Proses Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan CepatSamsat Drive Thru

Gambar 1. Alur Kerja Unit Pelayanan Cepat dan Proses Pembayaran Wajib pajak memberikan dokumen Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor BPKB, Kartu Tanda Penduduk KTP, Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK, Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD, kepada petugas yang berada diloket I, kemudian petugas memasukan data dokumen yang diterima dari wajib pajak ke aplikasi pembayaran, setelah data yang ada valid, petugas memberikan struk pembayaran pajak yang harus dibayar kepada petugas kasir. Wajib pajakpun membayar jumlah yang telah diberitahukan oleh petugas kasir. Kemudian wajib pajak dapat menerima dokumen yang telah diproses oleh petugas di loket II. Setelah semua proses selesai, wajib pajakpun dapat meninggalkan loket pembayaran di Unit Pelayanan CepatSamsat Drive Thru tersebut.

2.3.2 Tolak Ukur Evaluasi Unit Pelayanan CepatSamsat Drive Thru

Vincent Gesperz, mengemukakan bahwa kualitas pelayanan, meliputi dimensi-dimensi berikut : 1. Ketaatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses. 2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan keakuratan pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, berkaitan dengan perilaku orang-orang yang berintegrasi langsung kepada pelanggan eksternal. 4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan pelanggan eksternal masyarakat. 5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas pendukung. 6. Kenyamanan mendapat pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk panduan lainnya. 7. Atribut pendukung lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, dan lain-lain. 19 Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari: 1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapatdiakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secaramemadai serta mudah dimengerti; 2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip; 4. efisiensi dan efektivitas Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan 19 Ditjen Pemerintahan Umum pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat; 5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain; 6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. 20 Lenvine mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yakni : 1. Responsivitas responsiveness : menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian responsivitas bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi dipakai untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat. 2. Responsibilitas responsibility: pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan 20 Lijan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, hlm.6