Sinkronisasi secara Vertikal tentang Pendidikan Lingkungan Hidup

1. Sinkronisasi secara Vertikal tentang Pendidikan Lingkungan Hidup

Sinkronisasi vertikal dilakukan dengan memakai konsep Stufenbau lapisan-lapisan aturan menurut eselon, Hans Kelsen mengkonstruksi pemikiran tentang tertib yuridis. Dalam konstruksi ini, ditentukan jenjang- jenjang perundang-undangan. Seluruh sistem perundang-undangan mempunyai suatu struktur piramidal mulai dari yang abstrak yakni grundnorm sampai yang konkret seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Jadi menurut Hans Kelsen, cara mengenal suatu aturan yang legal dan tidak legal adalah mengeceknya melalui logika stufenbau itu, dan grundnorm menjadi batu uji utama. Pasal 65 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah menegaskan hak setiap orang untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup. Hal ini merupakan konsekuensi atas hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan dalam pasal 65 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sehingga pendidikan lingkungan hidup perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan pasal 65 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. Perlindungan hukum atas hak asasi setiap orang untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup diakomodasi oleh ketentuan pasal 44 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yang menegaskan setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajib Universitas Sumatera Utara memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini. Oleh sebab itu Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 01 Pebruari 2010 menandatangani Kesepakatan Bersama Nomor 03MENLH022010 Nomor 01IIKB2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup, berdasarkan pertimbangan bahwa pengetahuan, nilai, sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan ketentuan pasal 65 ayat 2, pasal 65 ayat 1, dan pasal 44 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, serta Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 03MENLH022010 Nomor 01IIKB2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup, maka pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, termasuk jenjang pendidikan tinggi pada tingkat program strata-1 universitas yang menjadi fokus analisis hukum pada penulisan tesis ini, adalah wajib dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan tinggi merupakan partisipasi perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan Universitas Sumatera Utara pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yaitu setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Pasal 1 angka 32 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 memberikan definisi setiap orang yaitu orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Perguruan tinggi merupakan subjek hukum berupa badan hukum, yang melaksanakan pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam pasal 13 dan pasal 14 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan tinggi adalah dalam rangka perguruan tinggi sebagai komponen masyarakat yang berkewajiban melestarikan lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. Partisipasi perguruan tinggi dalam hal tersebut diantaranya melakukan tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan tinggi dan pengabdian kepada masyarakat, sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi, yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 perguruan tinggi. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 perguruan tinggi masih berpedoman kepada pengaturan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Universitas Sumatera Utara Nasional berikut semua peraturan pelaksanaan organieke verordening dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut. Stufenbau theory yang dinyatakan oleh Hans Kelsen dapat digunakan sebagai teori analisis untuk mencari grundnorm atas kaidah hukum pasal 65 ayat 1 dan pasal 65 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu Pasal 28 H Amandemen Tahun 2000 Undang- Undang Dasar 1945 yaitu setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ketentuan pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum pendidikan program strata-1 di universitas berlandaskan pada pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang meliputi ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bermuara pada alinea IV Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 sebagai grundnorm yang menegaskan tujuan negara hukum Indonesia yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Universitas Sumatera Utara

2. Sinkronisasi secara Horizontal tentang Pendidikan Lingkungan Hidup