erupsi aktif gigi tetap. Puncak tonjol mesial dan distal dari gigi ketiga bawah dapat di identifikasi pada usia kurang dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap
terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun. Erupsi terjadi anatara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 sampai 25 tahun.
9
Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip dengan kedua bawah, dengan 4 kuspis dan morfologi molar bawah yang khas
seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan yang berjalan dari fossa sentral. Seperti pada gigi geraham bungsu atas,
bentuk dasarnya menjadi sasaran banyak variasi.
10
Bila dilihat dari permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang jelas mudah dibedakan dari permukaan lingual yang lebih datar. Bagian oklusal
periperal secara keseluruhan serupa dengan molar bawah lain yang secara kasar berbentuk bujur atau empat persegi, tetapi sudutnya cenderung lebih membulat
sampai tingkat beberapa molar ketiga bawah mempunyai bagan oklusal hampir bundar. Lebar bukolingual gigi ini terkecil pada ujung distal.
10
Pada dasarnya dua akar, satu mesial dan satu distal, mirip dengan molar bawah lain, kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak berkembang baik atau bisa
cenderung saling berfusi menjadi satu massa kerucut dalam beberapa kasus. Lengkungan akar selalu ke distal, dan biasanya lebih besar daripada molar kedua
bawah. Dengan cara yang sama, lengkungan akar molar kedua bawah distal lebih jelas daripada molar pertama bawah.
10
Kronologi Pertumbuhan Gigi Molar Ketiga:
9
a. a. Tahap insisi, terjadi pada umur 3.5 – 4 tahun. Tahap insisi adalah
permulaan pembentukan kuntum gigi dari jaringan epitel mulut. b.
b. Kalsifikasi dimulai, pada umur 8-10 tahun c.
c. Pembentukan mahkota, pada umur 12-16 tahun d.
d. Tahap erupsi, pada umur 17-21 tahun e.
e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.
2.5 Indikasi Dan Kontra Indikasi Odontektomi
Indikasi dan kontraindikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
A. Indikasi
:
7
1. 1.
Menimbulkan gejala neuralgia disebabkan tekanan gigi pada syaraf
Universitas Sumatera Utara
2. 2.
Pembentukan kista 3.
3. Ada gejala inflamasi
4. 4.
Mengalami karies 5.
5. Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga
B. Kontraindikasi :
11
1. 1.
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut. 2.
2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau stuktur
penting lainnya.
Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan membuka flap dan juga merusak tulang yang menghalangi akses
terhadap gigi yang impaksi. Apabila dikhawatirkan kerusakan yang akan diakibatkan oleh tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat
yang didapatkan, maka sebaiknya odontektomi tidak dilakukan. mempertimbangkan resiko manfaat
1. 3.
Penderita usia lanjut. Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi akan
sangat termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan dilakukan odontektomi. Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum pasien
yang mungkin akan menghambat keberhasilan penyembuhan setelah dilakukannya odontektomi.
1. 4.
Kondisi fisik atau mental terganggu.
Pada pasien dengan kesehatan umum yang terganggu misalanya mengidap penyakit sistemik maka diperlukan konsultasi terlebih dahulu
kepada dokter yang bersangkutan sebelum melakukan tindakan bedah. Sedangkan untuk pasien dengan keadaan mental yang terganggu dapat
mengganggu tingkat kooperatif pasien selama melakukan tindakan pembedahan.
2.6 Prosedur Odontektomi Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada
Universitas Sumatera Utara
kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan
menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun,
harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi
erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi Peterson dkk., 2004.
13
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang
total lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang
bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat.
Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi gigi molar tiga.
Menurut SOP Odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki
kesempatan sebesar 30-50 untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8
Anonim, 1997
2.6.1 Klasifikasi
Menurut Pell and Gregory, yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter, diketahui bahwa klasifikasi pada molar tiga mandibula terpendam,
agar operator dapat menentukan klasifikasi suatu gigi molar tiga mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan Ro-foto dan posisi gigi terpendam itu di
tulang rahang. Ro-foto yang diperlukan disini adalah intra oral radiograf, lateral jaw radiograf, bite wing radiograf, dan oklusal radiografi.
5,7
A. A.
Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mandibula dan tepi distal molar dua.
Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua
untuk lebar mesio distal molar tiga.
12
Klas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari
pada lebar mesio distal molar tiga.
12
Klas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam
Universitas Sumatera Utara
ramus.
12
A. B.
Dalamnya molar tiga terpendam di tulang rahang. Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam teletak setinggi atau lebih
tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.
12
Posisi B : Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal
tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua gigi tetangga.
12
Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada dibawah garis
serviks gigi molar dua.
12
A. C.
Posisi aksis memanjang dari pada gigi molar tiga terhadap aksis molar dua.
7
1. 1. Vertikal
2. 2. Horizontal
3. 3. Inveted terbalikkaudal
4. 4. Mesio angular
5. 5. Disto angular
6. 6. Buko angular
7. 7. Linguo angula
A. D.
Jumlah atau Keadaan akar
7
a. a. Angulasi dan Posisi
1. 1.
Vertikal 2.
2. Horizontal
3. 3.
Transversal 4.
4. Mesio angular
5. 5.
Disto angular 6.
6. Posisi yang menyamping
2.6.2 Cara Pengambilan
1.
1. Pengambilan secara intoto dalam keadaan utuh, dengan cara
membuang tulang yang menghalangi dan cara ini membutuhkan pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih
besar, tetapi pengebor tulang lebih mudah dari pada pengebor gigi.
7 2.
2. Pengambilan secara inseparasi, gigi yang terpendam dibelah dan
dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita akan menseparasir gigi, kita pisahkan korona dari akar, kalau akar lebih dari satu maka dipisahkan dan
Universitas Sumatera Utara
akar yang telah dipisah tersebut diambil satu persatu. Tujuannya memperkecil pengeboran tulang.
7
3. 3.
Pada rontgen foto harus dapat dibaca:
a.
a. Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk dan besarnya gigi, relasinya dengan gigi tetangga dan jaringan sekitarnya.
7 b.
b. Keadaan akar gigi misalnya jumlah, panjang, besar kurva tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis, hipersementosis dan bentuk
akar.
7 c.
c. Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi tersebut dilihat dari segala pihak, mislanya lingual atau palatinal, labial dan
bukal.
7
2.7 Teknik Operasi
7
Beberapa teknik operasi untuk dilakukannya tindakan odontektomi molar tiga rahang bawah:
1. Membuat insisi untuk pembuatan flap Syarat-syarat flap:
a. a.
Harus membuka daerah operasi yang jelas. b.
b. Insisi terletak pada jaringan yang sehat.
c. c.
Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran daerah ke flap cukup baik.
2. Pengambilan Tulang Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang
dengan bur atau pahat. Bur yang dipakai yaitu bur yang bulat dan tajam, ada yang menyukai nomor 3-5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus
dibuang. Tetapi harus disediakan juga bur kecil untuk membuang tulang penghalang. Dilakukan irigasi disaat pengeburan dilakukan untuk mengurangi
panas yang timbul waktu mengebur, supaya tidak terjadi nekrose tulang. Perlu diperhatikan bahwa tulang bagian lingual tidak diambil, karena ada
suatu modifikasi untuk mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko osteoflap di sebelah lingual tidak dilakukan dengan pengambilan lokal
anestesi dan dilakukan bila gigi molar tiga terpendam mengarah ke lingual. Dengan mengembalikan mukosanya maka tulang nya juga dikembalikan.
3. Pengambilan Gigi
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilakukan secara: a.
a. Intoto utuh : gigi dikeluarkan secara bulat utuh .
b. b.
Separasi terpisah : gigi dibelah dulu baru dikeluarkan. 4. Pemberisihan Luka
7
a. a.
Folikel harus di bersihkan atau di buang, karena dapat menyebabkan kista residual.
b. b.
Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya kista residual.
c. c.
Tepi tulang yang runcing harus di haluskan dengan bur atau dengan bone file setelah itu rongga dibersihkan dengna semprotan air
garam fisiologis 0,9 agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan dihisap dengan suktor.
d. d.
Alveolus dapat di isi dengan terragas drain , white head varnish, vasenol, bubuk sulfa.
2.8 Komplikasi Pasca Operasi