3. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg
Di dalam Putusan Pengadilan Negeri Kupang Nomor 73Pdt.G2013 PN.Kpg. Penulis manganalisis bahwa, Putusan Majelis Hakim yang
menyatakan bahwa dalil Penggugat yang pada pokok perkaranya menyatakan Tergugat tidak memberikan kesempatan yang patut bagi Penggugat untuk
mengatasi kredit macetnya
2
adalah tidak beralasan secara hukum adalah benar adanya, karena PT Bank Central Asia Tbk telah mengirimkan surat teguran
pembayaran pinjaman kepada Penggugat sebanyak tiga kali sejak Penggugat mulai menunggak membayar angsuran dan bunga kepada Tergugat. Pihak
Tergugat juga memberikan surat-surat teguran dan surat-surat lain yang isinya tentang kewajiban Penggugat untuk segera melunasi seluruh utangnya. Hal ini
dibuktikan Tergugat dengan memberikan bukti-bukti surat-surat yang telah dikirim pihak Tergugat kepada Pihak Penggugat pada saat persidangan.
3
Pada Putusan Majelis Hakim terkait tuntutan ganti rugi Penggugat terhadap Tergugat mengenai kerugian Penggugat sebesar Rp 50.000.000,-
lima puluh juta rupiah yang digunakan untuk biaya perjalanan saudara- saudara Penggugat untuk membantu menyelesaikan kredit bermasalah ini dan
terhadap tuntutan ganti kerugian Rp 20.000.000.000,- dua puluh milyar rupiah akibat tercemarnya nama baik dan kredibilitas Penggugat karena
2
Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 5
3
Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 46
melakukan pengumuman lelang di Koran Pos Kupang
4
, menyatakan bahwa tuntutan tersebut tidak relevan dan tidak berdasarkan hukum pun telah sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku, karena pihak Tergugat telah melewati prosedur-prosedur yang ditentukan dalam perjanjian kredit, dilanjutkan
dengan pelelangan jaminan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan Tanah termasuk peraturan pelaksanaannya khususnya Peraturan Menteri Keuangan No 93PMK.062010, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 43, yang pada pokoknya menegaskan bahwa pengumuman lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian yang
terbit di kota kabupaten tempat barang berada. Mengacu pada pasal-pasal pada KUH Perdata terutama mengenai
ketentuan-ketentuan perjanjian dan pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan
perkara ini, putusan akhir yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan pokok perkara di tolak seluruhnya. Hal ini berdasarkan
keseluruhan pertimbangan-pertimbangan dalam pokok perkara yang telah dipertimbangkan di dalam persidangan. Menurut Penulis, hasil akhir yang
4
Lihat pada Putusan Pengadilan Negeri Kupang No. 73Pdt.G2013 PN.Kpg, h. 6
diberikan oleh Majelis Hakim sudah arif dan sesuai dengan aturan yang berlaku pada perkara ini.
Dalam setiap perjanjian, ada kesepakatan untuk mengikatkan diri dengan orang lain atau lembaga lain. Dengan adanya kesepakatan mengikatkan diri
tersebut timbul hak dan kewajiban pada dua sisi, dimana pada satu pihak ada hak menuntut sesuatu dan pihak lain berkewajiban memenuhinya. Sesuatu itu
adalah prestasi yang merupakan hubungan hukum yang apabila tidak dipenuhi secara sukarela dapat dipaksakan, bahkan melalui hakim.
Ayat-ayat Al- Qur‟an dan hadits Nabi Sallallahu‟alaihi wa sallam telah
menunjukkan akan kewajiban memenuhi janji setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya atau tidak menepatinya. Allah berfirman,
“…dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya” QS Al-Israa : 34
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpah itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat. QS An-Nahl : 91
Wajib bagi seluruh kaum muslim untuk menepati perjanjian walaupun yang membuat perjanjian adalah individu dari kalangan awam atau
seorang wanita. Di dalam hadits menjelaskan, “Allah SWT telah berfirman dalam hadits QudsiNya „Aku adalah yang
ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat terhadap temannya. Apabila salah seorang diantara
keduanya berkhianat, maka aku keluar dari perserikatan keduanya‟” Setiap perjanjian wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan
kesepakatan yang di terapkan oleh yang bersangkutan agar terhindar dari cidera janji. Dasar hukumnya dapat dibaca dalam surat Al-Baqarah ayat
283
“Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang, akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Barang siapa yang menyembunyikannya,
Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
.”
Surah Al Anfal ayat 27,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul Muhammad dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. Dengan demikian sangat jelas bahwa suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Demikian pula suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau
undang-undang Pasal 1339 KUH Perdata.
5
C. Pelaksanaan Eksekusi JaminanHT Atas Alasan Cidera Janji