Sinkronisasi secara Horizontal tentang Pendidikan Lingkungan Hidup

2. Sinkronisasi secara Horizontal tentang Pendidikan Lingkungan Hidup

Penelitian dilakukan dengan tetap berpedoman pada asas perundang-undangan yakni: 1. Undang-undang tidak berlaku surut. 69 2. Undang-undang yang dibuat penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi; 3. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum, jika pembuatnya sama; 4. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang- undang terdahulu; 5. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat; 6. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun individu melalui pembaharuan danatau pelestarian. Pemahaman tentang asas “Undang-undang yang dibuat penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi” lex superior derogaat legi inferiori adalah apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang- undangan yang secara hierarkis lebih rendah dengan yang lebih tinggi, peraturan perundang-undangan yang hierarkinya lebih rendah tersebut harus dikesampingkan. Hierarki peraturan perundang-undangan berpedoman pada Pasal 7 ayat 1 jo Pasal 8 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 69 Selain asas lex superior derogaat legi inferiori, penelitian juga berpedoman pada asas lex specialis derogaat legi generali. Asas ini merujuk kepada dua peraturan perundang-undangan yang secara hierarki mempunyai kedudukan yang sama. Akan tetapi ruang lingkup materi muatan antara kedua Soerjono Soekanto, 1986, op.cit., UI Press, Jakarta, hlmn.256. peraturan perundang-undangan itu tidak sama, yaitu yang satu merupakan pengaturan secara khusus dari yang lain. Sedangkan asas lex posterior derogaat legi priori artinya peraturan perundang-undangan yang terkemudian menyisihkan peraturan perundang- undangan yang terdahulu. Asas ini berkaitan dengan dua peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah yang sama. Sinkronisasi secara horizontal terhadap ketentuan yang mengatur tentang hak setiap orang untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup berkaitan erat dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 70 Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan 70 Peter Mahmud Marzuki, 2007, Op.Cit., hlmn.99-101. Universitas Sumatera Utara sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia Pasal 65 ayat 1 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009. Sehingga Pasal 65 ayat 2 menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 9 ayat 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sesuai dengan pasal 65 ayat 2 jo pasal 4 jo pasal 3 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup maka pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum program strata-1 perguruan tinggi dilakukan sebagai pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yaitu memberikan pengajaran dan memotivasi masyarakat untuk memahami ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, yang bertujuan untuk: a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup; b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c. menjamin kelangsungan kehidupan mahluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; Universitas Sumatera Utara f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan; g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; j. mengantisipasi isu lingkungan global. Pendidikan lingkungan hidup sebagai bagian dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas keterpaduan. Oleh sebab itu pendidikan lingkungan hidup sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melibatkan semua komponen masyarakat. Dalam Pasal 1 angka 32 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perseorangan atau Penjelasan Pasal 2 huruf d Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait. Ketentuan pasal 2 huruf d Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 sinkron secara horizontal dengan ketentuan pasal 4 ayat 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Universitas Sumatera Utara badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Oleh sebab itu dalam pendidikan lingkungan hidup terlibat juga partisipasi pihak perguruan tinggi. Teori Roscoe Pound tentang law as a tool of social engineering dianggap relevan untuk sinkronisasi horizontal ini. Hukum sebagai sarana social engineering bermakna penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai tertib atau keadaan masyarakat sebagaimana dicita-citakan, atau untuk melakukan perubahan yang diinginkan. M ekanisme perubahan sosial melalui rekayasa hukum dimaksud merupakan suatu proses yang terencana dengan tujuan menganjurkan, mengajak, menyuruh, atau bahkan memaksa anggota-anggota masyarakat agar mengikuti norma-norma hukum atau tata tertib hukum yang ditetapkan sebagai norma baru. 71 Kehidupan sosial, menurut konsep social engineering dapat dengan mudah dipengaruhi oleh hukum sebagai sistem pengaturan terkendali. Dapatlah disimpulkan bahwa permasalahan hukum sebagai alat perubahan sosial berkaitan dengan fungsi hukum dalam pembangunan, 72 71 Bernard L.Tanya, et.al., op.cit., hlmn.162. Periksa, Satjipto Rahardjo, 1983, Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, Bandung. 72 Ibid. Universitas Sumatera Utara dan bahkan merupakan hubungan antara perubahan hukum dan perubahan masyarakat. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 perguruan tinggi sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tetap berpedoman pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan lingkungan hidup sebagai subsistem pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan sikap responsif terhadap tuntutan perubahan zaman, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini sejalan dengan bagian Menimbangconsiderans butir c Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Perguruan tinggi dapat berbentuk universitas yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pengabdian pada masyarakat, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 19 dan pasal 20 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 di universitas adalah dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 24 Undang-undang Nomor 20 Tahun Universitas Sumatera Utara 2003, sehingga dapat dilaksanakan pengelolaan lingkungan hidup secara berkesinambungan agar pembangunan dapat berjalan secara berkelanjutan. C. Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam Kurikulum Program Strata-1 Perguruan Tinggi sebagai Partisipasi Perguruan Tinggi dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup terdiri dari komponen-komponen yang saling membutuhkan dan terkait satu sama lain. Sebagai suatu ekosistem, lingkungan hidup yang terdiri dari berbagai subsistem yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup yang berlainan, memerlukan adanya pembinaan dan pengembangan lingkungan yang didasarkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Perlindungan lingkungan hidup mempunyai arti penting bagi pembangunan jangka panjang dan kemakmuran rakyat, sehingga penyediaan, penggunaan dan peningkatan kemampuan lingkungan perlu mendapat perhatian pemerintah. Pemerintah dalam mewujudkan kemakmuran rakyat, berkewajiban melakukan upaya pencegahan maupun pembaharuan kemampuan lingkungan hidup, bekerjasama dengan Negara lain dalam perlindungan lingkungan hidup dunia, serta melindungi warisan generasi yang akan datang. Perlindungan lingkungan hidup merupakan bagian dari proses pembangunan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara Lingkungan hidup terdiri dari komponen-komponen yang saling membutuhkan dan terkait satu sama lain. Salah satu komponen lingkungan hidup adalah manusia. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup dimulai dari kapasitas manusia untuk mempertanggungjawabkan tingkah lakunya terhadap alam. Keberadaan alam dirangkul oleh keberadaan manusia. Orientasi ekonomi dan pembangunan sosial membawa kapasitas untuk memanfaatkan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan upaya perlindungan lingkungan hidup dengan berpusat pada etika lingkungan. Etika lingkungan titik sentralnya berpusat pada konsep pertanggungjawaban responsibility, penghormatan reverence, persahabatan partnership, dan solidaritas solidarity. Pertanggungjawaban menghendaki perbuatan manusia sesuai dan serasi dengan kemampuan lingkungan dan ekosistemnya pelestarian fungsi lingkungan. 73 Hal ini senada dengan ketentuan Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan World Commission on Environment and Development yang melihat masalah lingkungan dan pembangunan dalam enam perspektif, yaitu: 74 73 Alvi Syahrin, 2003, op.cit., hlmn.83. Perhatikan Alexandre Kiss and Dinah Shelton, Manual of European Environmental Law, Grotius Publications, Cambridge University Press, hlmn.36. 74 Ibid., Perhatikan juga, Gatot P.Soemartomo, R.M., 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlmn.33-34. Universitas Sumatera Utara 1. Keterkaitan interdependency; 2. Berkelanjutan sustainability; 3. Pemerataan equity; 4. Sekuriti dan resiko lingkungan security and environmental risk; 5. Pendidikan dan komunikasi education and communication; 6. Kerjasama internasional international cooperation. Partisipasi perguruan tinggi dalam perlindungan lingkungan hidup diwujudkan dengan mengaitkan partisipasi tersebut dengan pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi memberikan defenisi yuridis tentang perguruan tinggi yaitu Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 secara implisit menyebutkan tentang Tridharma perguruan tinggi yaitu Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi, pasal 3 ayat 2 jo pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa perguruan tinggi berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik danatau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan danatau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi danatau kesenian. Tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi relevan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang diatur dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab. Perguruan tinggi merupakan komponen masyarakat sesuai dengan Pasal 70 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian dalam Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Pengertian setiap orang dalam Pasal 1 angka 32 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Sehingga dengan demikian dalam pengertian setiap orang termasuk di dalamnya perguruan tinggi dan Manusia merupakan focus point partisipasi dalam perlindungan lingkungan hidup karena perilaku manusia turut memberikan pengaruh bagi keseimbangan lingkungan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. sivitas akademikanya, memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas- luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu dengan berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara Pendidikan lingkungan hidup merupakan satu upaya praktis yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dalam perlindungan lingkungan hidup. Pemahaman tentang berbagai aspek lingkungan hidup merupakan syarat mutlak yang perlu ada pada setiap lulusan perguruan tinggi sebagai cendekiawan yang senantiasa siap untuk menyelesaikan problem lingkungan hidup problem solving oriented secara interdisipliner dan multidisipliner serta lintas sektoral. Seorang cendekiawan harus mampu menginternalisasikan cara berpikir alternatif harus senantiasa siap mengajukan berbagai alternatif pemecahan masalah, karena sifat masalah yang selalu berubah sesuai waktu dan tempat. Dengan demikian, perguruan tinggi akan memberikan partisipasi yang bermakna dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi generasi masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi dilaksanakan dalam program- program studi atas dasar kurikulum yang disusun oleh masing-masing perguruan tinggi. Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup oleh perguruan tinggi sebaiknya diintegrasikan ke dalam kurikulum perguruan tinggi. Yang dimaksud dengan kurikulum dijelaskan dalam Pasal 1 angka 19 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pendidikan tinggi Universitas Sumatera Utara dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. 75 a. peningkatan akhlak mulia; Penyusunan kurikulum perguruan tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: b. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta adidik; c. keragaman potensi daerah dan lingkungan; d. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; e. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; f. agama; g. dinamika perkembangan global. 75 Pasal 38 ayat 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Universitas Sumatera Utara BAB III PENJABARAN PENGATURAN TENTANG PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI PROGRAM STRATA-1 DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

A. Pengaturan Yuridis tentang Kurikulum di Universitas Sumatera Utara