PT Bank Central Asia Tbk Pelaksanaan Eksekusi JaminanHT Atas Alasan Cidera Janji

57

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KUPANG NOMOR

73Pdt.G2013 PN.Kpg

A. PT Bank Central Asia Tbk

Bank Central Asia adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah merupakan bagian penting dari Salim Group. Banyak hal yang telah dilalui sejak saat berdirinya bank ini. Yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah yang menjadi panik dan beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan desember 1998, dana pihak ketiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank tradisional maupun sebagai lembaga intermediasi financial. 1 1 http:id.m.wikipedia.orgwikiBank_Central_Asia. Diakses pada 31 May 2015 pukul 15.11

B. Posisi Kasus

1. Pihak yang berperkara

Irwan Marloanto sebagai Penggugat adalah nasabah PT Bank Central Asia Tbk Cabang Utama Kupang dan Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk sebagai Tergugat. Hubungan yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat adalah Penggugat merupakan nasabah debitur PT. Bank Central Asia Tbk – Kantor Cabang Kupang selanjutnya cukup disebut BCA atas fasilitas kredit yang diberikan oleh PT. Bank Central Asia Tbk kreditur sebagai Tergugat. Perjanjian kredit yang dilakukan oleh ke dua belah pihak dimulai pada tanggal 17 Februari 2005. Irwan Penggugat sebagai nasabah PT Bank Central Asia Tbk Cabang Utama Kupang telah mengagunkan 5 lima bidang tanah dalam perjanjian kredit yang dubuat. Awalnya Penggugat sebagai nasabah PT Bank Central Asia Tbk Cabang Utama Kupang dalam usaha toko dan bengkelnya mendapat kemajuan yang pesat sehingga masih lancar di dalam membayar cicilan dan bunga bank. Seiring dengan kemajuan Kota Kupang, telah bermunculan banyak pesaing dari usaha bengkel dan cuci mobil sehingga penghasilan Penggugat mulai menurun. Hal yang sama terjadi juga pada usaha bengkel, usaha perdagangan barang kelontong milik Penggugat pun mendapat pesaing yang besar dari bermunculannya pedagang – pedagang baru dari Pulau Jawa sehingga usaha yang dilakukan Penggugat mengalami penurunan omset dan menyebabkan kredit macet. Permasalahan terjadi ketika pihak Tergugat menunjuk pihak lain untuk langsung memproses pelelangan, bahkan pihak yang ditunjuk oleh Tergugat tidak melakukan panggilan secara patut. Penggugat merasa seharusnya pihak Tergugat memberikan pembinaan agar Penggugat dapat bangkit memajukan usahanya seperti sebelumnya. Sebelumnya dalam perubahan perjanjian kredit tertanggal 16 Februari 2012 terlihat jelas jangka waktu jatuh temponya agunan-agunan Penggugat tersebut dan terdapat dua agunan yang belum jatuh tempo, namun oleh Tergugat dianggap telah jatuh tempo dan agunan dimasukkan dalam objek yang diancam untuk dilelang. Hal ini menunjukkan adanya pemaksaan pelelangan dari pihak Tergugat. Hingga akhirnya Penggugat berusaha untuk melakukan pendekatan kepada pihak Tergugat dengan dibantu oleh Kakak-kakaknya. Namun mereka diperlakukan secara tidak patut dengan diarahkan kepengurusannya ke kantor pusat di Denpasar. Hal tersebut membuat Penggugat menanggung biaya kerugian Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Lalu Penggugat merasa dirugikan kredibilitas dan nama baiknya dengan diumumkannya pelelangan aset yang menjadi agunan Penggugat di Koran Pos Kupang pada tanggal 10 April 2013. Dalam perkara ini Penggugat mengalami kerugian inmateril sebesar Rp 20.000.000.000,- dua puluh miliar rupiah. Maka dengan alasan-alasan tersebut, Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Kupang yang mana isi permohonannya ialah: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya 2. Menyatakan hukum perbuatan Penggugat yang tidak memberikan kesempatan yang patut bagi penggugat untuk mengatasi kredit macet pada Tergugat adlah merupakan perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat 3. Memerintahkan Tergugat untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat melakukan penyehatan dan pembayaran kewajibannya secara patut dalam jangka waktu 6 enam bulan setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap. 4. Menghukum tergugat untuk membayar kerugian meteril kepada Penggugat akibat perlakuan yang tidak patut pada saat berupaya melakukan penyehatan untuk mengatasi kredit macet sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta tunai dan sekaligus pada saat putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap 5. Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian inmateril kepada Penggugat akibat pemuatan berita di Pos Kupang sebesar Rp 20.000.000.000,- dua puluh miliar rupiah tunai dan sekaligus pada saat putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap. 6. Menyatakan hukum sah dan berharga peletakan Sita Jaminan atas aset yang menjadi agunan Penggugat. 7. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini. Bahwa terhadap gugatan tersebut, Tergugat mengajukan jawabannya yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut: Dalam Eksepsi : 1. Gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum 2. Dasar gugatan Penggugat tidak relevan. Hubungan hukum yang mendasari Penggugat dan Tergugat adalah perjanjian, maka formulasi gugatan yang paling relevan atas sengketa hak yang timbul adalah gugatan wanprestasi bukan gugatan melawan hukum. 3. Eksepsi kurang pihak. 4. Gugatan Penggugat illusioner dan berlebihan. Dalam pokok perkara : 1. Tergugat menolak dan membantah dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat sebagaimana tersebut dalam surat gugatannya, kecuali terhadap hal-hal yang diakui dan terbukti kebenarannya menurut hukum. 2. Bahwa materi keberatan Tergugat sebagaimana tertuang dalam bagian eksepsi diatas, mohon dianggap terulang kembali dalam bagian ini dan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam bagian pokok perkara ini. 3. Bahwa benar Pengguagat merupakan nasabah debitur pada PT. Bank Central Asia Tbk – Kantor Cabang Kupang atas fasilitaas kredit yang diberikan oleh PT. Bank Central Asia Tbk. 4. Sehubungan dengan pemberian fasilitas kredit dari PT. Bank Central Asia Tbk Tergugat kepada Penggugat, bedasarkan Perjanjian Kredit sebagaimana tersebut dalam Perjanjian wajib dipatuhi Penggugat. 5. Bahwa sejak tanggal 23 Mei 2012, Penggugat mulai menunggak membayar angsuran dan bunga kepada Tergugat sehingga kemudian tunggakan – tunggakan tersebut semakin lama semakin bertambah besar. Oleh karena itu, sesuai dengan surat Tergugat No. 275KPG2012 tertanggal 07 Juni 2012, Tergugat menyampaikan surat teguran pembayaran pinjaman kepada Penggugat dengan menyampaikan informasi rincian tunggakan fasilitas kredit per 23 Mei 2012. 6. Bahwa ternyata, sampai dengan tanggal sebgaimana dimaksud dalam surat teguran pertama tesebut, Penggugat tidak membayar kewajiban- kewajibannya kepada Tergugat karena itu Tergugat pada tanggal 27 Juni 2012 menyampaikan kembali surat teguran ke-2 sesuai dengan Surat No. 274KPG2012, dengan menerangkan posisi tunggakan per 26 Juni 2012. 7. Selain surat-surat teguran sebagaimana tersebut diatas, Tergugat telah beberapa kali mengirim surat kepada Penggugat. Namun nihil upaya penggugat untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban kepada BCA Tergugat maka Tergugat kemudian memproses pengajuan lelang atas 5 lima obyek yang dijaminkan. 8. Bahwaa sesuai dengan surat yang dikeluarkan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL - Kupang tertanggal 25 Maret 2013 No. S-191WKN.14KNL.052013 perihal : Penetapan Jadwal Lelang, Kepala Kantor Wilayah IV PT. Bank Central Asia, Tbk selanjutnya menyampaikan pemberitahuan jadwal pelaksanaan lelang tersebut kepada Penggugat sesuai dengan surat No. 306SKW042013 tertanggal 02 April 2013 dengan menerangkan Pelaksanaan Lelang atas barang jaminan. 9. Pasca penyampaian surat pemberitahuan pelaksanaan lelang sebagaimana tersebut diatas, Tergugat menerima surat dari Penggugat tertanggal 09 April 2013 ysng isi pokoknya memuat permintaan permohonan Penggugat mengenai penghapusan bungan dan denda. Surat tersebut kemudian ditanggapi oleh Tergugat sesuai dengan surat No. 127KPG2013 tertanggal 11 April 2013 dengan menerangkan bahwa : permohonan penghapusan bunga dan denda dapat disetujui Direksi. 10. Sampai dengan tanggal 17 April 2013, Tergugat tidak menerima pembayaran dari Penggugat sebagaimana disyaratkan diatas, karenanya tidak ada kewajiban bagi Tergugat untuk membatalkan ataupun menangguhkan pelaksanaan lelang. 11. Bahwa pada tanggal 30 April 2013, pihak Balai Lelang telah mentransfer dana hasil lelang ke rekening BCA. Hasil lelang bersih tersebut kemudian diperhitungkan sebagai pengurang pokok pinjaman Penggugat. 12. Bahwa dalil-dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum adalah merupakan dalil yang sama sekali tidak berdasar. 13. Terhadap dalil posita angka 15 hal.5, adalah dalil yang tidak berdasarkan hukum dan dengan ini Tergugat menolak dan membantah dengan keras dalil-dalil tersebut dengan pertimbangan yang merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No 93PMK.062010, tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 43. 14. Bahwa mengenai Permohonan Penggugat yang meminta kepada Pengadilan Negeri Kupang agar meletakkan sita jaminan atas Tanah Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik SHM No. 4550;4551;267;820 haruslah ditolak. 15. Hal-hal lain dan selebihnya, Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil Penggugat karena tidak relevant dan berdasar. Dalam Eksepsi : 1. Menerima eksepsi Tergugat untuk seluruhnya 2. Menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara : 1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya 2. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini. Dengan adanya jawaban Tergugat tersebut, pihak Penggugat mengajukan tanggapan replik tertanggal 12 September 2013 kemudian ditanggapi balik oleh Tergugat dengan dupliknya tertanggal 19 September 2013. Untuk menguatkan dalil gugatan, Penggugat mengajukan bukti-bukti tertulis yang telah ditempel materai dan dicocokan sesuai dengan aslinya. Sedangkan tergugat mengajukan bukti-bukti tertulis yang telah ditempeli materai dan dicocokkan sesuai dengan aslinya. Pihak Penggugat dan pihak Tergugat menyatakan tidak mengajukan saksi-saksi di persidangan dan cukup dengan bukti-bukti tertulis masing-masing dan pada persidangan selanjutnya mereka mengajukan kesimpulan masing-masing.

2. Pertimbangan Hukum

Dalam pertimbangan Majelis Hakim, tentang pertimbangan hukum dalam provisi, bahwa provisinya pihak Penggugat menuntut supaya Pengadilan Negeri Kupang memerintahkan Tergugat menunda Proses Pelelangan agunan Penggugat. Setelah mencermati permohonan provisi dari pihak Penggugat tersebut ternyata tuntutan provisi yang diajukannya adalah hal-hal yang dituntut dalam pokok perkara sehingga tidak memenuhi syarat sebagai provisi sebagaimana telah ditentukan dalam hukum acara perdata sehingga patut dinyatakan tidak dapat diterima. Dalam surat jawaban pihak tergugat ada tuntutan provisi yang menuntut sebagai berikut : 1. Menyatakan hukum bahwa tindakan penguasaan tanpa alas hak atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud dalam SHM No.3567Kel Oesapa dan SHM No. 265Kel. Naikoten yang Penggugat lakukan adalah tidak sah 2. Menghukum Penggugat atau siapapun yang mendapatkan hak daripadanya untuk mengosongkan dari segenap penghuni dan barang-barang penghuni serta menyerahkan dalam keadaan baik kepada masing-masing pemenang lelang berdasarkan Risalah Lelang No. 0482013 Tanggal 24 April 2013 yang dibuat oleh Anwar Bai, S.Sos Pejabat Lelang Kelas I di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL Kupang, bila perlu dengan bantuan polisi. Dengan tuntutan provisi dimaksud, Majelis berpendapat bahwa penempatan tuntutan provisi tanpa adanya gugatan menyalahi asas hukum acara perdata yang berlaku dan berhubung dengan itu tuntutan provisi dimaksud tidak beralasan hukum sehingga patut dinyatakan tidak dapat diterima. Berdasrkan uraian pertimbangan tentang provisi sebagaimana telah disebutkan di atas, ternyata bahwa tuntutan provisi dari Penggugat dan tuntutan provisi dari pihak Tergugat dinyatakan tidak dapat diterima. Dalam salah satu bagian dari jawaban pihak Tergugat, pihak Tergugat mengajukan eksepsi tetapi berhubung eksepsi tersebut tidak menyangkut kewenangan mengadili dari Pengadilan Negeri Kupang, maka Majelis menerapkan ketentuan Pasal 160 RBg, dengan mempertimbangkan eksepsi dimaksud bersama-sama pokok perkara dan berhubung dengan itu berikut ini akan dibahas eksepsi dimaksud satu demi satu; 1. Eksepsi gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum Menimbang, bahwa eksepsinya pihak Tergugat mengemukakan bahwa Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum atas tindkannya upaya melakukan lelang eksekusi atas obyek Hak Tanggungan; jelas merupakan dalil yang tidak berdasarkan hukum rechts grond. 2. Exceptio obscuur libel Hubungan hukum yang mendasari Penggugat dan Tergugat adalah perjanjian, maka formulasi gugatan yang paling relevan atas sengketa hak yang timbul adalah gugatan wanprestasi bukan gugatan melawan hukum. Karena itu perumusan formulasi gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana didalilkan Penggugat merupakan formulasi gugatan yang kabur atau tidak jelas 3. Exception plurium litis consorsium atau ex juri terti eksepsi kurang pihak Menimbang, bahwa dalam eksepsinya pihak tergugat mengemukakan bahwa surat gugatan Penggugat tertanggal 23 April 2013, meletakkan permasalah tindakan atau upaya Tergugat dalam Lelang Eksekusi atas obyek Hak Tanggungan sebagai isu sentralnya, karena itu menjadi logis bilamana Pejabat Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL Kupang diposisikan sebagai Tergugat atau Turut Tergugat. 4. Eksepsi gugatan penggugat illusioner dan berlebihan Menimbang, bahwa dalam eksepsinya pihak Tergugat mengemukakan bahwa dalam perkara aquo, materi gugatan Penggugat illusioner dan berlebihan terutama yang menyangkut petitum Penggugat, tentang tuntutan ganti kerugian, karena tidak berdasarkan kerugian nyata atau actual loss. Menimbang, bahwa jika ditelusuri kembali uraian pertimbangan eksepsi sebagaimana telah dipaparkan diatas, ternyata bahwa seluruh eksepsi pihak Tergugat tersebut dinyatakan ditolak. Dalam pokok perkara Majelis menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan pihak penggugat adalah jelas sebagaimana telah dikemukakan. Majelis Hakim berkesimpulan ada hal yang dipermasalahkan oleh Penggugat lihat surat gugatan halaman 7 dan 8 yakni: permasalahan tentang apakah tergugat tidak memberikan waktu kesempatan yang cukup bagi Penggugat untuk menyelesaikan kredit macetnya? sehingga hal demikian dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum? Di dalam posita gugatan yang dibuat Penggugat, Penggugat tidak mendalilkan perbuatan hukum yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat. Berdasarkan petitum gugatan Penggugat, Penggugat mengakui adanya kredit macet yakni Penggugat tidak memenuhi ketentuan-ketentuan perjanjian kredit antara Penggugat dan Tergugat. Dalam hal ini Penggugat mempertanyakan tidak diberi kesempatan untuk mengatasi kredit macetnya tersebut. Sebaliknya Tergugat mendalilkan bahwa Tergugat telah memberi waktu yang cukup pada Penggugat untuk menyelesaikan kredit macetnya tetapi setelah diberikan waktu yang cukup Penggugat justru tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikanmembayar tunggakan kredit macetnya tersebut. Selain surat teguran, Tergugat juga telah mengirimkan surat beberapa kali perihal penyelesaian kredit Penggugat yang sudah macet. Dengan tidak adanya niat Penggugat menyelesaikan kewajibannya terhadap Tergugat, maka Tergugat mengajukanmemproses pengajuan lelang atas lima obyek harta benda milik Penggugat yang dijadikan sebagai jaminan hutang tersebut. Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat dalil Penggugat yang pada pokoknya menyatakan Tergugat tidak memberikan kesempatan yang patut bagi Penggugat untuk mengatasi kredit macetnya adalah tidak beralasan secara hukum. Berdasarkan keseluruhan pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat gugatan pokok perkara, ditolak seluruhnya. Menimbang bahwa oleh karena Penggugat sebagai pihak yang dikalahkan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 192 RBg, Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara yang besarnya sebagaimana dalam amar putusan ini.

3. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg

Di dalam Putusan Pengadilan Negeri Kupang Nomor 73Pdt.G2013 PN.Kpg. Penulis manganalisis bahwa, Putusan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa dalil Penggugat yang pada pokok perkaranya menyatakan Tergugat tidak memberikan kesempatan yang patut bagi Penggugat untuk mengatasi kredit macetnya 2 adalah tidak beralasan secara hukum adalah benar adanya, karena PT Bank Central Asia Tbk telah mengirimkan surat teguran pembayaran pinjaman kepada Penggugat sebanyak tiga kali sejak Penggugat mulai menunggak membayar angsuran dan bunga kepada Tergugat. Pihak Tergugat juga memberikan surat-surat teguran dan surat-surat lain yang isinya tentang kewajiban Penggugat untuk segera melunasi seluruh utangnya. Hal ini dibuktikan Tergugat dengan memberikan bukti-bukti surat-surat yang telah dikirim pihak Tergugat kepada Pihak Penggugat pada saat persidangan. 3 Pada Putusan Majelis Hakim terkait tuntutan ganti rugi Penggugat terhadap Tergugat mengenai kerugian Penggugat sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah yang digunakan untuk biaya perjalanan saudara- saudara Penggugat untuk membantu menyelesaikan kredit bermasalah ini dan terhadap tuntutan ganti kerugian Rp 20.000.000.000,- dua puluh milyar rupiah akibat tercemarnya nama baik dan kredibilitas Penggugat karena 2 Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 5 3 Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 46 melakukan pengumuman lelang di Koran Pos Kupang 4 , menyatakan bahwa tuntutan tersebut tidak relevan dan tidak berdasarkan hukum pun telah sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, karena pihak Tergugat telah melewati prosedur-prosedur yang ditentukan dalam perjanjian kredit, dilanjutkan dengan pelelangan jaminan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta benda- benda yang berkaitan dengan Tanah termasuk peraturan pelaksanaannya khususnya Peraturan Menteri Keuangan No 93PMK.062010, tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 43, yang pada pokoknya menegaskan bahwa pengumuman lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian yang terbit di kota kabupaten tempat barang berada. Mengacu pada pasal-pasal pada KUH Perdata terutama mengenai ketentuan-ketentuan perjanjian dan pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan perkara ini, putusan akhir yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan pokok perkara di tolak seluruhnya. Hal ini berdasarkan keseluruhan pertimbangan-pertimbangan dalam pokok perkara yang telah dipertimbangkan di dalam persidangan. Menurut Penulis, hasil akhir yang 4 Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 6 diberikan oleh Majelis Hakim sudah arif dan sesuai dengan aturan yang berlaku pada perkara ini. Dalam setiap perjanjian, ada kesepakatan untuk mengikatkan diri dengan orang lain atau lembaga lain. Dengan adanya kesepakatan mengikatkan diri tersebut timbul hak dan kewajiban pada dua sisi, dimana pada satu pihak ada hak menuntut sesuatu dan pihak lain berkewajiban memenuhinya. Sesuatu itu adalah prestasi yang merupakan hubungan hukum yang apabila tidak dipenuhi secara sukarela dapat dipaksakan, bahkan melalui hakim. Ayat-ayat Al- Qur‟an dan hadits Nabi Sallallahu‟alaihi wa sallam telah menunjukkan akan kewajiban memenuhi janji setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya atau tidak menepatinya. Allah berfirman,                     “…dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya” QS Al-Israa : 34                       “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpah itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. QS An-Nahl : 91 Wajib bagi seluruh kaum muslim untuk menepati perjanjian walaupun yang membuat perjanjian adalah individu dari kalangan awam atau seorang wanita. Di dalam hadits menjelaskan, “Allah SWT telah berfirman dalam hadits QudsiNya „Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat terhadap temannya. Apabila salah seorang diantara keduanya berkhianat, maka aku keluar dari perserikatan keduanya‟” Setiap perjanjian wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang di terapkan oleh yang bersangkutan agar terhindar dari cidera janji. Dasar hukumnya dapat dibaca dalam surat Al-Baqarah ayat 283                                       “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang, akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Barang siapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan .” Surah Al Anfal ayat 27,             “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul Muhammad dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat- amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. Dengan demikian sangat jelas bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Demikian pula suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang Pasal 1339 KUH Perdata. 5

C. Pelaksanaan Eksekusi JaminanHT Atas Alasan Cidera Janji

Pada pelaksanaan eksekusi jaminanHT atas alasan cidera janji tidak digantungkan pada jatuh tempo perjanjian kredit. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. UU No. 4 Tahun 1996, Tidak Menjelaskan Faktor Cidera Janji a. Pasal 6 maupun penjelasannya, tidak mengatur lebih lanjut tindakan cidera janji: 1. Hanya menegaskan cedera janji menjadi dasar bagi pemegang HT untuk melaksanakan haknya menjual objek HT; 5 Djaja S. Meliala. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan Hukum Perikatan. Bandung : Nuansa Aulia, 2007. h. 98 2. Hal itu diulangi kembali dalam penjelasan pasal tersebut, yang mengatakan apabila debitur cedera janji, pemegang HT berhak menjual objek HT atas kekuasaan sendiri, jika APHT dicantumkan klausul yang demikian b. Penegasan yang sama diatur dalam Pasal 20; 1. Apabila debitur cidera janji, pemegang HT berhak: a Menjual objek HT dengan parate eksekusi berdasarkan Pasal 224 HIR, b Atau menjual berdasarkan kekuasaan sendiri apabila dalam APHT ada klausul yang demikian, c Atau melakukan penjualan dibawah tangan sesuai dengan ketentual Pasal 20 ayat 2 dan 3 2. Tetapi dalam pasal ini pun tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai cidera janji 2. Cidera Janji Merujuk kepada Pasal 1234 jo. Pasal 1763 KUH Perdata Oleh karena UUHT tidak mengatur mengenai cidera janji, maka untuk menentukan apakah debitur cidera janji, dapat dirujuk Pasal 1234 jo. Pasal 1736 KUH Perdata: a. Dalam ketentuan pasal 1234 KUH Perdata, yang dimaksud dengan wanprestasicidera janji: 1. Lalai dalam memenuhi perjanjian, atau 2. Tidak menyerahkan atau membayar dalam jangka waktu yang ditentukan, atau 3. Tidak berbuat sesuai yang dijanjikan dalam tenggang waktu yang ditentukan. b. Lebih spesifik Pasal 1736 KUH Perdata mengatakan, tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman dalam waktu yang ditentukan. Sebagai perbandingan di beberapa Negara diatur lebih rinci kapan debitur disebut cidera janji atau default: a. Melanggar salah satu ketentuan perjanjian yang berkenaan dengan: 1. Pokok pinjaman, danatau 2. Bunga interest, yakni tidak membayar bunga paling tidak 2 bulan. b. Pelanggaran itu telah diberitahukan kepada debitur, namun meskipun sudah lewat tiga 3 bulan, tidak diindahkan. Dalam keadaan yang seperti inilah debitur dikategorikan had been in breach of some covenant in the mortgage deed. 3. Eksekusi Objek HT atas Alasan Cedera Janji Dapat Dilaksanakan Meskipun Perjanjian Kredit Belum Jatuh Tempo a. Pasal 6 dan Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996 memberi hak menjual objek HT atas alasan cedera janji: 1. Apabila debitur cedera janji, pemegang HT kreditor berhak untuk menjual objek HT baik berdasarkan Pasal 224 HIR maupun atas kekuasaan sendiri; 2. Maka menjual objek HT atas alas an cedera janji sama artinya dengan melakukan eksekusi terhadap objek HT b. Pasal 1267 KUH Perdata member hak opsi kepada kreditor untuk mengambil tindakan apabila debitur wanprestasi, tanpa mempersoalkan apakah perjanjian telah jatuh tempo atau tidak berupa ketentuan: a Meminta atau menuntut kepada pengadilan untuk memaksa debitur memenuhi perjanjian, jika hal itu masih bias dilakukan oleh debitur; b Menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan penggantian biaya kerugian dan bunga Bertitik tolak dari ketentuan pasal-pasal di atas, sangat keliru pendapat yang mengatakan eksekusi atas obyek HT tidak dapat diminta atau dilaksanakan selama perjanjian belum jatuh tempo meskipun debitur melakukan cidera janji atau wanprestasi. Pendapat dan penerapan yang tepat adalah sebagai berikut: 1 Apabila debitur melakukan cedera janji, eksekusi sah dan valid dilaksanakan meskipun masa perjanjian belum berakhir; 2 Terhadap pelaksanaan eksekusi yang demikian, debitur tidak dapat mengajukan partij verzet berdasarkan pasal 207 HIR, Pasal 225 RGB. 6 Terdapat beberapa teori tentang hak kreditor untuk menjual sendiri objek jaminan utang oleh kreditornya, yaitu: 1. Teori Mandat: Teori ini menyatakan bahwa dengan adanya kewenangan eksekusi sendiri atas benda yang menjadi objek jaminan dalam hal ini hak tanggungan, maka pihak debitor telah memberikan kuasa volmacht kepada 6 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata Jakarta : Sinar Grafika, 2013, h., 202 pemegang hipotek untuk menjalankan benda jaminan sebagai wakil dari pihak pemberi hipotik. 2. Teori Executie: Berbeda dengan teori mandat, pada teori ini hak kreditor untuk menjual benda-benda objek jaminan utang adalah berdiri sendiri zelfstanding dari pihak pemegang jaminan utang. Kewenangan untuk menjual oleh pihak kreditor itu sendiri bukan merupakan kuasa dari pemberi hipotek. 7 7 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang,Jakarta : Erlangga, 2013, h,. 58 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyelesaian kredit bermasalah pada perjanjian kredit dengan jaminan, pada dasarnya, kreditur pemegang jaminan kebendaan memiliki hak untuk mengeksekusi barang jaminan untuk dijual secara lelang guna pembayaran utang debitur jika debitur lalai melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian kredit atau biasa disebut dengan wanprestasi. Di jelaskan dalam Pasal 1155 KUH Perdata, Pasal 15 ayat 3 jo. Pasal 29 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia UU Jaminan Fidusia dan Pasal 6 jo. Pasal 20 Undang- undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- Benda Yang Berkaitan Dengan. Namun, biasanya sebelum membawa perkara kredit yang bermasalah ke jalur hukum, biasanya dilakukan upaya-upaya secara administrasi terlebih dahulu. Penyelamatan kredit bermasalah berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 264BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum. Jika dalam langkah penyelamatan tidak efektif, maka pihak Kreditur bank dapat menyelesaikan melalui lembaga hukum Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara DJPLN, melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa.