23 hematokrit meningkat sampai 60 atau 70, yang seringkali terjadi pada polisitemia,
viskositas darah menjadi 10 kali lebih besar daripada air dan alirannya melalui pembuluh darah menjadi sangat terhambat.
E. Kolesterol
Kolesterol adalah suatu sterol hewani dan menyusun 17 bahan kering otak Tillman et al. 1986 serta terdapat dalam semua sel hewani, sehingga tersebar
luas dalam tubuh. Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam
tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati Piliang Djojosoebagio 2006a; Frandson 1992. Mayes
2003 menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis sekitar 700 mghari, dan sisanya berasal dari makanan
sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10 dari total sintesis, sementara usus sekitar 10 lainnya. Pada hakekatnya semua jaringan yang
mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal retikulum endoplasma dan sitosol sel terutama bertanggung jawab atas sintesis
kolesterol. Pada konsumsi makanan yang beraneka ragam, kurang lebih setengah dari
kolesterol berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung di dalam usus, kulit terutama dalam hati kira-kira 50, selebihnya kolesterol diambil dari
bahan makanan. Sebagian besar kolesterol membentuk lapisan lemak dari membran plasma. Perubahannya menjadi asam empedu juga menggunakan jumlah
kolesterol yang sangat besar. Selain itu kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu dalam bentuk yang tidak diubah. Sejumlah kecil kolesterol berfungsi pada
biosintesis hormon steroid. Keseluruhannya setiap hari digunakan atau dieliminasi kurang lebih 1 g kolesterol Koolman Röhm 2001. Metabolisme kolesterol
dapat dilihat pada Gambar 3.
24
Gambar 3 Metabolisme kolesterol Koolman Röhm 2001. Piliang dan Djojosoebagio 2006a mengemukakan bahwa kolesterol
disintesa oleh tubuh, terutama oleh sel-sel hati, usus halus, dan kelenjar adrenal meskipun seluruh sel-sel mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sterol.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kolesterol digunakan untuk sintesis hormon- hormon steroid, garam-garam empedu, dan vitamin D. Zat-zat tersebut ditranspor
diantara jaringan yang terikat pada lipoprotein, terutama chylomicron- chylomicron dan lipoprotein-lipoprotein dengan densitas rendah LDL.
Kebutuhan yang tepat akan kolesterol belum diketahui, tapi para ahli sependapat bahwa meskipun dalam bentuk sedikit saja kolesterol yang disintesa dalam tubuh,
telah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan
mampu membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol eksogen, dan jumlah yang lebih
besar dibentuk didalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Seperti digambarkan dalam formula kolesterol struktur dasarnya adalah inti sterol. Inti sterol
seluruhnya dibentuk dari molekul Asetil-KoA. Sebaliknya inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk membentuk a kolesterol;
b asam kolat, yang merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk didalam hati; c beberapa hormon steroid yang penting yang disekresi oleh korteks
adrenal, ovarium, dan testis Guyton 1997. Kolesterol termasuk isoprenoid yang sintesisnya dimulai dengan asetil-
KoA. Dari komponen C
2
dengan suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit terbentuk sterol C
27
. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu 1 dari tiga molekul asetil-KoA terbentuk mevalonat, suatu senyawa C
6
. 2 mevalonat diubah menjadi isopentenil difosfat, suatu ”isopren aktif”. 3 enam
25 dari molekul-molekul C
5
ini berpolimerisasi membentuk skualen, suatu senyawa C
30
. 4 pembentukan kolesterol. Gambar 4.
1 Pembentukan mevalonat. Perubahan asetil-KoA menjadi asetoasetil-KoA dan
kemudian menjadi 3-hidroksi 3-metilglutaril-KoA 3-HMG-KoA sesuai dengan jalur biosintesis benda-benda keton. Akan tetapi, peristiwa ini tidak
berlangsung di dalam mitokondria, melainkan pada retikulum endoplasma. 3- HMG-KoA akan direduksi menjadi mevalonat dengan cara melepaskan KoA.
3-HMG-KoA reduktase adalah enzim kunci biosintesis kolesterol. Enzim ini diatur oleh represi sintesis enzim efektor: oksisterol dan interkonversi enzim
efektor: hormon. Reduktase yang terfosforilasi bersifat tidak aktif. Insulin dan tiroksin menstimulasi enzim, sedangkan glukagon menghambatnya. Pada
penambahan kolesterol bahan makanan, 3-HMG-KoA juga akan dihambat. 2
Pembentukan isopentenil difosfat. Mevalonat akan didekarboksilasi menjadi
isopentenil difosfat dengan menggunakan ATP. Dengan demikian dihasilkan
komponen yang membentuk isoprenoid. 3
Pembentukan skualen. Dari isopentenil difosfat terbentuk dimetilalil difosfat
melalui isomerisasi. Kedua molekul C
5
ini berkondensasi menjadi geranil difosfat dan melalui adisi satu isopentenil difosfat lainnya menjadi farnesil
difosfat. Farnesil difosfat melalui reaksi kepala-pada-kepala berdimerisasi menjadi skualen. Farnesil difosfat adalah juga titik tolak untuk poliisoprenoid
lainnya seperti dolikol dan ubikuinon. 4
Pembentukan kolesterol. Skualen, suatu isoprenoid linier, dapat diubah
bentuknya menjadi siklik. Skualen dapat diubah menjadi lanosterol, suatu sterol C
30
dengan menggunakan oksigen. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitokrom P-450. Kemudian pada langkah reaksi selanjutnya, dari lanosterol
akan dilepaskan tiga gugus metil secara oksidatif, sehingga terbentuk produk
akhir yaitu kolesterol.
26
Gambar 4 Biosintesis kolesterol Koolman Röhm 2001.
F. Lemak Karkas