Klasifikasi Dasar Laut Lokasi peletakan pipa harus terhindar dari lokasi pipa yang telah diletakan

Tabel 4. Parameter Umum Tanah Menurut DNV RP-F105 Tipe Tanah Φ s S u v e s α Sand Kohesif Loose 28 o -30 o - 0.35 0.7-0.9 8.5-11.0 Medium 30 o -36 o - 0.35 0.5-0.8 9.0-12.5 Dense 36 o -41 o - 0.35 0.4-0.6 10.0-13.5 ClaySilt non- kohesif Very soft - 12.5 0.45 1.0-3.0 4.0-7.0 Soft - 12.5-25 0.45 0.8-2.5 5.0-8.0 Firm - 25-50 0.45 0.5-2.0 6.0-11.0 Stiff - 50-100 0.45 0.4-1.7 7.0-12.0 Very stiff - 100-200 0.45 0.3-0.9 10.0-13.0 Hard - 200 0.45 0.3-0.9 10.13.0 Keterangan : Φ s = sudut geser dalam e s = Void ratio S u = Undrained shear strength kNm 2 α = submerged unit weight kNm 2 V = Poisson ratio

2.9 Klasifikasi Dasar Laut

Multibeam sonar memiliki kemampuan untuk membedakan dasar laut melalui analisis nilai backscattering strength. Sedimen yang keras akan memantulkan nilai backscatter yang tinggi yang dipengaruhi oleh tingkat kekerasan dan kekasaran dasar tersebut. Nilai dari backscatter selain tergantung dari tipe dasar perairan khususnya kekasaran dan kekerasan tetapi tergantung juga dari parameter alat frekuensi dan transduser beamwidth Burczynski 2002. Backscatter adalah nilai hamburan dari sinyal suara yang ditransmisikan dan mengenai objek ataupun dasar laut. Analisis terhadap amplitudo dari gelombang suara yang kembali backscatter memungkinkan untuk mengekstrak informasi mengenai struktur dan kekerasan dari dasar laut, yang digunakan untuk identifikasi jenis substrat dasar laut. Sinyal kuat yang kembali menunjukkan permukaan yang keras rock, gravel dan sinyal yang lemah menunjukkan permukaan yang lebih halus silt dan mud Gambar 12. Gambar 12. Prinsip Pengukuran Backscattering Strength Menggunakan Multibeam Sonar Kagesten, 2008 Hambur balik dari multibeam memiliki cakupan daerah dan tingkat detail yang lebih baik dibandingkan dengan singlebeam, tetapi proses pengolahan datanya lebih kompleks. Sinyal backscatter bervariasi bergantung pada geometri beam, kedalaman dan komposisi penyusun dasar perairan. Kelebihan lain yang dimiliki multibeam adalah kemampuannya untuk mencakup hampir seluruh jalur survei sehingga waktu yang digunakan lebih efisien. 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari sampai dengan April 2011 disekitar wilayah Balongan, Indramayu Provinsi Jawa Barat Gambar 13. Pengambilan data kedalaman dan backscatter dilakukan selama 6 hari sejak tanggal 4 Oktober 2010 sampai dengan 9 Oktober 2010. Lokasi tersebut dipilih karena akan menjadi tempat kegiatan peletakan pipa bawah laut yang menyalurkan Liquid Natural Gas LNG dari laut ke darat. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. Data diperoleh menggunakan instrumen hidroakustik multibeam ELAC SEABEAM 1050D dengan frekuensi 50 kHz yang terpasang pada kapal riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lampiran 1. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi BPPT Jakarta. Gambar 13 merupakan peta lokasi penelitian yang terletak di daerah Balongan, Indramayu. 26