BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan memiliki fungsi ganda yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia progressif, sedangkan pada sisi lainnya pembangunan dapat
menurunkan mutu hidup manusia regressif, untuk itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan, termasuk perhitungan terhadap resiko dan cara
mengatasi resiko tersebut. Di dalam suatu masyarakat hukum, fungsi perencanaan dan pencegahan itu dilakukan dengan memanfaatkan hukum.
Instrumen hukum mampu memberikan jaminan, perlindungan kepastian dan arah bagi pembangunan.
1
Hukum berfungsi mengatur, hukum juga sebagai pemberi kepastian, pengamanan, pelindung dan penyeimbang, yang sifatnya tidak hanya adaptif
dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Potensi hukum ini terletak pada dua dimensi utama dari fungsi hukum yaitu preventif dan fungsi
repressif. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
yang sebesar-besarnya bagi rakyat.
Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkan dalam bentuk pengaturan pencegahan yang
pada dasarnya merupakan desain dari
2
1
Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, 1993, Hukum sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlmn.118.
2
Ibid, hlmn.123.
Universitas Sumatera Utara
setiap tindakan yang hendak dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh aspek perilaku manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif terhadap
bentuk penanggulangan resiko tersebut. Fungsi hukum tersebut menunjukkan bahwa hukum merupakan instrumen yang potensial untuk
mengatur dan menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat, juga efektif untuk merekayasa masyarakat yaitu hukum sebagai sarana perubahan sosial atau
sarana pembangunan. Hukum merupakan instrumen dari sosial kontrol,
3
dan sarana perubahan sosial atau sarana pembangunan,
4
Melestarikan lingkungan bukan berarti melanggengkan lingkungan dalam keadaan statis tidak berubah, karena yang demikian tidak sejalan
maka pengaturan hukum diperlukan guna mencegah dan menanggulangi dampak negatif dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, dengan melakukan tindakan preventif berupa pendidikan lingkungan hidup pada pengajaran di tingkat program strata-1 perguruan
tinggi. Kebutuhan terhadap pengaturan hukum secara komprehensif menjadi alasan bagi istilah “aspek hukum” sebagai bagian dari keseluruhan judul
penelitian ini. Pengaturan hukum mencerminkan bagaimana suatu bangsa berusaha menggunakan hukum sebagai instrumen mencegah dampak negatif
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
dengan pengangkatan manusia sebagai khalifah. Pelestariankelestarian alam
3
Alvi Syahrin, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlmn.24. Periksa , Edwin
Patterson, 1963, Law in a Scientific Age, Columbia University Press, New York, hlmn.3.
4
Ibid. Perhatikan, Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional Suatu Uraian tentang Landasan Pikiran Pola dan
Mekanisme Pembaharuan Hukum Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, hlmn.1-5.
Universitas Sumatera Utara
adalah upaya melestarikan kemampuannya sehingga selalu sesuai dan seimbang in optima prima. Dengan demikian, pelaksanaan tugas
kekhalifahan pembangunan tidak boleh mengakibatkan terganggunya keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam semesta semenjak
diciptakan. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan pembangunan itu terjadi dampak yang kurang baik, maka dengan segera
harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi sedapat mungkin dampak-dampak negatif tersebut.
5
Negara Indonesia yang memiliki Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, menyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
“…membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa …”. Pasal 28H
ayat 1 UUD 1945 Amandemen Tahun 2000 menegaskan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Kemudian Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 Amandemen tahun
2000 mencantumkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kondisi lingkungan yang seperti ini menjadi dasar pertimbangan
dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
5
M.Thalhah Achmad Mufid A.R., 2008, Fiqih Ekologi, Total Media, Yogyakarta, hlmn.46.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh
semua pemangku kepentingan dan bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga
memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.
6
7
Adapun yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
8
Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung danatau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
9
6
Lihat, Pertimbangan butir d dan e Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
7
Pasal 1 butir 2 UUPPLH.
8
Pasal 1 angka 14 UUPPLH.
9
Pasal 1 angka 17 UUPPLH.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan “asas tanggung jawab negara” maka Negara menjamin hak warga Negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal
ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Dengan lain perkataan pada akhir hayat kita, bumi haruslah kita
kembalikan kepada generasi berikutnya dalam keadaan yang lebih baik in optima prima. Keadaan yang lebih baik itu tidak cukup dalam arti statis,
melainkan lebih penting lagi dalam arti dinamis. Artinya, keadaan yang baik yang kita tinggalkan itu merupakan suatu fase dalam suatu proses panjang
menuju ke kondisi yang makin baik. Pembangunan itu menaikkan mutu hidup dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan untuk mendukung
pembangunan yang berkesinambungan. Inilah pada hakekatnya pembangunan yang berwawasan lingkungan.
10
Perilaku individu merupakan penyebab utama dari banyak masalah yang paling sulit saat ini di lingkungan hidup,
11
12
dan mungkin mustahil untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan hanya berfokus pada sumber-
10
Periksa, Pasal 2 huruf a Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
11
Otto Soemarwoto, 2004, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, hlmn.89.
12
Meskipun telah diumumkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, the Environmental Protection Agency Unfinished Business report mengidentifikasi
permasalahan lingkungan banyak yang tetap belum diselesaikan hari ini, termasuk pencemaran sumber nonpoint, limbah nonhazardous, polusi udara berbahaya, polusi
udara kriteria, dan efek rumah kaca. Environmental Protection Agency, Unfinished Business: A Comparative Assessment of Environmental Problems 1987. Seperti yang
dijelaskan, perilaku individu memberikan kontribusi yang signifikan untuk sebagian besar masalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
sumber industri besar. Sebagai contoh, individu berkontribusi terhadap masalah pemanasan global melalui penggunaan energi yang berlebihan
dan tidak efisien energi di rumah dan mengemudi sangat berlebihan dalam tindakan mencemari.
13
Michael Vandenbergh berpendapat bahwa norma-norma pribadi adalah pendekatan yang terbaik untuk mengubah perilaku individu untuk
mengurangi tindakan berbahaya bagi lingkungan. Vandenbergh berpendapat bahwa undang-undang keterbukaan informasi dan upaya-upaya
pengungkapan informasi lainnya oleh pemerintah dapat digunakan untuk mengaktifkan norma pribadi untuk mendukung perlindungan
terhadap lingkungan atau tanggung jawab pribadi dan bahwa individu akan mengurangi perilaku mereka yang merusak lingkungan. Menurut
Vandenbergh, ketika individu belajar bahwa tindakan mereka menyebabkan kerugian spesifik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, dan bahwa
mereka dapat mengurangi tindakan merugikan dengan mengambil tindakan berbeda, pengetahuan yang akan mengaktifkan norma-norma yang akan
mendorong mereka untuk mengubah kepribadian. Mereka berpendapat
Produksi limbah individu selama lebih dari tiga puluh persen emisi tahunan Amerika Serikat melebihi emisi dari semua
sumber industri besar Amerika serta dari semua sumber di Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
13
Andrew Green, 2008, Self Control, Individual Choice, and Climate Change, 26 VA. ENVTL. L.J. hlmn.77-78. Perhatikan, Michael P. Vandenbergh Anne C. Steinemann,
2007, The Carbon-Neutral Individual, 82 N.Y.U. L. REV. hlmn.1673, 1677.
Universitas Sumatera Utara
bahwa mengaktifkan norma-norma pribadi melalui pengungkapan informasi akan jauh lebih efektif.
Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Hukum bersifat umum karena berlaku bagi setiap
orang, sedangkan hukum bersifat normatif karena menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus
dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.
14
15
Ruang lingkup hukum lingkungan berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan bidang-bidang hukum klasik sepanjang
berkaitan danatau relevan dengan masalah lingkungan hidup. Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan
seluruh proses sehingga kepastian dan ketertiban terjamin.
16
Pencakupan beberapa bidang hukum ke dalam hukum lingkungan berdasarkan
pemikiran para pakar ekologi, bahwa masalah lingkungan harus dilihat dan diselesaikan berdasarkan pendekatan menyeluruh dan terpadu.
17
Atas dasar ini, aspek hukum yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aturan-aturan
14
Stephen M. Johnson, Is Religion the Environment’s Last Best Hope? Targeting Change in Individual Behavior Through Personal Norm Activation, George Washington
University School of Law.
15
Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlmn.38.
16
Perhatikan, Siti Sundari Rangkuti, 1996, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya, hal.8. Periksa, Koesnadi
Hardjasoemantri, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Gajahmada University Press, Yogyakarta, hlmn.38-42.
17
Munadjat Danusaputro, 1981, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Binacipta, Bandung, hlmn.36.
Universitas Sumatera Utara
hukum yang masih efektif berlaku yang berkaitan dengan pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 perguruan
tinggi. Oleh karena setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup,
18
maka setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dampak dan hasil “pendidikan lingkungan hidup” yang telah
dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya, berbagai permasalahan
lingkungan hidup yang berakar dari perilaku manusia masih sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan belum maksimalnya
perolehan hasil pendidikan ini diakui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia yang menyatakan bahwa “materi dan metode pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup tidak aplikatif, kurang mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing.” Hal
ini secara tidak langsung merupakan indikasi bahwa secara umum konsepsi pendidikan lingkungan hidup di sekolah lebih banyak pada tatanan ide dan
instrumental, belum pada tatanan praktis. Oleh karena itu, pengkajian
19
18
Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
19
Pasal 65 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup selama ini perlu dilakukan, dalam arti bahwa kita perlu “mengkaji strategi
pembelajaran dan penyediaan pengalaman belajar pada peserta didik” dalam rangka mencari alternatif bentuk model pembelajaran yang dianggap akan
lebih efektif dari yang sebelumnya. Keharusan untuk meninjau kembali tentang pelaksananan pendidikan lingkungan hidup dimulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi, yaitu agar bahan pelajaran dapat diinternalkan dan melahirkan masyarakat yang bersikap dan berkelakuan ramah terhadap
lingkungan hidup. Urgensi pemberian pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan
mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Hal ini mendasari ditandatanganinya Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 03MENLH022010 tanggal 01 Pebruari 2010. Pasal 2 Kesepakatan Bersama ini meliputi pengembangan pelaksanaan pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan education for sustainable developmentESD termasuk pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan
pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai wadahsarana menciptakan
perubahan pola pikir, sikap serta perilaku manusia yang
20
berbudaya lingkungan hidup.
20
Syukri Hamzah, Pengembangan Model Bahan Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Lokal dalam Matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Bengkulu,
hlmn.6.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah