16 Mabe et al. 2003 melakukan penelitian mengkombinasikan Zn, Mn, dan
Cu baik organik dan inorganik pada ransum ayam petelur untuk melihat pengaruh kualitas sel telur. Penambahan Zn 32.6 mgkg, Mn 24.7 mgkg dan Cu 4.95
mgkg pada ransum berbasis jagung-kacang kedelai dan Zn 30, 60 mgkg, Mn 30, 60 mgkg dan Cu 5, 10 mgkg pada ransum basal. Penambahan kombinasi
Zn, Mn, dan Cu meningkatkan konsentrasi Zn, Mn dan Cu pada kuning telur dan juga menurunkan berat telur selama beberapa pengamatan dari ayam petelur umur
32, 60 dan 69 minggu. Penambahan Zn, Mn dan Cu tidak memberikan pengaruh pada kualitas sel telur persentasi sel telur, indeks sel telur, dan kekakuan sel
telur.
D. Darah
Leukosit Sel Darah Putih
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan ini sebagian dibentuk di dalam sumsum tulang granulosit dan monosit
serta sedikit limfosit dan sebagian lagi di jaringan limfoid limfosit dan sel plasma. Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang mengalami peradangan Guyton 1997.
Jumlah total leukosit per mililiter darah adalah refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan terhadap leukosit. Aktivitas
yang cukup mempengaruhi jumlah total leukosit dalam keadaan sehat Schalm Carrol 1975. Keadaan normal sebagian leukosit bersirkulasi dalam seluruh aliran
darah kira-kira tiga kali dari jumlah leukosit yang disimpan dalam sumsum tulang Guyton 1997. Unggas dewasa jantan dan betina mempunyai jumlah leukosit
antara 15 000-30 000mm
3
. Perbandingan antara eritrosit dan leukosit pada unggas muda 1 : 284 sedangkan pada unggas dewasa 1 : 37.
Schalm dan Carrol 1975 mengemukakan bahwa aktivitas otot dengan peningkatan denyut jantung dan respirasi, penyakit serta stress dapat
meningkatkan jumlah leukosit. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah lingkungan, gizi dan pengaruh hormonal Sturkie 1976 dalam Hodges
1977. Leukosit dibagi menjadi dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri dari
17 heterofil, eosinofil, basofil dan agranulosit yang terdiri dari monosit dan limfosit.
Granulosit dan monosit mempertahankan tubuh terhadap organisme penyerang dengan cara fagositosis, sedangkan fungsi utama limfosit adalah berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh Guyton 1997. Leukosit bersama dengan makrofag dan jaringan limfoid merupakan suatu
sistem khusus yang dapat memberantas bermacam-macam infeksi dan bahan- bahan yang toksik. Leukosit mempunyai dua fungsi yaitu merusak agen yang
menyerbu melalui proses fagositosis dan membentuk antibodi kekebalan Guyton 1997. Perbandingan jumlah leukosit normal ayam dapat dilihat pada
Tabel 4 dan 5. Netrofil dan makrofag terutama menyerang dan menghancurkan bakteri,
virus, dan bahan-bahan merugikan lain yang menyerbu masuk ke dalam tubuh. Netrofil adalah sel-sel matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri
dan virus bahkan dalam darah sirkulasi Guyton 1997. Neutrofil merupakan komponen terbanyak dari sel darah putih. Letaknya terbanyak dipinggiran dalam
dari kapiler dan pembuluh kecil, dan hal ini disebut dengan marginasi. Apabila terjadi perlukaan pada jaringan, neutrofil dimobilisasi dari posisi marginal ke
daerah yang terluka, dan menembus dinding kapiler diantara sel-sel kemudian dengan gerakan amuboid masuk ke jaringan untuk memfagositasikan partikel-
partikel asing Frandson 1992. Tabel 4 Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan umur ayam
Perbandingan Umur
Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit
0 hari 3 hari
8 hari 10 hari
1 minggu 2 minggu
6 minggu 15.9
38.7 48.3
68.6 75
66 69
74.4 52.7
50.0 26.7
24 20.6
26 2.5
1.6 0.25
1.7
3.1 1.1
0.67
0.64
1.9 1
8.1 6.4
1.5 2.3
8.1 3
Sumber : Hodges 1977
18 Tabel 5 Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin
Perbandingan Ayam
Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit Betina dewasa
59.1 20.9
1.9 1.7
10.2 Jantan dewasa
64.4 22.8
1.9 1.7
8.9 Betina White Leghorn
64.0 25.8
1.4 2.4
6.4 Jantan White Leghorn
76.1 13.1
2.5 2.4
5.7 Sumber : Sturkie 1976
Eosinofil bersifat ameboid dan fagositik. Fungsi utamanya adalah untuk detoksifikasi baik terhadap protein asing yang masuk kedalam tubuh melalui
saluran pencernaan, maupun racun yang dihasilkan oleh bakteria dan parasit. Dalam keadaan reaksi alergi, jumlah eosinofil akan meningkat Frandson 1992.
Sel eosinofil mempunyai daya fagositosis yang lebih lemah daripada heterofil. Jumlah eosinofil meningkat pada penderita infeksi parasit dan eosinofil ini
bermigrasi ke jaringan yang menderita. Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi dan diduga
mendetoksifikasi beberapa substansi pencetus peradangan yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil, dan barangkali juga memfagositosis dan menghancurkan
kompleks antibodi-alergen, serta mencegah penyebaran proses peradangan setempat Guyton 1997.
Basofil dalam sirkulasi darah mirip dengan sel mast besar yang terletak tepat di sisi luar kebanyakan kapiler dalam tubuh. Sel mast dan basofil
melepaskan heparin kedalam darah, yaitu suatu bahan yang dapat mencegah pembekuan darah dan dapat mempercepat perpindahan partikel lemak dari darah
sesudah makan makanan berlemak. Sel mast dan basofil sangat berperan pada beberapa tipe reaksi alergi, sebab tipe antibodi yang menyebabkan reaksi alergi,
yaitu tipe IgE mempunyai kecenderungan khusus untuk melekat pada sel mast atau basofil Guyton 1997. Granul basofil mengandung histamin yang
menyebabkan reaksi anafilaksis sebagai respon reaksi antigen-antibodi Hodges 1977. Basofil diproduksi disumsum tulang dengan persentase 0.5 Tizard
1982, 5 dan 3.1 Strurkie 1976.
19 Limfosit mempunyai fungsi utama adalah respon terhadap antigen benda-
benda asing dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah atau dalam pengembangan imunitas kekebalan seluler Frandson 1994. Limfosit
berfungsi sebagai humoral antibodi dan imunitas seluler. Limfosif dalam sirkulasi mampu memproduksi Imunoglobulin Ig: IgG, IgM, dan IgA. Guyton 1997
mengemukakan bahwa masa hidup limfosit selama 100-300 hari bahkan sampai bertahun-tahun. Menurut Tizard 1982 limfosit memiliki fungsi kompleks dan
fungsi utamanya adalah memproduksi antibodi limfosit B atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen yang melekat pada makrofag limfosit
T. Persentase jumlah limfosit dalam darah ayam pada umur 2-21 minggu berkisar 55-60 Swenson 1984. Limfosit membentuk antibodi, bergerak motil
dan amuboid, tetapi tidak fagosit. Infeksi dan stress dapat mempengaruhi jumlah limfosit.
Monosit berfungsi untuk fagositosis, menghancurkan partikel asing dan jaringan mati serta mengubah bahan asing agar bahan asing tersebut dapat
membangkitkan tanggap kebal Tizard 1982. Bentuk jenis leukosit dapat dilihat pada Gambar 2.
Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang merugikan, stimulasi berbahaya, dan keadaan lain yang dapat menimbulkan stress menyebabkan ayam lebih mudah
menderita infeksi Pierson et al. 1997. Tingkat dan sistem kekebalan terbentuk ketika ayam merespon untuk melindungi diri terhadap organisme patogen yang
spesifik. Sel-sel leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan ayam sebagai sistem pertahanan tubuh Murtidjo 1987 dalam Rohimat 2002.
Parasitisme tersebar luas dihampir semua species, menunjukkan bahwa parasit telah mengembangkan kemampuan untuk dapat menghindar atau
menjadikan tidak efektifnya mekanisme pertahanan internal hospes Noble Noble 1989. Apabila benda asing termasuk parasit masuk kedalam tubuh maka
tubuh telah membentuk mekanisme perlindungan terutama pada permukaan tubuh untuk menjerat dan menyingkirkan setiap benda asing melalui proses fagositosis
yang dilakukan oleh sel fagositik Tizard 1982.
20
Gambar 2 Bentuk diferensial leukosit monosit, heterofil, eosinofil, limfosit dan basofil www.californiaavianlaboratory.comimagesimage28.-
GIFimgrefurl 1999 Sistem imun pada umumnya dapat dibagi menjadi dua komponen utama
yaitu imunitas humoral dan imunitas seluler. Imunitas humoral dilakukan oleh limfosit yang disebut sel B. Sel B diaktivasi oleh benda asing, lalu menjadi sel
plasma yang mensekresi antibodi untuk proses eliminasi. Imunitas seluler CMI dihasilkan oleh aktivitas limfosit yang disebut sel T. Sel T apabila kontak dengan
antigen spesifik akan berdiferensiasi menjadi sel yang berinteraksi langsung dengan sel atau jaringan asing kemudian merusaknya. Sel T bersifat sitotoksik
atau sel killer Noble Noble 1989.
21
Eritrosit Sel Darah Merah
Guyton 1997 mengemukakan bahwa fungsi utama dari sel-sel darah merah atau eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-
paru ke jaringan. Pada beberapa hewan tingkat rendah, hemoglobin ini beredar sebagai protein bebas dalam plasma, tidak terbatas dalam sel darah merah. Selain
mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain yaitu mengandung banyak karbonik anhidrase yang mengkatalisis reaksi antara karbon
dioksida dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak balik beberapa ribu kali lipat.
Sel darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira- kira 7.8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2.5
mikrometer pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90-95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler Guyton 1997. Cakram bikonkaf tersebut mempunyai permukaan yang relatif luas untuk pertukaran
oksigen melintasi membran sel Frandson 1992.
Hemoglobin
Besi di dalam darah berada dalam bentuk hemoglobin yang terdapat dalam butir-butir darah merah eritrosit, dalam bentuk transferrin di dalam plasma darah
dan dalam bentuk ferritin. Meskipun tidak cukup banyak, ferritin juga didapati di dalam butir-butir darah merah dan di dalam butir-butir darah putih Piliang dan
Djojosoebagio 2006b. Hemoglobin mempunyai tugas pokok membawa atau mengangkut oksigen
dari paru-paru menuju kesemua jaringan tubuh hewan. Setelah sampai di jaringan oksigen dibebaskan untuk diberikan kepada sel. Karbon dioksida yang dihasilkan
oleh sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang pada saat terjadi pernafasan Frandson 1992.
Piliang dan Djojosoebagio 2006b menyatakan bahwa cadangan zat besi tersimpan dalam bentuk ikatan ferritin dan hemosiderin. Kedua macam zat ini
terkumpul di dalam jaringan tubuh tetapi sebagian besar disimpan didalam hati, limpa dan sumsum tulang. Mekanisme tentang penyerapan atau absorbsi besi oleh
22 usus ketika tubuh memerlukan tambahan besi dari luar dan menurunnya efisiensi
penyerapan besi oleh usus ketika tubuh mempunyai kelebihan besi belum diketahui dengan pasti. Dalam keadaan normal fisiologis besi dalam tubuh melalui
makanan dan setelah melewati saluran pencernaan besi akan masuk ke dalam peredaran darah. Banyaknya besi yang diperoleh dari makanan tidak selalu sama
pada setiap individu. Murray et al. 2003 menyatakan bila sel darah merah mencapai akhir usia
hidupnya, globin akan diuraikan menjadi asam amino yang akan digunakan kembali dalam tubuh, besi dilepaskan dari heme dan juga akan digunakan
kembali, dan komponen tetrapirol pada heme diubah menjadi bilirubin, yang terutama dieksresikan ke dalam usus lewat empedu.
Hematokrit
Nilai hematokrit atau volume sel packed, adalah suatu istilah yang artinya persentase sel-sel darah merah dari total darah yang penentuannya dilakukan
dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar tidak menggumpal, kemudian dilakukan sentrifuge sampai sel-sel mengumpul di bagian
dasar tabung. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total Frandson 1992. Piliang dan Djojosoebagio
2006a mengemukakan bahwa kadar hematokrit ditentukan dengan mensentrifuge darah yang terdapat di dalam tabung kapiler selama 10-15 menit
kemudian mengukur tinggi butir-butir darah merah dan membandingkannya dengan ketinggian butir-butir darah merah bersama plasmanya.
Hematokrit adalah fraksi darah yang terdiri dari sel-sel darah merah, yang ditentukan melalui sentrifugasi darah dalam tabung hematokrit sampai sel-sel ini
benar-benar mampat pada bagian bawah tabung. Adalah tidak mungkin untuk memampatkan semua sel darah merah; karenanya sekitar 3-4 plasma tetap
terjebak diantara sel, dan hematokrit sebenarnya hanya sekitar 96 dari hematokrit yang terukur Guyton 1997. Semakin besar persentase sel dalam
darah artinya semakin besar hematokrit, semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah, dan gesekan ini menunjukkan viskositas. Karena itu
viskositas darah meningkat hebat dengan meningkatnya hematokrit. Bila
23 hematokrit meningkat sampai 60 atau 70, yang seringkali terjadi pada polisitemia,
viskositas darah menjadi 10 kali lebih besar daripada air dan alirannya melalui pembuluh darah menjadi sangat terhambat.
E. Kolesterol