Menurut J. Satrio memberikan penjelasan tentang hak didahulukan disini adalah sebagai berikut:
―Didahulukan disini adalah didahulukan dalam mengambil pelunasan atas penjualan eksekusi benda hipotik hak tanggungan. Bahwa kedudukan
―preferen‖ lebih didahulukan berkaitan dengan hasil eksekusi, akan tampak jelas kalau kita hubungkan dengan pasal 1132 KUHPerdata, yang mengatakan
bahwa pada asasnya para kreditur berbagi pond’s-pond’s harta benda milik debitur. Dengan memperjanjikan dan memasang hak tanggungan
–dulu hipotik- maka kreditur menjadi preferent atas hasil penjualan benda tertentu
milik debitur - atau milik pemberi jaminan — yang diberikan sebagai jaminan
khusus, dalam arti, menyimpang dari asas Pasal 1132 tersebut di atas, ia berhak mengambil lebih dulu uang hasil hipotik
‖.
9
Apa yang dikatakan Satrio dapat disimpulkan bahwa yang menjadi unsur dari kedudukan yang diutamakan atau didahulukan dari kreditur
pemegang hak tanggungan adalah berkaitan dengan pelunasan piutang kreditur pemegang hak tanggungan, dan cara pelunasannya yaitu dengan cara
penjualan lelang terhadap tanah yang menjadi obyek hak tanggungan eksekusi hak tanggungan.
C. Mekanisme Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit
Dengan Jaminan
Pada dasarnya, kreditur pemegang jaminan kebendaan memiliki hak untuk mengeksekusi barang jaminan untuk dijual secara lelang guna
9
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Bandung : PT. Citra aditya Bakti, 1991, h., 97
pembayaran utang debitur jika debitur lalai melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian kredit atau biasa disebut dengan wanprestasi.
Pemberian hak kepada kreditur untuk mengeksekusi jaminan kebendaan yang diberikan oleh debitur dapat dilihat dalam KUH Perdata serta beberapa
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai berikut : 1.
Pasal 1155 KUH Perdata : Kreditur sebagai penerima barang gadai, setelah lewatnya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah
dilakukannya peringatan untuk pemenuhan perjanjian dalam hal tidak ada ketentuan jangka waktu yang pasti.
2. Pasal 15 ayat 3 jo. Pasal 29 Undang-undang No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia UU Jaminan Fidusia : yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengeksekusi benda jaminan fidusia jika
debitur cidera janji wanprestasi. 3.
Pasal 6 jo. Pasal 20 Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah : yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengeksekusi benda jaminan fidusia jika debitur cidera janji
wanprestasi. Jika bank dan nasabah hendak memperbaiki keadaan problem loan,
maka haruslah
dikenali masalah
yang dihadapi
dan dicarikan
penyelesaiannya.
10
Bank harus melaksanakan analisis yang mendalam sebelum memutuskan untuk menyetujui ataupun menolak permohonan kredit
dari calon debitur.
10
Julius R. Latumaerissa, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum Jakarta : Bumi Aksaara, 1999, h., 77
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan atas kredit yang telah disalurkan. Akan tetapi, meskipun bank telah melakukan analisis yang
cermat, risiko kredit bermasalah juga mungkin terjadi. Tidak ada satu pun bank di dunia ini yang tidak memiliki kredit bermasalah, karena tidak
mungkin dari semua kredit yang disalurkan, semuanya lancar.
11
Apabila kredit telah menjadi bermasalah, tindakan yang harus segera dilakukan oleh pihak
bank adalah penyelesaian melalui berbagai cara.
12
Biasanya sebelum membawa perkara kredit yang bermasalah ke jalur hukum, dilakukan upaya-upaya secara administrasi terlebih dahulu.
Penyelesaian secara administrasi perkreditan antara lain sebagai berikut : 1.
Rescheduling Rescheduling merupakan upaya yang dilakukan bank untuk menangani
kredit bermasalah dengan membuat penjadwalan kembali. Penjadwalan kembali dapat dilakukan kepada debitur yang mempunyai itikad baik akan
tetapi tidak memiliki kemampuan untuk membayar angsuran pokok maupun angsuran bunga dengan jadwal yang telah diperjanjikan.
Penjadwalan kembali dilakukan oleh bank dengan harapan debitur dapat membayar kembali kewajibannya.
Beberapa alternatif rescheduling yang dapat diberikan bank antara lain: a.
Perpanjangan jangka waktu kredit. Misalnya, jangka waktu kredit dua tahun diperpanjang menjadi lima
tahun, sehingga total angsuran perbulan menjadi lebih rendah.
11
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi Jakarta : Kencana, 2011, h., 126
12
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta : PT INDEKS, 2006, h., 183
b. Jadwal angsuran bulanan di ubah menjadi triwulanan.
Perubahan jadwal tersebut akan memberi kesempatan nasabah mengumpulkan dana untuk mengangsur dalam triwulanan. Hal ini
disesuakan dengan penerimaan penjualan. c.
Memperkecil angsuran pokok dengan jangka waktu akan lebih lama. 2.
Reconditioning Reconditioning merupakan upaya bank dalam menyelamatkan kredit
dengan mengubah seluruh atau sebagian perjanjian yang telah dilakukan oleh bank dengan nasabah. Perubahan kondisi dan persyaratan tersebut
harus disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh debitur dalam menjalankan usahanya. Dengan perubahan persyaratan tersebut, maka
diharapkan bahwa debitur dapat menyelesaikan kewajibannya sampai dengan lunas.
13
Beberapa alternatif reconditioning yang dapat diberikan bank antara lain: a.
Penurunan suku bunga. Misalnya kartu kredit pada perjanjian awal sebesar 20 diturunkan
menjadi 18. Penurunan suku bunga tersebut akan menyebabkan penurunan biaya bunga yang harus dibayar oleh nasabah, sehingga
secara total angsuran nasabah menjadi lebih rendah. b.
Pembebasan sebagian atau seluruh bunga yang tertunggak, sehingga nasabah pada periode berikutnya hanya membayar pokok pinjaman
beserta bunga berjalan.
13
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia 2005, h., 83
c. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga yang tertunggak dijadikan satu pokok
pinjaman. d.
Penundaan pembayaran bunga, yaitu pembayaran kredit oleh nasabah dibebankan sebagai pembayaran pokok pinjaman sampai dengan
jangka waktu tertentu, kemudian pembayaran bunga dilakukan pada saat nasabah sudah mampu. Hal ini perlu dihitung dengan cermat cash
flow perusahaan. 3.
Restructuring Restructuring merupakan upaya yang dilakukan oleh bank dalam
menyelamatkan kredit bermasalah dengan cara mengubah struktur pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh bank dalam restrukturisasi antara lain:
a. Bank dapat memberikan tambahan kredit
Penambahan kredit tersebut tentunya akan menambah beban bunga bagi debitur, akan tetapi tanpa adanya tambahan kredit maka debitur
tidak mampu menjalankan aktivitas operasionalnya. Bank akan menghitung kembali beberapa dana yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran operasional perusahaan. b.
Tambahan dana tersebut berasal dari modal debitur Bank meminta kepada nasabah untuk menambah modal agar
perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sulit dilakukan karena pada umumnya nasabah yang kreditnya bermasalah sudah tidak
memiliki dana, sehingga tidak dapat menambah modal dan tambahan modal dari bank diperlukan untuk kelancaran usaha debitur
c. Kombinasi antara bank dan nasabah
Bank akan menghitung kembali todal dana yang dibutuhkan oleh debitur kemudian setelah diperhitungkan kebutuhan modal tersebut,
maka modal tersebut sebagian berasal dari bank berupa tambahan kredit dan modal nasabah, yaitu dengan mencarikan pemodal baru atau
dari pemilik modal lama. Kombinasi ini, merupakan cara terbaik, karena bank menilai bahwa debitur serius untuk menyelesaikan
kreditnya, dengan ikut serta menambah modal.
14
D. Eksekusi Jaminan