. Gambar 10. Diagram Kapal Kongsberg, 2006
Posisi transduser ditentukan melalui hasil pengukuran yang dilakukan oleh sensor antena GPS terhadap transduser yang diikatkan di kapal. Berdasarkan
sistem koordinat yang digunakan, maka gerak kapal dinyatakan sebagai gerak rotasi begitu juga dengan titik-titik kedalaman yang diperoleh dari hasil
pengukuran instrumen multibeam sonar.
2.7 Sensor Kalibrasi CodaOctopus F 180
Kalibrasi terhadap pengaruh roll, pitch, heave dan heading dilakukan secara real time menggunakan sensor attitude and positioning systems
CodaOctopus F 180. Sensor ini memiliki ketelitian posisi mencapai 20 cm dengan menggunakan Real Time Kinematic RTK, kecepatan 0.03 ms dan
kemampuan adaptasi terhadap suhu pada rentang -10
o
C sampai 60
o
C Lampiran 3. CodaOctopus F 180 memiliki remote Inertial Measurement Unit IMU yang
dapat diikatkan di kepala transduser multibeam. Keunggulan sensor ini, yaitu memiliki perangkat lunak untuk pemrosesan model posisi dan data yang mudah
digunakan Gambar 11.
Gambar 11. CodaOctopus F 180
2.8 Klasifikasi Jenis Sedimen Dasar Laut
Dasar laut memiliki sebaran sedimen yang berbeda untuk setiap wilayah. Sedimen merupakan partikel-partikel yang berasal dari pembongkaran batu-
batuan dan potongan kulit shell serta sisa rangka dari organisme laut yang telah mengalami berbagai proses fisika, kimia dan biologi di dasar laut dalam jangka
waktu tertentu Hutabarat dan Stewart, 2000. Informasi mengenai jenis sedimen di dasar laut penting untuk mengetahui organisme bentik yang terdapat disana
selain itu untuk mengetahui tingkat kekokohan sedimen tersebut dalam menahan beban dalam rekayasa peletakan pipa bawah laut. Sedimen diklasifikasikan
berdasarkan ukuran butir grain size, tekstur dan porositas. Wentworth 1922 mengklasifikasikan jenis sedimen berdasarkan ukurannya menjadi 6 jenis Tabel
3.
Tabel 3. Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Ukuran Butiran
Nama Partikel Ukuran
Sedimen Nama Batu
BongkahBoulder 256 mm
Gravel Konglomerat dan
Breksi berdasarkan kebundaran
partikel KerakalCobble
64-256 mm Gravel
KerikilPebble 2-64 mm
Gravel PasirSand
0.0625-2 mm Sand
Sandstone LanauSilt
0.0039-0.0625 mm Silt
Batu lanau LempungClay
0.0039 mm Clay
Batu lempung
Klasifikasi sedimen dasar laut selain berdasarkan ukuran butiran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi pengendapan sedimen tersebut. Chester
1993 mengklasifikasikan sedimen menjadi 2 jenis, yaitu : 1.
Nearshore sediment. Endapan sedimen sebagian besar berada di dasar laut yang dipengaruhi kuat oleh kedekatannya dengan daratan. Hal
tersebut mengakibatkan kondisi fisika, kimia dan biologi dalam sedimen ini bervariasi.
2. Deep sea sediment. Endapan sedimen sebagian besar mengendap di
laut dalam diatas 500 m. Jauhnya dari daratan, reaksi antara komponen terlarut dalam kolom perairan serta adanya biomassa
khusus yang mendominasi lingkungan tersebut menyebabkan jenis sedimen di wilayah ini memiliki sifat yang khusus.
Dalam perencanaan desain pipa bawah laut, jenis tanah diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu tanah kohesif claysilt dan tanah non-kohesif
sand. Det Norske Veritas DNV memberikan ketetapan umum untuk parameter geoteknik yang dibutuhkan dalam ketetapan DNV-RP-F105 Tabel 4.
Tabel 4. Parameter Umum Tanah Menurut DNV RP-F105
Tipe Tanah Φ
s
S
u
v e
s
α
Sand Kohesif
Loose 28
o
-30
o
- 0.35
0.7-0.9 8.5-11.0
Medium 30
o
-36
o
- 0.35
0.5-0.8 9.0-12.5
Dense 36
o
-41
o
- 0.35
0.4-0.6 10.0-13.5
ClaySilt non-
kohesif Very soft
- 12.5
0.45 1.0-3.0
4.0-7.0 Soft
- 12.5-25
0.45 0.8-2.5
5.0-8.0 Firm
- 25-50
0.45 0.5-2.0
6.0-11.0 Stiff
- 50-100
0.45 0.4-1.7
7.0-12.0 Very stiff
- 100-200
0.45 0.3-0.9
10.0-13.0 Hard
- 200
0.45 0.3-0.9
10.13.0
Keterangan : Φ
s
= sudut geser dalam e
s
= Void ratio S
u
= Undrained shear strength kNm
2
α
= submerged unit weight kNm
2
V = Poisson ratio
2.9 Klasifikasi Dasar Laut