ ➽➾➼ ➚ ➪
➾ ➶ ➹➽ ➪➯➯
➻➾ ➹➶ ➘ ➼ ➾➚ ➯➯
➻➾➯ ➻ ➽ ➾ ➹➴➴ ➷➶➯
➹ ➴ ➾➼ ➶➴➾
➹ ➯ ➪➷ ➻
➴ ➚➯ ➾ ➽➚ ➪
➾ ➽➻
➯ ➷➯➯ ➻➯➯ ➶
➼ ➾ ➪ ➹➹ ➾
➻➽ ➯
➻➾ ➹➘ ➪ ➾ ➪➼➶ ➷➯➯
➹➽➾➯ ➯➴➾ ➪
➴➶ ➷ ➹ ➴
➚➴ ➾➶ ➪
➴➾ ➴➚➯ ➷➯➯ ➻➯➯
➘ ➼ ➾➶
➽➪ ➾ ➯ ➹
➶ ➻➾ ➪
➚ ➶➾ ➘➯➚ ➷➴➯ ➹
➼ ➾ ➻ ➹➻ ➾
➹ ➴ ➽➷➴➯
➚➶ ➾ ➘➼ ➻ ➾
➽➪ ➚ ➷➯➯
➬
erdasarkan
➞
abel
➌ ➠
dapat dijelaskan bahwa nilain
➔
a mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
➛ ➮
ika
➔
ang digunakan sebagai dasar perhitungan kesediaan memba
➔
ar dengan nilai
➣
p
↔➏ ➏
m
↕ ➙
→
maka berdasarkan jumlah air
➔
ang dikonsumsi mas
➔
arakat pada tahun tahun
➎ ➏➏
➠
sampai dengan
➎ ➏ ➏➥
berturut
➢
turut nilain
➔
a adalah
➣
p
➎➛ ➏
➎ ➱
➛ ➋➌ ➌
✃ ➏➏ →
➣
p
➎ ➛ ➋➥ ↔ ➛
↔ ➠
✃ ➛ ➏ ➏➏
dan
➣
p
➎➛ ↔➐
✃ ➛
➥➏ ➐ ➛ ➌ ➏➏➛
➐➛ ➐➛ ➌ ➛
↔ ❐
stimasi
➬
ia
➔
a rehabilitasi hutan dan lahan serta pemeliharaan
➍
enurut
➓
agiola dan platais
➎ ➏ ➏ ➠
dalam
❐
ngel
❒
t
❮❰Ï ➎
➏➏ ✃
pemba
➔
aran oleh pengguna la
➔
anan lingkungan dapat membantu pelaksanaan konservasi menjadi pilihan
➔
ang lebih menarik bagi manajer ekosistem
→
mempengaruhi mereka untuk mengadopsin
➔
a atau dalam kasus manajer area dilindungi
→
memberikan mereka sumberda
➔
a untuk melakukan konservasi
➛ ➓
emba
➔
aran jasa lingkungan menginternalisasikan apa
➔
ang menjadi eksternalitas
➛ ➬
erdasarkan pendapat
➓
agiola dan
➓
latais tersebut dapat din
➔
atakan bahwa pada prinsipn
➔
a dana
➔
ang diperoleh dari pemba
➔
aran jasa lingkungan merupakan dana
➔
ang seharusn
➔
a digunakan untuk konservasi
➛ Ð
alam kasus pemulihan
ÑÑ Ò
fungsi
ÓÔÕÖ
dana pemba
×
aran jasa lingkungan seharusn
×
a digunakan untuk rehabilitasi hutan dan lahan
Ø Ó Ô
Ù
sehingga
Ø Ó Ô
dapat menjadi insentif
×
ang dapat memotivasi pihak
Ú
pihak terkait terutama mas
×
arakat untuk bertindak sesuai dengan tujuan pengelolaan
Ó Ô Õ
Ö Û
Ü
stimasi bia
×
a rehabilitasi hutan dan lahan di
Ý
ota
Ö
arakan dengan jumlah tanaman
Ñ Û
Ñ Þ Þ
ph ha
ßà
adalah
Ø
p
Ñ Ñ Û
áâ á Û
Ò ÞÞ
ha
ßà Ö
abel
ãä Û
å
ika diasumsikan mas
×
arakat bersedia memba
×
ar berdasarkan jumlah air
×
ang dikonsumsin
×
a dengan total nilai kesediaan memba
×
ar pada tahun
á ÞÞ æ
adalah sebesar
Ø
p
á Û
çÒ ä Ûæ
ÞÒ Û
ã ÞÞ Ù
maka dana tersebut potensial untuk membia
×
ai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan seluas
áÑ Þ
ha th
ßà Ø
p
á Û
ç Òä Û
æ Þ
Ò Û
ãÞ Þ è
Ø
p
Ñ Ñ Û
áâ á Û
Ò ÞÞ
x 1 ha. Menurut
Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan 2004 dalam USAID, RMI,
éê ë ì íî ï í
ë ð ñò í
ì í
st
ñ
tu t
ë ó
o r
ô
o
õ ë
st
ò
n
î ö
n v
ñ
ro n
m
ë
n t
dan ESP 2007 estimasi biaya konservasi mata air Panis dengan jumlah tanaman 500
pohon per hektar adalah Rp 3.492.500, terdiri atas biaya penanaman Rp 2.862.500, biaya pemeliharaan Rp 270.000 dan biaya pengamanan Rp 360.000.
÷ ÷ø
ù
abel
úû ü
stimasi bia
ý
a rehabilitasi hutan dan lahan per hektar berdasarkan standar bia
ý
a teknis rehabilitasi hutan dan lahan
þ
ota
ù
arakan
ÿ
o raian kegiatan
✁
olume satuan
✂
ia
✄
a satuan
☎
p
✆
otal bia
✄
a
☎
p
✝✞ ✟
enanaman
✠✞ ✟
engadaan bahan
✡
bahan a
✝
jir
✠✞ ✠☛☛ ☞☛☛
bt
✌✍☛ ✌✎✍ ✞☛☛ ☛
b
✂
ahan papan nama
☛ ☞☛ ✏
bh
✍☛ ☛✞☛ ☛☛ ✌
☛ ✞☛☛ ☛
c
✂
ahan gubuk kerja
☛ ☞☛ ✏
bh
✑ ✌
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✠
✑ ☛✞ ☛☛ ☛
d
✟
upuk majemuk
✏ ☛ ☞☛☛
kg
✠ ✠ ✞☛ ☛☛
✏ ✏ ☛✞ ☛☛ ☛
e
✟
estisida
✏ ☞☛☛
lt
✒☛✞☛ ☛☛ ✌
✏ ☛✞ ☛☛ ☛
f
✂
ibit tanaman ka
✄
u
✡
ka
✄
uan bersertifikat
✓ ✏
✎ ☞☛☛
bt
✠✞ ✓✎✍ ✠
✍ ✓✓
✞ ✠✌✍
g
✂
ibit pohon multi guna
✔ ✟ ✆
s bersertifikat
✑ ✒
✑ ☞☛☛
bt
✏ ✞
✑ ✎✍
✠ ✍
✓✓ ✞
✠✌✍ ✌✞
✟
engadaan peralatan a
✕
angkul
✠ ☞ ☛☛
bh
✎ ✍✞☛ ☛☛ ✎✍ ✞☛☛ ☛
b
✟
arang
✠ ☞ ☛☛
bh
✎ ✍✞☛ ☛☛ ✎✍ ✞☛☛ ☛
c
✖
and spra
✄
er
☛ ☞
☛ ✏
bh
✑ ✍ ☛✞☛ ☛☛
✠ ✏
✞☛☛ ☛ ✑
✞ ✗
aji
✘
upah a
✟
ersiapan lapangan
✏ ☞
☛ ☛ ✖
✙✚ ✍ ☛✞☛ ☛☛
✌☛☛✞ ☛☛ ☛
b
✟
emasangan ajir
☛ ☞
✎ ✍ ✖
✙✚ ✍ ☛✞☛ ☛☛
✑ ✎ ✞✍☛ ☛
c
✟
embuatan lubang tanam dan piringan
✠ ✍
☞ ✍ ☛
✖ ✙✚
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✎ ✎✍✞ ☛☛ ☛
d
✟
embuatan papan nama
☛ ☞
✑ ☛
✖ ✙✚
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✠
✍ ✞☛☛ ☛
e
✟
embuatan gubuk kerja
☛ ☞
✎ ☛ ✖
✙✚ ✍ ☛✞☛ ☛☛
✑ ✍ ✞☛☛ ☛
f
✟
engangkutan bibit
✌ ☞ ✍ ☛
✖ ✙✚
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✠ ✌
✍✞ ☛☛ ☛
g
✟
enanaman
✍ ☞
✑ ☛
✖ ✙✚
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✌ ✒
✍✞ ☛☛ ☛
h
✟
emupukan
✏ ☞
☛ ☛ ✖
✙✚ ✍ ☛✞☛ ☛☛
✌☛☛✞ ☛☛ ☛
i
✟
emberantasan hama pen
✄
akit
✌ ☞ ☛ ☛
✖ ✙✚
✍ ☛✞☛ ☛☛ ✠☛☛✞ ☛☛ ☛
j
✟
engawasan mandor
☛ ☞✌
✏ ✖
✙✚ ✍☛ ☛✞☛ ☛☛
✠ ✌ ☛✞ ☛☛ ☛
✛
umlah bia
✄
a penanaman
✠
+ 2 + 3 6.317.750
B Pemeliharaan Tanaman
4. Gajiupah kerja a Persiapan lapangan
b Penyianganpenebasan jalur
3 xth c Pengangkutan bibit
d Penyulaman e Pemupukan 2x
f Pengendalian hama penyakit
10 xth g Penjaga pengamanan
tanaman 1 HOK
12 HOK 1 HOK
2 HOK 8 HOK
10 HOK 8 HOK
50.000 50.000
50.000 50.000
50.000
50.000 50.000
50.000 600.000
50.000 100.000
400.000 500.000
400.000 5. Biaya bahanmaterial
a Bibit tanaman kayu-kayuan bersertifikat
b Bibit pohon multiguna MPTs bersertifikat
c Pestisida d Pupuk Urea
e Pupuk TSP f Pupuk KCl
77 bt 33 bt
12 lt 224 kg
57 kg 22 kg
1.875 4.375
60.000 6.000
4.000 12.000
144.375 144.375
720.000 1 344.000
228.000 264.000
Jumlah 4 dan 5 4.944.750
C. Biaya rehabilitasi hutan dan lahan A + B
11.262.500
✜✜ ✢
✣✤ ✥ ✦✧★
gembangan Institusi Pemulihan Fungsi HLPT
✩
erdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kapasitas
✪✫✬ ✭✮ ✫ ✯✰
✱
odel
✬
arakan sebagai organisasi pengelola tingkat tapak dibawah
✲
ishutamben
✮
ota
✬
arakan adalah rendah lihat lampiran
✳ ✴
✯
al ini dibuktikan dengan masih ditemukann
✵
a berbagai kelemahan terkait dengan kapasitas
✪✫✬ ✭ ✮
✫ ✯✰ ✱
odel
✬
arakan
✶
seperti dalam hal
✷ ✜
kerjasama dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah
✸ ✳
perencanaan strategis bidang keuangan dan diversifikasi sumber pendanaan organisasi
✸ ✹
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
✸ ✺
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur standar operasional
✸ ✻
proses rekruitmen
✶
orientasi dan pengembangan staf
✶
supervisi dan evaluasi
✸
dan
✼
penilaian pencapaian misi organisasi dan penilaian dampak serta relevansi program
✴ ✯
al ini berarti
✪✫✬ ✭✮
✫ ✯✰ ✱
odel
✬
arakan sebagai organisasi pengelola di tingkat tapak memiliki kemampuan rendah untuk mencapai tujuan pengelolaan
✯✰ ✫✬
✴ ✱
engacu kepada pendapat
✽✾✿ ❀
n
❁
t
✿❂ ❃ ❄
t
❁
o n
s
❅ ✿
v
✿
lo p
m
✿
n t
❆
ro
❇ ❈ ❄
m
✳ ❉ ❉❊
sebagaimana diacu
❂❄
l
❄
m
✩
ateson
✿
t
❄
l
✴ ✳
❉❉ ❊ ✪✫✬ ✭✮
✫ ✯✰ ✱
odel
✬
arakan harus melakukan proses pengembangan kemampuan untuk dapat melakukan fungsi
✶ ❋●
mecahkan masalah dan mencapai seperangkat tujuan
✴ ✮
apasitas koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
✯ ✰ ✫ ✬
rendah
✵
ang disebabkan oleh permasalahan ambigu kewenangan
✶
kekurangan informasi dan kurang dalam hal konsultasi
✴ ✲
i sisi lain
✶
berdasarkan hasil analisis isi peraturan perundangan
✵
ang mengatur koordinasi sehubungan dengan
pengelolaan hutan diketahui pengaturan koordinasi antar organisasi
❍
lembaga cenderung menggunakan pendekatan mekanisme koordinasi vertikal
✶ ✵
ang dicirikan oleh pengkoordinasian oleh level pimipinan dalam sebuah organisasi
pemerintah
✴ ■
kibatn
✵
a status koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
✯✰ ✫✬
adalah gagal
✶
dibuktikan oleh
belum dapat
diminimalisirn
✵
a
❍
ditiadakann
✵
a pemborosan
✶
inkoherensi dan tidak tertanganin
✵
a isu
✭
isu
✴ ❏
endahn
✵
a kapasitas koordinasi antar organisasi
❍
lembaga pemerintah dalam pengelolaan
✯✰ ✫✬
dan kecenderungan koordinasi menggunakan pendekatan mekanisme koordinasi vertikal
✵
ang akibatn
✵
a terjadi kegagalan
koordinasi antar organisasi
❍
lembaga pemerintah merupakan bukti tidak adan
✵
a koordinasi pada level program berbasis spasial lapangan dan merupakan indikasi
❑ ❑▲
perlun
▼
a kebijakan koordinasi pada level program berbasis spasial lapangan
◆ ❖
engacu kepada konsep koordinasi
▼
ang dikemukakan oleh
❖
alone dan
P
rowston
❑ ◗◗ ❘
❙ ❚
ogl
❯❘❘ ❯
❙
Zingerli
❱
t
❲❳ ❯❘❘ ❨
dan
❩❩P ❯❘❘
▲
permasalahan koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
❚ ❬❭❪
tersebut merupakan indikasi ketiadaan dan diperlukann
▼
a sistem koordinasi antar lembaga pemerintah
◆ ❖
engacu pada pendapat
❚
ogl
❯ ❘ ❘ ❯
❙
Zingerli
❱
t
❲ ❳
◆ ❯❘❘ ❨
dan
❩❩P ❯
❘ ❘ ▲
❙
perbaikan atas permasalahan koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan
❚ ❬❭❪
secara konseptual dapat dilakukan dengan membangun kehandalan sistem koordinasi
▼
ang dapat melembagakan interaksi organisasi
❫
lembaga
▼
ang terlibat untuk membangun kebersamaan respon
❫
aksi dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan
❚ ❬❭❪
berdasarkan kesepakatan antar aktor
❫
organisasi
❫
lembaga
◆ ❴
endahn
▼
a tingkat persepsi mas
▼
arakat pemanfaat sumberda
▼
a
❚ ❬❭❪
terhadap manfaat fungsional sumberda
▼
a
❚ ❬❭ ❪❙
rendahn
▼
a tingkat motivasi lingkungan mas
▼
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan
❚ ❬❭❪
dan tinggin
▼
a tingkat motivasi sosial mas
▼
arakat pemanfaat dalam pemanfaatan
❚ ❬❭❪
adalah sebagai faktor stimulus
❫
pendorong perilaku mas
▼
arakat pemanfaat tidak
memanfaatkan sumberda
▼
a
❚ ❬
❭❪
sesuai tujuan pengelolaann
▼
a
◆ ❵
ondisi
▼
ang demikian menjelaskan tentang persepsi dan motivasi mas
▼
arakat pemanfaat sumberda
▼
a
❚ ❬
❭❪ ▼
ang tidak mendukung tujuan pengelolaan
❚ ❬❭❪ ◆
❖
engacu pada konsep
▼
ang dikemukakan oleh
❩
iagian
❑ ◗
▲❛
terdapat elemen
❜
elemen
▼
ang saling bertentangan antara persepsi dan motivasi mas
▼
arakat dengan tujuan pengelolaan
❚ ❬❭❪ ◆
❝
leh karenan
▼
a
❙
memperbaiki perilaku mas
▼
arakat pemanfaat agar selaras dengan tujuan pengelolaan
❚ ❬❭❪
dapat dilakukan melalui pengubahan persepsi dan motivasi mas
▼
arakat melalui pendekatan persuasif dan edukatif
◆ ❖
engacu kepada pendapat
❞
awes
❑ ◗
▲ ❘
sebagaimana diacu
❩
teg
❯ ❘ ❘
❡
situasi
▼
ang terjadi di mas
▼
arakat pemanfaat sumberda
▼
a
❚ ❬❭❪
tersebut merupakan dilema sosial
❙
dimana individu pemanfaat sumberda
▼
a
❚ ❬❭❪
menerima manfaat
▼
ang lebih tinggi dengan tindakan
▼
ang men
▼
impang dari tujuan bersama pengelolaan
❚ ❬❭❪ ❙
padahal semua pengguna sumberda
▼
a
❚ ❬❭❪
akan lebih baik jika bekerjasama mencapai tujuan pengelolaan
❚ ❬❭❪ ◆
❖
enurut
❢
randts dan
❣
atas
❯❘❘ ❯
informasi sosial dapat mempengaruhi
❤❤ ✐
perilaku orang sehubungan dengan kepatuhan pada kekuatan dibalik motivasi dan pengambilan keputusan
❥ ❦
enurut
❧
orth
❤✐ ✐ ♠
motivasi aktor sangat rumit
♥
sangat kontroversial dan kurang dimengerti berkenaan dengan asumsi perilaku
❥ ♦
ecara implisit seorang aktor memiliki sistem kognisi
♣
ang melahirkan model n
♣
ata tentang bagaimana mereka membuat keputusan
♥
atau setidakn
♣
a aktor menerima informasi
♣
ang mengarahkan pada model awal dari satu tindakan
❥ ❦
enurut
q
andura dan
r
ourden
❤ ✐ s
✐ ♥
t
awes
❤✐ ss
♥ ♦
ims dan
❦
an
✉ ❤✐
s✈
sebagaimana diacu
✇① ② ① ③
④
arks
⑤
t
① ② ❥
✈ ♠♠❤
individu sering melihat kemiripan satu dengan lainn
♣
a sebagai informasi untuk tindakan
♣
ang sesuai pada situasi pengambilan keputusan
❥ ❦
engacu kepada pendapat
q
randts dan
⑥
atas
♥ ❧
orth
♥ q
andura dan
r
ourden
♥ t
awes
♥ ♦
ims dan
❦
ans tersebut dapat din
♣
atakan bahwa informasi merupakan dasar bagi pengambilan keputusan aktor
♥
karenan
♣
a pengubahan perilaku mas
♣
arakat pemanfaat sumberda
♣
a
⑦⑧④⑨
dapat dilakukan melalui pemberian informasi secara terus menerus
❥ ♦
elanjutn
♣
a
♥
berdasarkan hasil analisis tutupan lahan diketahui bahwa ekosistem
⑦ ⑧ ④
⑨
secara umum terbagi menjadi dua
♥ ♣
akni ekosistem hutan dan ekosistem non hutan hutan
♣
ang mengalami kerusakan
❥ ❦
engacu kepada pendapat
⑩
onstatn
✉
a dan
t
al
♣ ❤ ✐✐
✈ ♥
q
erkes dan
⑥
olke
❤ ✐✐ ❶
♥ ❷
underson
⑤
t
① ② ❥
❤ ✐ ✐ ❶
♥ ♦
mith
❤ ✐✐ ❶
sebagaimana dikutip
⑦
anna et al
❥ ❤✐ ✐
❸
batas dari dua ekosistem ini dapat dijadikan acuan dalam mendefinisikan batas secara jelas
♥
sehingga batas konsisten dengan batas ekosistem
❥ t
engan demikian batas area pengelolaan
⑦ ⑧ ④
⑨
dalam rangka pemulihan fungsi
⑦ ⑧ ④
⑨
dapat terdefinisikan secara jelas dengan membagi area dalam dua blok
♥ ♣
akni
❹
area dengan tutupan lahan berupa hutan sebagai blok perlindungan dan area dengan tutupan lahan non
hutan sebagai blok pemulihan
❥ ④
ada blok pemulihan umumn
♣
a adalah areal
♣
ang berupa belukar
♥
semak
♥
pertanian campur semak dan lahan terbuka
♣
ang dikuasai oleh mas
♣
arakat
♥
termasuk areal
♣
ang digunakan untuk pemukiman
❥ ❺
gar aktivitas pada blok pemulihan
⑦ ⑧ ④
⑨
menjadi jelas
♥
maka areal ini seharusn
♣
a menjadi wila
♣
ah aktivitas pemulihan fungsi
⑦ ⑧ ④
⑨
dengan melibatkan mas
♣
arakat
❥ ❺
real pemukiman merupakan areal krusial
♣
ang harus diperjelas batas
❻
batasn
♣
a
❥ ❼
ejelasan batas tersebut merupakan hal penting
♥ ❽
arena mengacu kepada pendapat
❾❿ ➀
➁
strom
❾➂ ➂➀ ➃
➄
grawal
❿ ➀ ➀❾
dan
➅
artodihardjo
❿ ➀ ➀➆
salah satu faktor
➇
ang mempengaruhi kesuksesan institusi pemulihan fungsi
➈➉➊➋
adalah batas sumberda
➇
a
➇
ang terdefinisikan dengan jelas
➌ ➍
erdasarkan hasil analisis
➇
ang memperhatikan tingkat kepentingan dan pengaruh st
➎ ➏➐➑➒ ➓ ➔ ➐
rs dalam pemulihan fungsi
➈ ➉ ➊➋
diketahui bahwa
→
t
➎ ➏➐➑➒ ➓➔ ➐
rs kunci
➇
ang seharusn
➇
a terlibat dalam pemulihan fungsi
➈➉➊➋
adalah mas
➇
arakat di dalam kawasan
➈➉➊➋➃ ➊
erusahaan
➣
aerah
➄
ir
↔
inum
➊ ➣
➄ ↔
➅
ota
➋
arakan
➃ ➉
embaga
↕
wada
➇
a
↔
as
➇
arakat
➃
mas
➇
arakat pengguna air bersih
➃ ➊
erguruan
➋
inggi
➃ ➣
inas
➅
ehutanan
➊
ertambangan dan
➙
nergi
➅
ota
➋
arakan
➃ ➍
adan
➊
engelola
➉
ingkungan
➈
idup
➅
ota
➋
arakan
➃ ➣
inas
➊
ekerjaan
➛
mum
➅
ota
➋
arakan
➃ ➅
antor
➅
elurahan
➜ ➅
ecamatan
➃ ➣
inas
➊
eternakan dan
➊
ertanian
➋
anaman
➊
angan
➅
ota
➋
arakan
➃ ➍
agian
➋
ata
➊
emerintahan
↕
ekretariat
➅
ota
➋
arakan
➃ ➍
adan
➊
erencanaan
➊
embangunan
➣
aerah
➍
appeda
➅
ota
➋
arakan
➃
dan
➣
ewan
➊
erwakilan
➝
ak
➇
at
➣
aerah
➅
ota
➋
arakan
➌ ➅
ejelasan stakeholders
➇
ang dapat terlibat dalam pemulihan fungsi
➈ ➉ ➊ ➋
ini merupakan hal penting
➃
karena mengacu kepada pendapat
➍
romle
➇ ❾ ➂➞ ➂
➇
ang dikutip
➈
anna
➐
t
➎ ➓
➌ ❾ ➂➂
➟
mendefinisikan kepentingan kelompok
➇
ang potensial terlibat dalam pemulihan fungsi sumberda
➇
a
➈➉➊➋
merupakan hal
➇
ang fundamental
➃
selanjutn
➇
a mengacu kepada pendapat
➄
grawal
❿ ➀➀ ❾
keanggotaan kelompok
➇
ang terlibat dalam pemulihan fungsi
➈➉➊➋
harus terdefinisikan secara jelas
➌ ➍
erdasarkan hasil analisis tentang otoritas st
➎ ➏➐➑➒ ➓➔ ➐
rs sehubungan dengan
pemulihan fungsi
➈➉➊➋
diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada
➋
abel
➠ ➂
berikut
➡ ➋
abel
➠ ➂
➈
ak dan kewajiban st
➎ ➏➐➑
➒ ➓➔➐
rs dalam pemulihan fungsi
➈➉➊➋ ➢
t
➤ ➥➦➧ ➨➩ ➫➦ ➭
s
➯
ak
➲
ewajiban
➳
ubjek
➵ ➸
manfaatkan
➺
menggunakan sumberda
➻
a
➯ ➼ ➽ ➾
dan hak memperoleh i
➚➪
n pemanfaatan
➶
erpartisipasi dalam program pemulihan fungsi
➯ ➼
➽ ➾
dan berkontribusi terhadap pendanaan pemulihan fungsi
➯ ➼ ➽➾ ➹
➽
emain dan pendukung
➵ ➸➘
gelola
➴
mengawasi
➴
menilai dan memfasilitasi program pemulihan
fungsi
➯ ➼ ➽ ➾
➶
erupa
➻
a mewujudkan program pemulihan fungsi
➯ ➼ ➽ ➾ ➹
↔
engacu kepada pendapat
↕
chlager dan
➁
strom
❾➂ ➂ ❿
hak st
➎ ➏➐➑➒ ➓➔ ➐
rs subjek
➇
ang meliputi mas
➇
arakat di dalam kawasan
➈➉➊➋➃ ➊
erusahaan
➣
aerah
➄
ir
↔
inum
➊ ➣
➄ ↔
➅
ota
➋
arakan
➃ ➉
embaga
↕
wada
➇
a
↔
as
➇
arakat
➃
mas
➇
arakat
➷ ➬➷
pengguna air bersih dan
➮
erguruan
➱
inggi cenderung mengarah pada
✃
hak pemanfaatan”. Sedangkan hak st
❐❒❮❰ ÏÐÑ ❮
rs pemain dan pendukung yang meliputi
Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kota Tarakan, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Tarakan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Tarakan, Kantor
KelurahanKecamatan, Dinas Peternakan dan Pertanian Tanaman Pangan Kota Tarakan, Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Kota Tarakan, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Bappeda Kota Tarakan, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tarakan cenderung mengarah pada “hak pengelolaan”. Mengacu
pada pendapat Commons 1968 dan Ostrom 2003 hak st
❐ ❒❮❰ ÏÐÑ❮
rs tersebut
berkonsekuensi pada kewajiban st
❐ ❒❮❰
Ï ÐÑ ❮
rs . Kewajiban st
❐ ❒❮❰
Ï ÐÑ ❮
rs subjek
sehubungan dengan pemulihan fungsi HLPT adalah “berpartisipasi dalam program pemulihan fungsi HLPT dan berkontribusi terhadap pendanaan
pemulihan fungsi HLPT”, sedangkan kewajiban st
❐ ❒❮❰
Ï ÐÑ ❮
rs pemain dan
pendukung adalah “berupaya mewujudkan program pemulihan fungsi HLPT”
.
Hasil analisis menunjukan bahwa transaksi pembayaran jasa lingkungan dapat terjadi antara masyarakat penggunan air pembeli dengan pengelola HLPT,
yakni UPT-KPHL Model Tarakan penjual. Nilai kesediaan membayar masyarakat pengguna pembeli sumberdaya air yang besumber dari HLPT yang
rasional adalah Rp 300 m
-3
air. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan nilai pembayaran atas produk air yang dikonsumsi masyarakat dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah konsusmsi air oleh masyarakat pengguna air. Mengacu pada pendapat Mayrand dan Paquin 2004
nilai tersebut dapat sebagai sumber aliran pendapatan yang stabil dan terus menerus yang dapat digunakan untuk pemulihan fungsi HLPT serta dapat
memastikan keberlanjutan sistem pembayaran jasa lingkungan. Aliran pendapatan dari pembeli tersebut merupakan dana potensial yang
dapat digunakan untuk pemulihan fungsi HLPT konservasi melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan RHL yang merupakan insentif yang dapat
mendorong pelaku st
❐❒❮❰ Ï
ÐÑ ❮
rs pemulihan fungsi HLPT. Menurut Kartodiharjo
❮
t
Ò ❐
Ð
2004 insentif rehabilitasi hutan dan lahan RHL adalah semua bentuk dorongan spesifik atau rangsangstimulus bagi pelaku langsung RHL
masyarakat, umumnya berasal dari institusi eksternal pemerintah, LSM atau
ÓÔÔ
lainn
Õ
a
Ö Õ
ang dirancang dan diimplementasikan untuk mempengaruhi atau memotivasi mas
Õ
arakat
Ö
baik secara individual maupun kelompok
× Ø
emperhatikan uraian di atas
Ö
pengembangan institusi pemulihan fungsi
ÙÚÛÜ
harus dapat mengarahkan perilaku semua pihak
Õ
ang terlibat dalam pengelolaan
ÙÚÛÜ
untuk bekerja sama
Ö
sehingga terjadi keterpaduan aktivitas untuk mengatasi isu
Ý
isu kompleks terkait dengan pengelolaan
ÙÚÛÜ
guna mencapai tujuan pengelolaan
ÙÚÛÜ ×
Þ
leh karenan
Õ
a
Ö
pengembangan institusi pemulihan fungsi
ÙÚÛÜ
meliputi hal
Ý
hal sebagai berikut
ß Ó
Ø
eningkatkan kapasitas lembaga
à ÛÜ
Ý á ÛÙ Ú
Ø
odel
Ü
arakan sebagai lembaga pengelola tingkat tapak
× Ô
Ø
ewujudkan kebijakan koordinasi pada level program berbasis spasial lapangan dan membangun wadah organisasi non struktural
Õ
ang dapat melembagakan sistem koordinasi antar pihak
â
organisasi dalam aktivitas pengelolaan
ÙÚÛÜ ×
ã Ø
emberikan informasi
Ö
pesuasi dan edukasi secara terus menerus kepada mas
Õ
arakat pemanfaat sumberda
Õ
a
Ù Ú ÛÜ
untuk mengubah
perilaku mas
Õ
arakat agar sejalan dengan tujuan pengelolaan
ÙÚÛÜ ×
ä Ø
elakukan penataan batas sesuai kondisi spasial
ÙÚÛÜ Ö
mengatur st
å æçèé êë ç
rs
Õ
ang terlibat
Ö ì
ak dan kewajiban st
å æçèé êë ç
rs dan insentif dalam
pemulihan fungsi
ÙÚÛÜ ×
Ø
engacu pada institusi pengelolaan hutan di
í
erman
Ö
keberadaan
à ÛÜ
Ý á
ÛÙÚ
sebaga organisasi tingkat tapak adalah sangat penting
Ö
karena dapat menjamin unit pengelola hutan dekat dengan mas
Õ
arakat dan dapat terimplementasikann
Õ
a prinsip teritorial dan prinsip fungsi organisasi dalam pengelolaan
ÙÚÛÜ ×
Þ
leh karenan
Õ
a
Ö
peningkatan kapasitas
à ÛÜ
Ý á
ÛÙÚ Ø
odel
Ü
arakan selaku organisasi pengelola hutan di tingkat tampak merupakan sebuah keharusan
× à
pa
Õ
a
Õ
ang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas
à ÛÜ
Ý á ÛÚ
Ø
odel
Ü
arakan
Õ
ang didasarkan pada wila
Õ
ah perbaikan kapasitas
à ÛÜ
Ý á ÛÙÚ
adalah sebagai berikut
ß Ó
Ø
embangun kerjasama dengan st
å æçè
é êëç
rs
Ö
baik organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah
×
î ïð
ï ñ
embuat rencana strategis bidang keuangan dengan menjadikan potensi pemba
ò
aran jasa lingkungan sebagai sumber diversifikasi pendanaan organisasi
ó ð
ñ
endelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada level manajemen
ò
ang sesuai dalam organisasi
ó ô
ñ
elakukan proses rekruitmen sumberda
ò
a manusia sesuai kebutuhan organisasi dan orientasi pengembangan kemanpuan staf
õ
supervisi serta evaluasi staf
ó ö
ñ
eningkatkan ketaatan
÷
kepatuhan pada norma
õ
standar
õ
prosedur dan kreteria pengelolaan hutan pada
ø
esatuan
ù
engelolaan
ú
utan
û
indung
øù úû ó
ü ñ
elakukan penilaian pencapaian misi organisasi
õ
evaluasi dampak program dan relevansi program secara periodik
ó ý
una men
ò
elaraskan aktivitas para pihak terkait dalam pemulihan fungsi
úû ù
þ
agar dapat mencapai tujuan pengelolaan
ú û ù
þ
perlu koordinasi pada level program berbasis spasial lapangan
õ
karenan
ò
a disarankan dibuat aturan
kebijakan koordinasi pada level program berbasis spasial lapangan
ó ÿ
isamping itu
õ
diperlukan wadah
ò
ang dapat melembagakan sistem koordinasi antar pihak st
✁✂ ✄ ☎ ✆
✝ ✂
rs
õ
karenan
ò
a disarankan dibentuk
✥ ø
elompok
ø
erja
ø
oordinasi
ù
emulihan
✞
ungsi
ú
utan
û
indung
ù
ulau
þ
arakan
øøøù ✞
✟ úû
ù þ
” yang
keberadaannya diakui oleh seluruh para pihak. Kelompok Kerja Koordinasi Pemulihan Fungsi HLPT
memiliki tugas “membantu UPT-KPHL dalam
meningkatkan kerjasama dan menyelaraskan aktivitas para pihak untuk mencapai tujuan pemulihan fungsi HLPT”. Kelompok Kerja Koordinasi Pemulihan Fungsi
HLPT berfungsi: 1
Sebagai wadah keterwakilan pimpinan st
✁✂ ✄ ☎ ✆
✝ ✂
rs kelompok dalam
pemulihan fungsi HLPT . 2
Sebagai wadah pengembangan hasil bersama yang ingin dicapai dan ukuran keberhasilan kinerja pemulihan fungsi HLPT.
3 Sebagai wadah sikronisasi aktivitas st
✁✂ ✄☎
✆ ✝ ✂
rs sektororganisasi sehingga
aktivitas dalam pemulihan fungsi HLPT diakui seluruh pihak. Tindakan penyebaran informasi, persuasi dan edukasi dalam pemulihan
fungsi HLPT dapat membangun pemahaman, keberpihakan, dukungan dan
✠✡ ☛
ketertarikan st
☞ ✌✍✎✏ ✑✒ ✍
rs dan kemampuan mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔✕✖✗✘ ✙
leh karenan
✓
a
✚
disarankan dilakukan pen
✓
ebaran informasi
✚
persuasi dan edukasi secara terus menerus dengan kelompok sasaran utama adalah mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔ ✕✖✗✘ ✖
en
✓
ebaran informasi dilakukan dengan tujuan membangun pemahaman mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔✕✖✗
sehingga memiliki kesadaran dan pengetahuan cukup untuk berpartisipasi dalam pemulihan fungsi
✔ ✕✖✗✘ ✛
etode pen
✓
ebaran informasi secara intensif kepada mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔✕✖✗
melalui komunikasi tatap muka dan komunikasi media massa
✘ ✗
indakan persuasi pada prinsipn
✓
a terkait erat dengan pen
✓
ebaran informasi
✚
tetapi tindakan persuasi dimaksudkan untuk membangun keberpihakan
✚
dukungan dan ketertarikan mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔ ✕✖✗ ✚
sehingga melakukan tindakan
partisipasitif dalam aktivitas pemulihan fungsi
✔ ✕ ✖✗ ✘
✛
etode persuasi
menggunakan pendekatan
berbasis komunitas
✓
ang memungkinkan interaksi langsung dengan penerima manfaat dan kelompok peduli
lainn
✓
a
✘ ✜
elanjutn
✓
a
✚
edukasi pemulihan fungsi
✔✕✖✗
merupakan proses pembelajaran
✓
ang diarahkan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔ ✕✖✗
penerima informasi
✚
dengan ketentuan
✢ ✠
✗
ujuan edukasi adalah membangun rasa perca
✓
a diri
✣ ✍✑ ✤
✦
o n
✤ ✧✒ ✍
n t
✚
rasa mampu diri
✣ ✍
l
✤ ✍
✤✤ ✧✦ ☞
✦
y
✚
dan kesadaran kerjasama mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔✕✖✗
untuk mau bertindak sesuai tujuan pengelolaan
✔✕✖✗ ✘ ✡
★
egiatan edukasi adalah memberikan keterampilan praktis kepada mas
✓
arakat pemanfaat sumberda
✓
a
✔ ✕ ✖ ✗
untuk dapat terlibat pada seluruh rangkaian tindakan dalam pemulihan fungsi
✔✕✖✗✘ ✩
✛
etode edukasi mengenai pemulihan fungsi
✔✕✖✗
dalam bentuk pelatihan ketrampilan atau percontohan
✘ ✪
una memperjelas batas spasial
✚
hak dan kewajiban st
☞
k
✍✎
o l
✒ ✍
rs dan
insentif dalam pemulihan fungsi
✔✕✖✗
hal
✫
hal
✓
ang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
✢ ✠
penataan batas area
✔✕✖✗
dalam rangka pemulihan fungsi
✔✕✖✗
menjadi dua
✚ ✓
aitu
✢
blok perlindungan dengan tutupan lahan hutan dan blok
✬ ✭✮
pemulihan dengan tutupan lahan non hutan
✯ ✭
pengaturan hak st
✰ ✱✲✳ ✴✵✶✲
rs sub
✷
ek
✷
ang berupa
✸
hak pemanfaatan” dengan kewajiban berpartisipasi dalam program pemulihan fungsi HLPT dan berkontribusi terhadap pendanaan
pemulihan fungsi HLPT; 3 pengaturan hak st
✰ ✱ ✲✳
✴ ✵✶ ✲
rs pemain dan
penghubung berupa “hak pengelolaan” dengan kewajiban berupaya mewujudkan program pemulihan fungsi HLPT; dan 4 pengaturan insentif pemulihan fungsi
HLPT dengan bentuk rehabilitasi hutan dan lahan dengan sumber pendanaan dari potensi pembayaran jasa lingkungan.
Berdasakan uraian tentang pengembangan institusi di atas, patut ditegaskan bahwa masyarakat yang berada di dalam kawasan HLPT seharusnya tetap
dilibatkan dalam pemulihan fungsi HLPT, karena beberapa literatur menjelaskan bahwa masyarakat sesungguhnya dapat berperan dalam pengelolaan hutan secara
berkelanjutan, seperti yang pernah terjadi di Sri Langka sebelum masa kolonial Inggris dan keberhasilan masyarakat pedesaan Jepang dalam pengelolaan
berkelanjutan hutan milik bersama. Belajar dari pengalaman bangsa Sri Langka dan Jepang tersebut, hal yang patut dilakukan adalah memberikan hak kepada
masyarakat untuk dapat memanfaatkan sumberdaya HLPT yang didasarkan pada aturan yang disepakati serta diterapkannya sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan. Diperbolehkannya masyarakat memanfaatkan kawasan hutan yang telah
dirambah untuk aktivitas pertanian, kebun campuran dan peternakan dengan pola agroforestri merupakan strategi yang dapat diterapkan pada pelaksanaan insentif
RHL, karena agroforestri merupakan sistem pemanfaatan lahan yang dapat memenuhi fungsi produksi dan fungsi lindung bila dikaitkan dengan indikator
hidrologi. Sebagai contoh, strategi ini telah diterapkan pada pemanfaatan
Kawasan Hutan Sungai Wain. Berdasarkan seluruh uraian di atas, secara umum alternatif pengembangan
institusi pemulihan fungsi HLPT adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 12.
✹
✺
ambar
✹ ✻
✼
lternatif pengembangan institusi pemulihan fungsi
✽
utan
✾
indung
✿
ulau
❀
arakan
❁
IV.
KARAKTERISTIK SUMBERDAYA HLPT DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PEMANFAAT
SUMBERDAYA HLPT
4.1 Karakteristik Sumberdaya HLPT
4.1.1 Sejarah HLPT Kawasan HLPT sebelum ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung
merupakan kawasan hutan produksi, yaitu areal Hak Pengusuhaan Hutan HPH PT. Aghatis.
Selain itu, kawasan ini sebelumnya juga merupakan areal penambangan minyak bumi, dimana Pertamina sebagai pengelolanya. Namun,
pada tanggal 13 Maret 1979 kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung dengan nama Hutan Lindung Pulau Tarakan HLPT.
Pada tahun 1980 dilakukan tata batas terhadap HLPT yang dilakukan oleh Badan Planologi Kehutanan III Banjar Baru. Pada tahun 1994 batas kawasan
HLPT direkonstruksi secara temu gelang oleh Sub BIPHUT Tarakan dan pada tanggal 22 April tahun 2003 ditetapkan sebagai HLPT.
4.1.2 Letak dan Luas Menurut BPS Kota Tarakan 2007 HLPT berada pada Pulau Tarakan yang
secara geografis terletak pada 3 19 - 3
20 Lintang Utara dan 117 34 - 117
38 Bujur Timur dan menurut Dishutbun Kota Tarakan 2008 secara geografis
terletak pada posisi 3 1900 - 3
2300 Lintang Utara dan 117 3400- 117
3800 Bujur Timur. Selanjutnya, HLPT berada pada kawasan Kesatuan Pengelolaan
Hutan KPH Kota Tarakan yang menurut BPKH Wilayah IV Samarinda 2009 terletak pada 03
1955 - 03 25455 Lintang Utara dan 117
3315- 117 3845
Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 175KptsUm31979,
dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 143Kpts-II2003 luasan HLPT adalah 2.400 ha. Hutan Lindung Pulau Tarakan dengan luasan tersebut berada di
Kota Tarakan yang menurut BPS Kota Tarakan 2007 memiliki luas wilayah 657,33 km
2
, dimana 38,20-nya atau 250,08 km
2
berupa daratan dan sisanya sebanyak 61,80 atau 406,53 km
2
berupa lautan.
4.1.3 Iklim Hutan Lindung Pulau Tarakan berada pada KPH Kota Tarakan yang
termasuk pada wilayah dengan tipe iklim B tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi dan menyebar secara merata sepanjang tahun BPKH Wilayah IV
Samarinda 2009. Rataan temperatur, kelembaban dan curah hujan di daerah ini adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22 dapat
dinyatakan bahwa HLPT berada pada wilayah dengan temperatur rata-rata berkisar antara 26,5 - 27,3
C, kelembaban rata-rata berkisar 83,1 - 85,1 dan rata-rata curah hujan berkisar antara 274,5 - 346,2 mm.
Tabel 22 Rataan temperatur, kelembaban dan curah hujan Tahun
Rataan unsur iklim Temperatur
C Kelembaban
Curah hujan mm 2003
26,7 85,1
278,2 2004
27,1 84,7
293,6 2005
27,3 84,1
274,5 2006
26,9 83,1
346,2 2007
26,8 83,3
329,5 2008
26,5 84,2
330,8
Sumber: BPS Kota Tarakan 2009.
4.1.4 Vegetasi Menurut PPLH Unmul 2000 jenis tumbuhan pohon yang terdapat pada
kawasan HLPT antara lain adalah Cengal H
❂ ❃❄❅ ❆
❅ ❇ ❈❅ ❉
Korth, keruing
❊❋ ❃
● ❄
❍ ❂
■ ❅
❍ ❃
❏ ❆
sp, Meranti
❑ ▲ ❂
❍ ❄❅
sp, Nyantoh
▼ ❅
❉ ❅
◆❏ ❋ ❏ ❖
P ❅
❆ ◗
❃ ▲
y
❉❉ ❏ ❖
, Bintangur C
❅ ❉❉ ❂
p
▲
y
❉❉
u
❖
t
❄
y
❆ ❖
❅ ❇
❋❋
Z et. M, Rengas
❘ ❄ ❉
❅ ❇
❂ ❍ ▲
❂❄❅
w
❅ ❋
❉ ❋■▲ ❋
King, Merawan
❙❂
p
❄❅ ❚
❄❄
ru
❈❄ ❇ ❋
❅
Pariys, Mersawa
❯ ❇ ❋
❆ ❂
p t
❄ ❍
❅ ❈
❍ ❂
ss
❋ ❍
❄ ❇ ❋■
❅
V. SI, Aghatis
❯ ❈
▲ ❅
t
❋
s
❱❂ ❍
❇ ❄❄ ❇ ❆
❋
s , Pulai
❯ ❉
st
❂ ❇ ❋
❅ ❅
❇❈
ust
❋ ❉
❂ ❱❅
Miq, Kempas
❲ ❂ ❂
❖
p
❅ ❆
❋ ❅
❖ ❅
❉ ❅
■■ ❄ ❇❆
❋
s dan Terap
❯
rt
❂ ■
❅
rp us
❄ ❉ ❅
st
❋■
us Reinw. Disamping
itu, juga ditemui jenis tumbuhan yang dilindungi, seperti Ulin
❳
u
❆ ❋
P ❄
❍ ❂
xy
❉ ❂
❇
zw
❅ ❈
❄ ❍ ❋
, Ramin
❨ ❂ ❇
❋
sty
❉
us
❱ ❅
❇ ■
❅ ❇
us , Bengeris
❲ ❂
❖
p
❅ ❆ ❆
❋ ❅
❄
x
■ ❄ ❉❆
❅
dan Jelutung
❊
y
❄ ❍
❅ ■
❂
stu
❉ ❅
t
❅
. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota
Tarakan 2005 jenis pohon, jumlah pohon, kerapatan seluruh jenis dan kerapatan relatif suatu jenis pada HLPT adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 23.
Berdasarkan Tabel 23 dapat dinyatakan bahwa jenis pohon yang kerapatan relatifnya tinggi adalah Nyatoh 25,42, Meranti 16,55 dan Resak 16,34.