LANDASAN TEORI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI

Oleh karena itu, segala sesuatu dalam keluarga dapat dimusyawarahkan dan diputuskan bersama oleh suami istri. 7. Asas pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan mempermudah mengetahui manusia yang sudah menikah atau melakukan ikatan perkawinan. Beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam yang perlu diperhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi kepada Tuhan. Diantara prinsip-prinsip perkawinan adalah memenuhi dan melaksanakan perintah agama, kerelaan dan persetujuan dan suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga. 19 B. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI diartikan sebagai kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu 20 . Sedangkan, kewajiban diartikan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan 21 . Hak- hak suami terhadap istrinya yang diwajibkan oleh Islam memungkinkan perempuan melaksanakan tanggung jawabnya yang pokok dalam rumah dan masyarakat. Memberi kemampuan bagi laki-laki untuk membangun rumahnya dan keluarganya 22 . 19 Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 32. 20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 474. 21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1553. 22 Ali Yusuf, Fiqh Keluarga pedoman berkeluarga dalam Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, h. 144. Hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Misalnya, ia hendak mempertahankan haknya, maka berdasarkan ini dapat juga dikatakan hak itu adalah sesuatu yang harus diterima. Pada pokoknya hak itu dapat pula dibedakan antara hak mutlak atau hak absolut dan hak nisbi atau hak relatif. Hak mutlak adalah hak memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan hak nisbi hak relatif adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu 23 . Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan ke dan akhiran an yang berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya, jangan melalikan kewajibanmu. Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini tidak terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung jawab, yang dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang merupakan tanggung jawab suami isteri 24 . Dapat disimpulkan dari pengertian hak dan kewajiban diatas, bahwa hak adalah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara suami isteri dalam setiap rumah tangga, apabila dua hal itu tidak seimbang niscaya akan timbullah percekcokkan dan perselisihan dalam rumah tangga. Sebaliknya, jika antara hak dan kewajiban itu seimbang atau sejalan, terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga, rasa kebahagiaan 23 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989, h. 7. 24 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, h. 8. semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan baik. Anak menghormati orang tuanya, orang tua sayang kepada anaknya, suami menghargai isterinya dan isteri pun menghormati suami dan seterusnya 25 . Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria dengan seorang wanita suami dan istri yang mengandung nilai ibadah kepada Allah disatu pihak dan dipihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang menimbulkan hak dan kewajiban antara suami istri. Oleh karena itu, antara hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dengan isrinya 26 . Akad nikah yang telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan kewajiban selaku suami isteri dalam keluarga. Jika suami isteri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketenteraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah 27 . C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Hukum Islam 28 a. Hak isteri 1. Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah. 2. Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami. 25 Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, h. 37. 26 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 51. 27 Abdurrahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 155. 28 Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji, modul pembinaan keluarga sakinah, h. 143 Firman Allah SWT : ۵م ضع۹۸ اݕ۹ݒܓۿ݆ ݍݒݕّ݇ع۾ اݔ ۵ݒܕك ء۵سݏ݆ا اݕثܕ۾ ݌أ م݆݃ ݅حݚ ا اݕݏمآ ݍݚܓ݆ا ۵ݓݚأ ۵ݚ ٤:ءٓ۵سݏ݆ا اܕݛثك اܕݛخ اۮ ݍݒݕ݋ۿݛ۾آ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian mempusakai wanita dengan jalan paksa. Janganlah kalian menghalangi mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kalian berikan kepada mereka, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Bergaullah kalian dengan mereka secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. QS an- Nisa’ [4]: 19. 3. Agar suami menjaga dan memelihara isterinya. Maksudnya ialah menjaga kehormatan isteri, tidak menyia-nyiakannya, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan menghentikan segala larangan- Nya. Firman Allah SWT : ݆ا ۵ݒܐݕقݔ اܔ۵ݎ م݃ݛ݇ݒأݔ م݃سفݎأ اݕق اݕݏمآ ݍݚܓﱠ݆ا ۵ݓُݚأ ۵ݚ ۵ݓݛ݇ع ۺܔ۵جح݆اݔ س۵ﱠݏ ۻ݃ئام ݒܕمأ ۵م ݑﱠ݆݇ا ݌ݕّعݚ ا ܐاܑش ظ۵݇غ : مݚܕحۿ݆ا ݌ݔܕمۭݚ ۵م ݌ݕ݇عفݚݔ م ٦ Artinya : Wahai orang-orang yang beriman Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. At-Tahrim [66] : 6 b. Hak Suami Ketaatan isteri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah tangga termasuk di dalamnya memelihara dan mendidik anak, selama suami menjalankan ketentuan ketentuan Allah yang berhubungan dengan kehidupan suami-isteri. c. Hak bersama suami-isteri Hak-hak bersama di antara kedua suami-isteri adalah : 1. Halalnya pergaulan sebagai suami-isteri dan kesempatan saling menikmati atas dasar kerjasama dan saling memerlukan. 2. Sucinya hubungan perbesanan. Dalam hal ini isteri haram bagi laki-laki dalam pihak kelurga suami, sebagaimana suami haram bagi perempuan pihak keluarga isteri. 3. Berlaku hak pusaka-mempusakai. Apabila salah seorang di antara suami-isteri meninggal maka salah satu berhak mewarisi, walaupun keduanya belum bercampur. 4. Perlakuan dan pergaulan yang terbaik. Menjadi kewajiban suami-isteri untuk saling berlaku dan bergaul dengan baik, sehingga suasananya menjadi tentram, rukun dan penuh dengan kedamaian. d. Kewajiban isteri 1. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama dan susila. 2. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan keluarga. 3. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah. 4. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga. 5. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana. e. Kewajiban suami 1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir batin, serta menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraannya. 2. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga terutama sandang, pangan dan papan. 3. Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam hal memelihara dan mendidik anak dengan penuh rasa tanggung jawab. 4. Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada isteri sesuai dengan ajaran agama, dan tidak mempersulit apalagi membuat isteri menderita lahir batin yang dapat mendorong isteri berbuat salah. 5. Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian dengan bijaksana dan tidak berbuat sewenang-wenang. f. Kewajiban Bersama suami-isteri 1. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak. 2. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang. Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, seia sekata, percaya-mempercayai serta selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama. 3. Hormat-menghormati, sopan-santun, penuh pengertian serta bergaul dengan baik. 4. Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional dalam persoalan yang dihadapi. 5. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi. 6. Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan- kelemahan masing-masing. D. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU. NO. 1 TAHUN 1974 Tentang Perkawinan dan dalam KHI Kompilasi Hukum Islam 1. Kewajiban-kewajiban suami a. UU. No. 1 Tahun 1974 Pasal 34 ayat 1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. b. Kompilasi Hukum Islam Pasal 80. 1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama. 2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 3. Suami wajib memberikan pendidikkan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. 4. Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri; b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak; c. Biaya pendidikkan bagi anak. 5. Kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada ayat 4 huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. 6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat 4 huruf a dan b. 7. Kewajiban suami sebagaimana yang dimaksud ayat 5 gugur apabila istri nusyuz. Pasal 82. 1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing- masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan. 2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman. 2. Kewajiban-Kewajiban istri a. UU. No. 1 Tahun 1974. Pasal 34 ayat 2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. b. Kompilasi Hukum Islam. Pasal 83. 1. Kewajiban utama seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam. 2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Pasal 84. 1. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat 1 kecuali dengan alasan yang sah. 2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat 4 huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. 3. Kewajiban suami tersebut pada ayat 2 diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz. 4. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah. 3. Kewajiban dan hak suami istri a. UU. No. 1 Tahun 1974. Pasal 30. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31. 1. Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Pasal 32. 1. Suami istri mempunyai tempat kediaman yang tetap. 2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama. Pasal 33. Suami istri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lainnya. b. Kompilasi Hukum Islam Pasal 77. 1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 2. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. 3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikkan agamanya. 4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya. 5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama. Pasal 78. 1. Suami istri harus mempunyai tempat tinggal yang tetap. 2. Rumah kediaman yang dimaksud ayat 1, ditentukan oleh suami istri bersama. Pasal 79. 1. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. 2. Hak dan kedudukkan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukkan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. 29

BAB III PROFIL JAMAAH TABLIGH

A. Sejarah Singkat Pendiri Jamaah Tabligh Pendiri Jamaah Tabligh JT adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H 1886 di desa Kandahlah dikawasan Muzhafar Nagar, Utar Pradesh, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan ibunya bernama Shafiyah al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki sifat wara. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya. Sementara Maulana Muhammad Ilyas adalah anak ketiga dari tiga bersaudara 29 . Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya Syeikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari seorang ulama, sekaligus penulis Islam terkenal, Syeikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi yang menjabat sebagai seorang direktur pada lembaga Dar Al-Ulum di Lucknow, India. Sedangkan ayahnya, yaitu Syeikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan ber uzlah, berkhalwat dan beribadah, membaca al-Quran dan melayani para musafir 29 Wahbah dan Hafizh Hamzah, Ulama membina tamadun manusia, Kuala Lumpur : Progressive publishing House SDN.BHD, 2007, h. 78 yang datang dan pergi serta mengajarkan al-Quran dan ilmu-ilmu agama 30 . Syaikh Muhammad Ismail selalu mengamalkan doa matsur dari Hadits untuk waktu dan keadaan yang berlainan. Perangainya menyukai kedamaian dan keselamatan serta bergaul dengan manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, tidak seorang pun meragukan dirinya. Bahkan beliau menjadi tumpuan kepercayaan para ulama sehingga mampu membimbing berbagai tingkat kaum Muslimin yang terhalang oleh perselisihan diantara mereka. Ibunda Muhammad Ilyas, yaitu Shafiyah al-Hafidzah adalah seorang hafidzah al-Quran. Istri kedua dari syaikh Muhammad Ismail ini selalu mengkhatamkan al-Quran, bahkan sambil bekerja pun mulutnya senantiasa bergerak membaca ayat-ayat al-Quran yang sedang ia hafal. Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal pendidikan pada sekolah Ibtidaiyah dasar. Sejak saat itulah ia mulai menghafal al-Quran, hal ini disebabkan pula oleh tradisi yang ada dalam keluarga Syaikh Muhammad Ismail yang kebanyakkan dari mereka adalah hafidz al- Quran. Sehingga diriwayatkan bahwa dalam shalat berjamaah separuh shaf bagian depan semuanya adalah hafidz terkecuali muazzin saja. Sejak kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya, dia memiliki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah asy- 30 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 44 Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind guru besar ilmu hadits pada madrasah Darul Ulum mengatakan, Sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat akan kisah perjuangan para sahabat 31 . Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad Yahya pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Maulana Muhammad Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar disana, Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan kepadanya 32 . Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya menurun, akan tetapi dia tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar ia berhenti belajar untuk sementara waktu, ia menjawab,Apa gunanya aku 31 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 45 32 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan eksistensinya dimata masyarakat, h. 46