PROFIL JAMAAH TABLIGH Aplikasi Kewajiban Suami Terhadap Istri Dikalangan Jama'ah Tabligh (Tinjauan atas penerapan Hak dan Kewajiban Suami Istri)

Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind guru besar ilmu hadits pada madrasah Darul Ulum mengatakan, Sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat akan kisah perjuangan para sahabat 31 . Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad Yahya pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Maulana Muhammad Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar disana, Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan kepadanya 32 . Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya menurun, akan tetapi dia tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar ia berhenti belajar untuk sementara waktu, ia menjawab,Apa gunanya aku 31 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 45 32 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 46 hidup jika dalam kebodohan. Dengan izin Allah SWT., Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadits Syarif, Jamiat Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Kemudian dalam tempo waktu empat bulan dia sudah menyelesaikan Kutubussittah. Tubuhnya yang kurus dan sering terjangkit penyakit semakin membuatnya bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu pula kerisauannya yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syariat Islam. Ketika Syaikh Gangohi wafat pada tahun 1323H, Muhammad Ilyas baru berumur dua puluh lima tahun dan merasa sangat kehilangan guru yang sangat dihormati. Hal ini membuatnya semakin taat beribadah pada Allah. Dia menjadi pendiam dan hanya mengerjakan ibadah, dzikir, dan banyak mengerjakan amal-amal infiradi. Maulana Muhammad Zakaria menuliskan : Pada waktu aku mengaji sebuah kitab kepada Muhammad Ilyas, aku datang padanya dengan kitab pelajaranku dan aku menunjukkan tempat pelajaran dengan jari kepadanya. Tetapi apabila aku salah dalam membaca, maka dia akan memberi isyarat kepadaku dengan jarinya agar menutup kitab dan menghentikan pelajaran. Hal ini ia maksudkan agar aku mempelajari kembali kitab tersebut, kemudian datang lagi pada hari berikutnya 33 . Maulana Muhammad Ilyas akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad ash-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud fi Hilli Alfazhi Abi 33 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 47 Dawud dan akhirnya Muhammad Ilyas berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki, membuat Muhammad Ilyas semakin Tawadhu. Ketawadhuannya pada usia muda menyebabkan Muhammad Ilyas dihormati dikalangan para ulama dan masyaikh. Syaikh Yahya, kakak kandung Muhammad Ilyas sendiri tidak pernah memperlakukannya sebagai anak kecil, bahkan Syaikh Yahya sangat menaruh hormat kepadanya. Pada suatu ketika di Kandahla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar, di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad ash-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali at-Tanwi. Waktu itu tiba waktu Ashar, mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Ustadz Badrul Hasan salah seorang diantara keluarga besar tersebut berkata, alangkah panjang dan beratnya kereta api ini, namun alangkah ringan lokomotifnya, kemudian salah seorang diantara hadirin menjawab, tetapi lokomotif yang kuat itu justru karena ringannya. Wafatnya Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, yaitu kakak Muhammad Ilyas, beliau mengalami goncangan yang luar biasa. Dua tahun setelah itu, menyusul kakaknya yang tertua, Maulana Muhammad. Maulana Muhammad meninggal di masjid Nawab Wali, Qassab Pura dan dimakamkan di Nizamuddin. Kematian Maulana Muhammad ini mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Seribu orang menziarahi jenazahnya. Setelah itu, masyarakat meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin padahal pada waktu itu dia sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhohirul Ulum. Masyarakat bahkan menjanjikan dana bulanan kepada madrasah dengan syarat agar dapat diamalkan seumur hidupnya 34 . Pada akhirnya, setelah mendapat ijin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas akan diberi kesempatan untuk berhenti mengajar. Ia pun akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madrasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi dia pun akhirnya membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, Maulana Ilyas kemudian mendirikan maktab di Mewat, tetapi kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah dari pada kemadrasah atau maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Dengan demikian Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana untuk memajukan pendidikan agama bagi masyaraka. Mewat tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan menuntut ilmu, mereka lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun turun temurun. 34 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 48 Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa ia akan mengamanahkan kepercayaan sebagai Amir Jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqhul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan dan Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam mempin usaha dakwah dan tabligh 35 . Pada sekitar bulan Juli 1944 Maulana menderita penyakit yang cukup akut. Dia hanya bisa berbaring ditempat tidur dengan ditemani para pembantu dan muridnya. Akhirnya, pada tanggal 13 Juli 1944, Maulana telah siap untuk menempuh perjalanannya yang terakhir. Ia bertanya kepada salah seorang yang hadir, Apakah besok hari Kamis?, yang disekelilingnya menjawab, Benar. Kemudian ia berkata lagi, Periksalah pakaianku, apakah ada najisnya atau tidak?. Orang-orang yang berada di sekelilingnya berkata bahwa pakaian yang dikenakannya masih dalam keadaan suci. Lantas Muhammad Ilyas turun dari dipan untuk berwudlu dan mengerjakan shalat Isya dengan berjamaah. Maulana berpesan kepada orang-orang agar memperbanyak dzikir dan doa pada malam itu: Dia berkata, Yang ada disekelilingku ini pada hari ini 35 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 52 hendaklah menjadi orang-orang yang dapat membedakan antara perbuatan setan dan perbuatan malaikat Allah 36 . Pada pukul 24.00 Maulana pingsan dan sangat gelisah, dokter segera dipanggil dan obat pun segera diberikan, kata-kata Allahu Akbar terus terdengar dari mulutnya. Ketika malam telah menjelang pagi, dia mencari putranya yang bernama Maulana Muhammad Yusuf dan Maulana Ikromul Hasan. Ketika dipertemukan dia berkata, Kemarilah kalian, aku ingin memeluk, tidak ada lagi waktu setelah ini, sesungguhnya aku akan pergi. Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, dia pulang ke rahmatullah sebelum adzan Subuh. Dia tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikirannya dituangkan dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Numani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah dalam Jamaah Tabligh. Karyanya yang paling nyata adalah bahwa ia telah meninggalkan ide-ide bagi umat Islam hari ini dan metode kerja dakwah yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Jamaah Tabligh adalah sebuah nama yang diberikan oleh masyarakat, bukan nama yang diberikan oleh pendirinya Syekh Maulana Muhammad Ilyas. Karena setiap hari berjamaah dan bertabligh maka muncullah istilah ini. Sebagaimana setiap 36 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 53 hari menjual ikan maka si penjualnya dipanggil tukang ikan dan sebagainya 37 . Akan tetapi, yang dikatakan jamaah tabligh adalah orang yang terlibat dalam kerja secara tertib, yang istiqomah keluar dijalan Allah SWT minimal 40 hari setiap tahun 38 . B. Tujuan Berdirinya Jamaah Tabligh Syekh Maulana Muhammad Ilyas melihat bahwa kebodohan, kegelapan dan sekularisme yang melanda negerinya sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu menjunjung nilai- nilai agama sebagaimana mestinya, sehingga gelombang kebodohan semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang melaju deras sampai ratusan mil membawa mereka hanyut. Namun tetap saja masyarakat masih belum memiliki spirit keagamaan. Interest mereka tidak terlalu besar untuk mengirimkan anak-anak mereka belajar ilmu di madrasah. Faktor utama dari semua ini adalah ketidaktahuan mereka terhadap pentingnya ilmu agama, mereka pun kurang menghargai para alumnus madrasah yang telah memberikan penerangan dan dakwah. Orang Mewat tidak bersedia mendengarkan apalagi mengikutinya. Kesimpulannya bahwa madrasah – madrasah yang ada itu tidak mampu mengubah warna dan gaya hidup masyarakat. Kondisi Mewat yang sangat miskin pengetahuan itu semakin menambah kerisauan Maulana Ilyas akan keadaan umat Islam terutama masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah- 37 Husen Usman Kambayang, Usaha dawah tabligh Terapi rohani paling menakjubkan, Bandung: Pustaka Ramadhan, 2009, h. 4 38 Abu Intiqo Lie, Mengungkap rahasia jamaah tabligh, Al En Joy entertant, h. 7. madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi problem yang dihadapi masyarakat Mewat. Kondisi buruk yang terus berlarut ini akhirnya menjadi inspirasi bagi Muhammad Ilyas untuk mengirimkan delegasi Jamaah Dakwah ke Mewat. Pada tahun 1351 H1931 M. Maulana menunaikan haji yang ketiga ke tanah suci Makkah. Kesempatan tersebut ia pergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mempromosikan usaha dakwah, dengan harapan agar usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab 39 . Keinginannya yang besar menyebabkan ia berkesempatan menemui Sultan Ibnu Saud yang menjadi raja tanah Arab untuk mempromosikan usaha dakwah yang dibawanya. Selama berada di Makkah, Jamaah ini melakukan banyak aktifitas pergerakan secara intensif, setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak masyarakat mentaati perintah Allah dan menegakkan dakwah. Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan jumlah yang cukup besar, minimal berjumlah seratus orang. Bahkan di beberapa tempat, jumlah itu justru semakin membengkak. Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan kedua dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan tersebut dia selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah berkeliling dari rumah ke rumah guna menyampaikan pentingnya agama. 39 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h.50 Dalam hati Muhammad memiliki konfidensi penuh bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satunya jalan untuk memberantas virus tersebut adalah dengan membujuk masyarakat Mewat agar keluar dari kampung halamannya guna memperbaiki diri dan memperdalam agama, serta melatih disiplin dalam hal positif sehingga tumbuh kesadaran untuk mencintai agama lebih daripada dunia dan mementingkan amal dari mal harta. Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di Bandar-bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan seperti halnya daerah Asia Barat. Setelah Jamaah ini terbentuk, mereka tak lelah memperluas sayap dakwah dengan membentuk beberapa jaringan disejumlah negara. Jamaah ini memiliki misi ganda yaitu ishlah diri peningkatan kualitas individu dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT. Kepada seluruh umat manusia. Perkembangan Jamaah cukup fantastis. Setiap hari banyak jamaah yang dikirim ke daerah-daerah yang menjadi target operasi dakwah. Selain itu, masing-masing anggota jamaah ada yang kemudian membentuk rombongan baru. Dengan usaha tersebut, Jamaah Tabligh ingin mempererat tali silaturrahim antara kaum Muslimin dengan muslim yang lainnya. Gerakkan Jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke berbagai negara. Muhammad Ilyas tanpa henti terus memberi motivasi dan arahan untuk menggerakkan mesin dakwah ini agar sampai ke seluruh alam. Ketika usianya sudah menjelang senja, Maulana terus bersemangat hingga tubuhnya yang kurus tidak mampu lagi untuk digerakkan ketika ia menderita sakit. Syekh Maulana Muhammad Ilyas pernah mengatakan bahwa Asas Tabligh kita adalah kasih sayang. Oleh sebab itu, kerja ini harus dilakukan dengan lembut dan kasih sayang. Jika para dai bertabligh diiringi dengan kerisauan atas kemunduran kaum muslimin dalam agama, sungguh kita akan berhasil dalam menunaikan kewajiban ini 40 . C. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh Markas internasional pusat tabligh adalah Nizamuddin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regionaldaerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah, Halaqah adalah kumpulan Mahalla Masjid-masjid yang tidak jauh dari Halaqah, dan masjid tersebut aktif di setiap kegiatan- kegiatan yang berada di halaqah 41 . Kegiatan di Halaqah adalah 40 Abdurrahman Ahmad Assirbuny, Malfuzhat tiga hadratji, Depok: Pustaka Nabawi, 2012, h. 23. 41 Hasil Wawancara dengan Bpk. H. Indro, Masjid Ikhwanul Muslimin, 4 April 2015. musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang kerja. Orang yang telah khuruj kemudian disebut Karkun, Karkun adalah pekerja, dalam konteks ini yang dimaksud dengan pekerja adalah mereka yang bekerja mendakwahkan agama dan tanpa adanya suatu baiat 42 . Metode dakwah yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh ini dengan cara khuruj fii sabilillah berlandaskan ketika mimpi pendiri Jamaah Tabligh itu sendiri, yaitu Syekh Maulana Ilyas, beliau bermimpi mengenai tafsir Q.S. Ali Imron ayat 110 yang berbunyi: مۿݏك ܕݛخ ۻﱠمأ ۽جܕخأ س۵ﱠݏ݆݇ ݌ݔܕمأ۾ فݔܕع݋݆۵۸ ݌ݕݓݏ۾ݔ ݍع ܕ݃ݏ݋݆ا ݌ݕݏمۭ۾ݔ ݑﱠ݆݇۵۸ ݕ݆ݔ ݍمآ ݅ݒأ ۶۵ۿ݆݃ا ݌۵݆݃ اܕݛخ مݓ݆ مݓݏم ݌ݕݏمۭ݋݆ا مݒܕثكأݔ ݌ݕقس۵ف݆ا Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang ditampilkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. 42 Hasil wawancara dengan Bpk. H. Dzul, Masjid Ikhwanul Muslimin, 5 April 2015. Dalam ayat diatas terdapat kalimat ukhrijat, yang kemudian ditafsirkan dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan, dan keluar itulah yang dimaksud dengan dakwah 43 . Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan talim membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria, jaulah mengunjungi rumah-rumah disekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah, bayan, mudzakarah menghafal 6 sifat sahabat, karkuzari memberi laporan harian pada amir, dan musyawarah. Selama khuruj, mereka tidur di masjid 44 . Sebelum melakukan khuruj, dilakukan pembinaan keluarga, terutama ibu-ibu dan wanita diadakan talim ibu-ibu yang namanya masturat, artinya: tertutup atau terhijab. Dalam pembinaan itu, wanita atau ibu-ibu dilatih mandiri. Sehingga ketika ditinggal khuruj, mereka sudah bisa berperan sebagai kepala rumah tangga di rumah. Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima berkumpul, dimana dalam Ijtima akan diisi dengan Bayan ceramah agama oleh para ulama atau tamu dari luar negri yang sedang khuruj disana, dan juga talim wa taalum. 43 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 82 44 Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015 Setahun sekali, digelar ijtima umum dimarkas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu Karkun dari seluruh pelosok daerah. Bagi Karkun yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat India-Pakistan-BangladeshIPB untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman mereka. Khuruj fii sabilillahi, seperti usaha pertanian; keluar tiga hari, empat puluh hari, empat bulan atau setahun ibarat petani yang mengolah sawah. Jika petani tidak mengikuti cara dan tata tertib pertanian, maka tidak akan menghasilkan padi. Mengolah sawah lebih lama daripada memanen hasil. Mengolahnya memakan waktu tiga sampai empat bulan dan memanennya cukup sehari. Tujuan dari usaha dakwah bukan sekedar meningkatkan kuantitas jumlah pekerja sawah, tetapi bagaimana meningkatkan sifat para pekerja dakwah itu sendiri dengan cara : a. Meningkatkan ketakwaaan dan keyakinannya kepada Allah SWT, b. Meningkatkan kecintaannya kepada umat, c. Meningkatkan kesabarannya dalam menjalankan usaha dakwah. Perbedaan Dakwah yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh dengan harokah lainnya adalah 45 : 1. Dakwah mereka mendatangi manusia dengan berjalan kaki alal aqdam. 45 Abu Muhammad Fahim, Kedok Jamaah Tabligh, Jakarta : Yasa, 2009, h. 34 2. Modal dakwah mereka adalah harta dan diri. 3. Dakwah mereka kepada akar bukan ranting yakni kepada Iman bukan Fiqih. 4. Dakwah Jamaah Tabligh tak ikut suasana dan keadaan. 5. Dakwah Jamaah Tabligh dimulai dari keutamaan amal. 6. Sasaran dakwah mereka adalah orang bodoh, orang miskin, orang berdosa Preman, koruptor dsb. 7. Dakwah Jamaah Tabligh tak terkesan dengan kekuasaan. 8. Dakwah Jamaah Tabligh tak terkesan dengan harta. 9. Dakwah mereka tak berpolitik. 10. Dakwah mereka tak minta upah. Dalam dakwah jamaah tabligh selalu diajarkan Mudzakarah enam sifat Kebenaran mutlak yang berasal dari Allah SWT, yaitu al-Quran dalam enam sifat. Menurut jamaah tabligh pada saat ini ummat Islam belum ada kemampuan untuk mengamalkan agama secara sempurna. Tetapi para sahabat Nabi SAW. Dahulu mampu mengamalkan agama secara sempurna karena pada diri mereka terdapat sifat-sifat yang mulia, diantaranya enam sifat. Pada zaman ini, apabila umat Islam memiliki enam sifat tersebut, niscaya mereka akan mampu mengamalkan agama secara sempurna. Enam sifat tersebut yaitu 46 : 46 Diambil dari artikel yang diberikan dari salah satu jamaah tabligh ketika penulis melakukan penelitian lapangan di masjid Kebon Jeruk Pada hari Kamis, 29 Januari 2015 1. Yakin kepada kalimah thayyibah, Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah. Artinya : Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Maksudnya : Mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari hati kita dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah ke dalam hati kita. 2. Shalat khusyu wal khudhu. Artinya : Shalat yang diiringi konsentrasi batin dan merendahkan diri dihadapan Allah serta dilakukan dengan cara Rasulullah. Maksudnya : Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang ada dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari. 3. Ilmu maa dzikir. Artinya : Segala petunjuk yang datang dari Allah SWT. Melalui baginda Rasulullah SAW. Mengingat Allah sebagaimana agungnya Allah SWT. Maksudnya : Mengamalkan perintah-perintah Allah SWT. Setiap saat dan setiap keadaan serta melakukannya dengan cara Rasulullah SAW. 4. Ikramul muslimin. Artinya : Memuliakan sesama saudara muslim. Maksudnya : Menunaikan hak-hak saudara muslim tanpa menuntut hak-hak kita dari mereka. 5. Tashhiihun Niyyah Artinya : Memperbaiki atau membetulkan niat. Maksudnya : Membersihkan niat kita dalam setiap amal dari niat-niat lain kecuali hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT. 6. Dawah wa al-Tabligh Artinya : Mengajak dan menyampaikan. Maksudnya : Untuk memperbaiki diri, agar kita dapat mempergunakan harta, diri, dan waktu sesuai dengan perintah Allah. Untuk menghidupkan agama secara sempurna pada diri kita sendiri dan pada diri seluruh manusia diseluruh alam. Hal yang paling mendasar dari gerakan Jamaah Tabligh adalah mereka selalu mengajak kepada : a. Memakmurkan Masjid Gerakkan ini tidak berambisi dalam masalah politik tetapi mengajak manusia untuk taat pada Allah SWT dan menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dengan menjadikan masjid sebagai basis dakwah. Tak heran di Indonesia yang banyak masjid tetapi sepi dari umat dengan kedatangan jamaah ini menjadi makmur dan banyak amalan sunnah yang hidup. b. Menghidupkan Amalan Silaturrahmi Bukan hanya orang Indonesia yang berdakwah melalui gerakkan Jamaah Tabligh tetapi orang luarpun juga masuk ke Indonesia karena persaudaraan Islam tidak dibatasi kedaerahan. Jamaah Tabligh selalu mengajak untuk membangun persaudaraan dan silaturrahmi tanpa memandang ras dan kedaerahannegara. Disaat ini orang bersilaturrahmi didasarkan kepentingan tertentu saja. Dengan adanya gerakkan Jamaah Tabligh yang mengajak untuk silaturrahmi antar sesama muslim seluruh dunia. Gerakkan ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Bahkan banyak kalangan tradisional yang ikut dalam gerakkan Jamaah Tabligh. Dua hal diatas adalah landasan pokok gerakkan Jamaah Tabligh, dan didalam mereka mengajak umat untuk taat pada Allah dan Rasul Nya mereka lakukan dengan akhlak mulia dan santun. Jamaah Tabligh dalam setiap kesempatan berdakwah dari masjid ke masjid dibekali dengan asal-usul dakwah sebanyak 28, yaitu : A. 4 Hal yang harus diperbanyak 47 : 1. Dakwah ila Allah 2. Talim wa Taallum 47 Hasil wawancara dengan Ust. Ayat Muhayyat Syah dikediaman beliau, 22 Februari 2015 3. Zikir ibadah 4. Khidmat B. 4 Hal yang harus dikurangi : 1. Masa makan dan minum 2. Masa tidur dan istirahat 3. Bicara sia-sia Harta, Tahta dan Wanita 4. Keluar dari masjid C. 4 Hal yang harus dijaga : 1. Taat pada amir, selama amir taat kepada Allah dan Rasul 2. Kehormatan masjid 3. Sabar dan Tahammul Tahan uji 4. Amalan Ijtimai, yaitu berpindah masjid, musyawarah safar, berjamaah, talim, bayan Ceramah, tidur, makan dan jaulah keliling serta menyempurnakan amalan infirodi D. 4 Hal yang harus ditinggalkan 48 : 1. Mengharap kepada makhluk, mengharap hanya kepada Allah SWT 2. Meminta kepada makhluk 3. Ghosob memakai barang milik orang lain tanpa izin dari pemilik 48 Hasil wawancara dengan Ust. H. Dedi dimasjid Nurul Huda, 11 Maret 2015 4. Sifat mubadzir dan boros E. 4 Hal yang tidak boleh disentuhdibicarakan : 1. Politik praktis dalam dan luar negri 2. Masalah khilafiyah perbedaan 3. Aib diri sendiri maupun orang lain 4. Pangkat derma dan jabatan status sosial F. 4 Hal yang harus didekati : 1. Ahli dakwahmuballigh 2. Orang alim, dan santrinya 3. Ahli dzikir 4. Mushonnifpengarang kitab G. 4 Hal yang harus dijauhi : 1. Meremehkan dan mengkritik 2. Membanding-bandingkan 3. Merendahkan orang lain 4. Mudah menerima dan mudah menolak 50

BAB IV KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DIKALANGAN JAMAAH

TABLIGH DAN APLIKASINYA A. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT JAMAAH TABLIGH a. Hak Isteri 49 1. Mengingatkan suami dalam hal ketaatan 2. Mendorong dan membantu suami dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama b. Hak Suami 50 1. Isteri menjaga ketaatan pada suami 2. Isteri menjaga kehormatan dirinya 3. Isteri menjaga harta suaminya 4. Istri menjaga lisan terhadap suami tidak menyakiti suami dengan perkataannya c. Kewajiban isteri 51 1. Isteri harus taat kepada suaminya dalam semua aspek yang menyenangkannya walaupun harus meringkas amalan-amalan agama yang sunnat 49 Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, Bandung : Pustaka Ramadhan, 2007, h. 91 50 Ust. Musthafa Sayani, Kemuliaan wanita salihah, h. 90 51 Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah membina rumah tangga menurut alQuran Sunnah Terj. Kitaabun Nikah, Bandung: Pustaka Ramadhan, 2008, h. 104 2. Isteri harus menjaga auratnya dari sentuhan orang-orang asing yang bukan mahram 3. Seorang istri tidak boleh membelanjakan sesuatu yang mungkin tidak bernilai bagi suami 4. Isteri tidak boleh meninggalkan rumah sebelum minta izin kepada suami, ataupun tidak boleh mengunjungi rumah-rumah tetangga kalau suaminya tidak membolehkannya, atau tidak boleh memasukkan orang-orang yang tidak disukai oleh suaminya kedalam rumahnya 5. Isteri harus berusaha untuk mencari keridhaan suaminya, ini adalah rahasia kesuksesan kehidupan rumah tangga karena keridhaan Allah SWT. Terletak pada keridhaan suami, baru bisa mendapatkan surga 6. Mencintai suami dan menghargai teman-teman suami 7. Isteri harus berterima kasih kepada suaminya. Suami adalah dermawan kepada isterinya 8. Isteri harus merasa gembira melayani suami walaupun mengorbankan kesenangannya sendiri 9. Isteri harus memperhatikan rumah suaminya dan orang-orang yang ada dalam rumahnya 10. Isteri harus memelihara kebersihan dan kerapihan rumah. d. Kewajiban suami 52 1. Suami harus memperlakukan isterinya dengan baik 2. Suami tidak boleh menghina isterinya dengan segala kekurangan pada dirinya, karena tidak ada lelaki dan wanita yang tidak mempunyai kekurangan 3. Suami tidak boleh terlalu keras terhadap isterinya 4. Suami tidak boleh memukul isterinya 5. Suami harus menyiapkan waktu senggang untuk bersenang- senang secara khusus dengan isteri 6. Suami harus memberi makan, pakaian, dan tempat perlindungan kepada isterinya 7. Suami harus memberikan pendidikan dasar tentang Islam, kesehatan, dan ilmu kesehatan kepada isterinya 8. Suami harus membayar maharnya apabila diminta, sebaliknya apabila suami tidak membayar mahar sedang isterinya meminta, maka isteri dapat menolak berhubungan dengan suami sebagai hak dari suatu pernikahan. 9. Suami sebagai pelindung terhadap isterinya dari hal-hal yang tidak bermoral dan sebagai penghibur dalam keadaan-keadaan yang sulit. 52 Alimuddin Tuwu, Bimbingan nikah membina rumah tangga menurut alQuran Sunnah Terj. Kitaabun Nikah, h. 100