Analisis Bahan Hukum Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia, majalah dan jurnal ilmiah, artikel hukum, artikel bebas dari internet, surat kabar, dan majalah mingguan sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian tentang pendidikan lingkungan hidup. 66 Bahan hukum tersier juga meliputi bahan primer, sekunder dan tersier penunjang di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari bidang: sosiologi, ekologi, filsafat, etika, dan lainnya yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian. 67 Bahan dokumen diperoleh dengan menginventarisasi dan mengoleksi semua peraturan perundang-undangan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan pendidikan. Bahan kepustakaan diperoleh dengan penelitian kepustakaan.

5. Analisis Bahan Hukum

Bahan kepustakaan yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikumpulkan dan kemudian diedit dengan mengelompokkan, menyusun secara sistematis, dan analisis secara kualitatif selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir deduktif ke induktif. 68 Terhadap bahan hukum, diolah dan dianalisis berdasarkan 66 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, op.cit., hlmn:14-15. 67 Jay A.Sieglar, dan Benyamin R.Beede, 1997, The Legal Sources of Public Policy, Lexington Books, Massachussets, Toronto, hlmn.23. 68 Bambang Sunggono, 2001, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlmn.114-115. Universitas Sumatera Utara metode kualitatif, yaitu dengan melakukan tahapan: 1 Menemukan makna atau konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum konseptualisasi. Konseptualisasi ini dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum berupa kata-kata dan kalimat-kalimat; 2 Mengelompokkan konsep-konsep yang sejenis atau berkaitan kategorisasi. Kategori-kategori dalam penelitian ini adalah perintah- perintah, hak-hak, kewajiban-kewajiban, kewenangan, peran serta masyarakat; 3 Menemukan hubungan diantara pelbagai kategori; 4 Hubungan diantara pelbagai kategori diuraikan dan dijelaskan. Penjelasan ini dilakukan dengan menggunakan perspektif pemikiran teoritis para sarjana. Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis untuk melihat pola kecenderungan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat membantu sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam penyusunan peraturan sebagai pedoman pelaksanaan lingkungan hidup pada kurikulum program sarjana Strata-1 perguruan tinggi di Indonesia. Universitas Sumatera Utara

BAB II SINKRONISASI PERUNDANG-UNDANGAN DALAM

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI

A. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan tentang Pendidikan dan Lingkungan Hidup

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah 2, ayat 11-12: “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” Manusia dianugerahi oleh pencipta-Nya hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Pendidikan lingkungan hidup merupakan hak asasi manusia, sebagai partisipasi setiap orang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukun, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan Universitas Sumatera Utara