Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DOKTER

GIGI YANG PRAKTIK DI KOTAMADYA MEDAN

TERHADAP PERAWATAN DENTAL PADA

WANITA HAMIL (2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

VIVI VIDYA WATY WIRA NIM : 060600018

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2009

Vivi Vidya Waty Wira

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)

x + 65 halaman

Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih merupakan hal yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Hal ini disebabkan perawatan dental pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan-pertimbangan waktu, obat-obatan dan radiografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi yang praktik di kotamadya Medan terhadap perawatan dental pada wanita hamil.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan.

Dari 100 orang responden, keseluruhan subjek mengetahui bahwa perawatan dental dapat dilakukan pada wanita hamil. Lima puluh lima persen responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang saat yang tepat untuk melakukan tindakan dental pada wanita hamil, 77% setuju meresepkan obat-obatan pada wanita hamil.


(3)

Hanya 27% responden yang akan melakukan radiografi sedangkan 73% lainnya tidak akan melakukan tindakan radiografi sebab takut menimbulkan risiko pada janin.

Pengetahuan responden terhadap saat yang paling tepat melakukan tindakan dental pada wanita hamil masih kurang. Demikian halnya dengan pengetahuan terhadap peresepan obat-obatan yang aman terhadap wanita hamil baik anestetikum lokal, analgesik maupun antibiotik yang masih kurang bervariasi.

Daftar Rujukan : 37 (1998 – 2009)


(4)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DOKTER

GIGI YANG PRAKTIK DI KOTAMADYA MEDAN

TERHADAP PERAWATAN DENTAL PADA

WANITA HAMIL (2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

VIVI VIDYA WATY WIRA NIM : 060600018

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 Desember 2009

Pembimbing: Tanda Tangan

Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM ...


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 10 Desember 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terimakasih yang tiada terhingga buat orang tua penulis, ayahanda Panna Wira dan ibunda Suryani atas doa, perhatian dan dukungan moril dan materil sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis, serta abang Riduwan atas dorongan dan semangatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Prof. H. Ismet D. Nasution, drg., Ph.D, Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Wilda Hafni Lubis, drg., MSi selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Siti Bahirrah, drg., selaku


(8)

dosen pembimbing akademik serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, mendidik dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Paman Guantanamo dan keluarga, Tante Cendrawasih dan keluarga yang telah banyak membantu dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk pembuatan skripsi ini. Tak lupa pula terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh dokter gigi yang ada di Kotamadya Medan yang telah bersedia bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.

Selanjutnya terimakasih juga penulis sampaikan atas segala semangat, dukungan dan perhatian yang telah diberikan drg.Dennis, drg.Christian, drg.Steven, drg.Patma, Ci Vonny, Trio, Kak Shelly, Bang TM, Ci Linda, Julita, Fani, Dewi, Indah, Jose, Ingrid, Eltica, Ellisa W, Sufeni, Willi, Steven dan teman-teman stambuk 2006 lainnya atas bantuan, semangat, motivasi dan kebersamaan di FKG USU.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 10 Desember 2009 Penulis,

(Vivi Vidya Waty Wira) NIM : 060600018


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6

2.2 Sikap ... 8

2.3 Tindakan atau Praktik ... 10

2.4 Kehamilan ... 11

2.5 Perawatan Dental Pada Wanita Hamil... 13

2.5.1 Tindakan Dental yang Dilakukan pada Wanita Hamil ... 14

2.5.2 Pemberian Obat – Obatan ... 17

2.5.3 Penggunaan Radiografi ... 24

KERANGKA TEORI ... 27

KERANGKA KONSEP ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 29


(10)

3.2.2 Sampel ... 29

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 30

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 30

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 31

3.4 Variabel Penelitian ... 31

3.4.1 Variabel Bebas ... 31

3.4.2 Variabel Terikat ... 31

3.4.3 Variabel Terkendali ... 31

3.4.4 Variabel Tak Terkendali ... 31

3.5 Definisi Operasional ... 31

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.7 Cara Pengumpulan Data ... 32

3.8 Pengolahan Data ... 32

3.9 Analisis Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Daftar anestetikum lokal beserta kategori FDA ... 20 2 Daftar analgesik beserta kategori FDA ... 22 3 Daftar antibiotik beserta kategori FDA ... 24 4 Pengetahuan responden mengenai tindakan dental yang

dilakukan pada pasien wanita hamil ... 37 5 Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok

umur ... 33 2 Distribusi responden berdasarkan tamatan universitas ... 34 3 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama

praktik ... 35 4 Pengetahuan responden mengenai saat yang paling aman

untuk melakukan tindakan dental pada pasien wanita hamil... 36 5 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat-obatan bagi

pasien wanita hamil ... 38 6 Pengetahuan responden mengenai penggunaan bahan

anestetikum lokal ... 39 7 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat analgesik. .... 39 8 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat antibiotik ... 40 9 Pengetahuan responden mengenai penggunaan radiografi

pada pasien wanita hamil ... 41 10 Sikap responden terhadap perawatan dental pada pasien

wanita hamil ... 42 11 Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien

wanita hamil ... 43 12 Tindakan responden terhada kasus ekstraksi gigi pada pasien

wanita hamil ... 44 13 Tindakan responden mengenai kasus pulpitis pada pasien


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Lembar Kuesioner Penelitian ... 59 2 Lembar Persetujuan Izin Penelitian ... 65


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2009

Vivi Vidya Waty Wira

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)

x + 65 halaman

Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih merupakan hal yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Hal ini disebabkan perawatan dental pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan-pertimbangan waktu, obat-obatan dan radiografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi yang praktik di kotamadya Medan terhadap perawatan dental pada wanita hamil.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan.

Dari 100 orang responden, keseluruhan subjek mengetahui bahwa perawatan dental dapat dilakukan pada wanita hamil. Lima puluh lima persen responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang saat yang tepat untuk melakukan tindakan dental pada wanita hamil, 77% setuju meresepkan obat-obatan pada wanita hamil.


(15)

Hanya 27% responden yang akan melakukan radiografi sedangkan 73% lainnya tidak akan melakukan tindakan radiografi sebab takut menimbulkan risiko pada janin.

Pengetahuan responden terhadap saat yang paling tepat melakukan tindakan dental pada wanita hamil masih kurang. Demikian halnya dengan pengetahuan terhadap peresepan obat-obatan yang aman terhadap wanita hamil baik anestetikum lokal, analgesik maupun antibiotik yang masih kurang bervariasi.

Daftar Rujukan : 37 (1998 – 2009)


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan pasien sebagai pelanggan dan menjadi fokus pelayanan, yang berarti kepuasan, keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi pasien. Harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mencakup pelayanan yang indikatif dan bermutu, diberikan oleh dokter dan dokter gigi dengan sikap dan perilaku yang profesional dan bertanggung jawab. Pola hubungan dokter - pasien juga mengalami perubahan. Dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus menghargai hak-hak pasien, transparan, akuntabel dan memperhatikan aspek hukum.1

Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Karenanya seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersikap profesional. Untuk mencapai kompetensi tersebut, pendidikan dokter gigi yang merupakan pendidikan profesi harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Dengan demikian seorang dokter gigi akan mempunyai kompetensi akademik-profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan akademik, sehingga setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya, bersikap profesional, dengan selalu membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.1


(17)

Dalam melaksanakan praktiknya sehari-hari, dokter gigi dihadapkan dengan berbagai keadaan pasien seperti pasien dengan kondisi sehat secara fisik, pasien yang memiliki masalah medis dan juga pasien yang sehat secara fisik namun terjadi perubahan fisiologis pada tubuhnya seperti pada pasien wanita hamil. Keadaan ini memberikan perhatian yang cukup serius bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi harus dapat mempertimbangkan kondisi pasien tersebut.2,3

Salah satu pasien yang datang ke tempat praktik dokter gigi adalah pasien wanita hamil. Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih merupakan hal yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Sebagian dokter gigi berpendapat bahwa prosedur perawatan dental pada pasien wanita hamil sebaiknya ditunda hingga postpartum, sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa perawatan dental harus dilaksanakan pada masa kehamilan. Hal ini disebabkan perawatan dental pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan kapan waktu yang tepat untuk melakukan tindakan dental, penggunaan anestetikum lokal, pemberian obat-obatan analgesik dan antibiotik serta penggunaan radiografi.3,4,5

Berdasarkan penelitian Pistorius, dkk di Jerman (2003) mengenai konsep perawatan dental pada wanita hamil, ditemukan 61,3% dokter gigi melakukan perawatan langsung pada wanita hamil, 35,5% menunda perawatan hingga postpartum, dan 3,4% dokter gigi merujuk ke klinik lain. Kasus yang sering dikerjakan adalah kasus darurat penanganan rasa nyeri sebesar 53,3% dilanjutkan


(18)

gigi yang melakukan keseluruhan prosedur perawatan, sedangkan 14% dokter gigi tidak menggunakan anestesi. Lebih dari 50% dokter gigi melakukan perawatan pada trimester pertama masa kehamilan dan 8,5% tidak melakukan perawatan pada trimester kedua masa kehamilan.6

Sadhan dan Manee (2008) dalam penelitiannya mengenai pendapat dokter gigi di Arab Saudi terhadap perawatan dental pada wanita hamil menyampaikan bahwa 56,6% dokter gigi melakukan rontgen foto bila diperlukan, 42,5% tidak melakukan rontgen dan 1% tidak tahu. Lima puluh lima persen dokter gigi melakukan ekstraksi pada gigi yang tidak dapat lagi direstorasi, 43% hanya menangani rasa sakit dengan ekstirpasi pulpa dan 2% tidak tahu. Delapan puluh enam persen dokter gigi menginstruksikan pasien berkumur obat kumur, melakukan skeling pada pasien gingivitis dan periodontitis serta penumpukan kalkulus, sedangkan 12% tidak melakukan skeling dan 2% tidak tahu prosedur tersebut.7

Sampai saat ini, Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara Kotamadya Medan, belum pernah diadakan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil. Berdasarkan laporan PDGI Cabang Kota Medan, jumlah dokter gigi yang telah teregistrasi mulai tahun 2004 hingga 2006 adalah sekitar 305 orang. Dokter gigi tersebut ada yang melakukan praktik dan ada yang tidak melakukan praktik. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kotamadya Medan, sejak tahun 2005 sampai saat ini terdapat lebih kurang 159 dokter gigi yang melaksanakan praktik di Kotamadya Medan. Praktik dokter gigi bisa saja terdapat di rumah sakit pemerintah maupun swasta, puskesmas, poliklinik ataupun pada tempat praktik pribadi yang tersebar di seluruh pelosok Kotamadya


(19)

Medan. Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi yang praktik terhadap perawatan dental pada wanita hamil. Penelitian ini akan dilakukan khususnya di Kotamadya Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

- Bagaimana pengetahuan dokter gigi di Kotamadya Medan mengenai perawatan dental wanita hamil?

- Bagaimana sikap dokter gigi di Kotamadya Medan dalam menangani pasien wanita hamil?

- Bagaimana tindakan dokter gigi dalam menangani pasien wanita hamil?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

- Untuk mengetahui pengetahuan dokter gigi di Kotamadya Medan mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil.

- Untuk mengetahui sikap dokter gigi di Kotamadya Medan dalam menangani pasien wanita hamil.

- Untuk mengetahui tindakan perawatan dental yang dilakukan dokter gigi di Kotamadya Medan terhadap pasien wanita hamil.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan:

- Dapat memberi informasi kepada dokter gigi dan tenaga-tenaga kesehatan gigi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi pasien wanita hamil.

- Dapat memberi masukan kepada Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk mengarahkan dan meningkatkan profesionalisme dokter gigi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien wanita hamil.

- Dapat memberi masukan kepada Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai materi perkuliahan tentang perawatan dental pada pasien wanita hamil.

- Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda.8

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 8 1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.


(22)

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau


(23)

responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung (berhadapan muka) dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan dan diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.9

2.2 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: ”An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas dikatakan bahwa sikap itu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.8

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau tindakan (reaksi tertutup).8

Thurstone & Chave (Mitchell,1990) mengemukakan definisi sikap sebagai keseluruhan kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari seseorang individu untuk merespon


(24)

secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.10

Sikap menurut Wismanto adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi sosial hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu pembahasannya. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap maupun proses perubahannya.11

Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :8

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan


(25)

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata ”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap objek tertentu.8

2.3 Tindakan atau Praktik

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.8

Pengukuran atau cara mengamati praktik dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengukuran yang baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi). Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui


(26)

pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu.8

2.4 Kehamilan

Definisi kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah penyatuan sel telur dan spermatozoon. Lama kehamilan sekitar 266 hari. Sudah menjadi hal yang lazim untuk membagi kehamilan dalam tiga bagian yang sama atau trimester atau masing- masing 13 minggu atau 3 bulan kalender. Masa kehamilan selama 40 minggu dibagi dalam tiga trimester antara lain trimester pertama (minggu pertama hingga minggu ke-14), trimester kedua (minggu ke-14 hingga minggu ke-28) dan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga minggu ke-40). 8,12-14

Kehamilan ditandai dengan berhentinya haid, mual yang timbul pada pagi hari (morning sickness), pembesaran payudara dan pigmentasi puting, pembesaran abdomen yang progresif. Tanda-tanda absolut kehamilan adalah gerakan janin, bunyi jantung anak dan terlihatnya janin melalui pemeriksaan sinar-X atau USG.12

Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisik secara fisiologis yang diakibatkan perubahan kompleks hormonal yaitu meningkatnya hormon estrogen dan progesteron. Perubahan tersebut umumnya terjadi pada sistem kardiovaskular, hematologi, respiratori, renal, gastrointestinal, endokrin dan sistem genitourinaria. Kadang-kadang disertai dengan perubahan psikis sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah laku.3-4,14-17


(27)

Pada trimester pertama, wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah. Selama trimester kedua pembesaran perut mulai terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Rasa lesu,mual dan muntah-muntah biasanya menghilang. Akhir trimester ini detak jantung janin dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Selain itu, pada trimester ini merupakan saat terjadinya perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi rongga mulut. Pada trimester ketiga, pembesaran perut, pergerakan janin dan detak jantung janin menjadi lebih jelas.3

Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darah sekitar 30% dan kardiak output sekitar 20 - 40%. Terjadi sedikit penurunan tekanan darah dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan postural hipotension pada trimester pertama.3,18 Pada akhir kehamilan 1.0% wanita hamil mengalami sindrom supine hipotensi yang diakibatkan karena janin menekan vena cava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada waktu posisi terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran.3,18-19

Perubahan fisiologis juga terlokalisir pada bagian-bagian tubuh termasuk rongga mulut. Perubahan di rongga mulut yang berhubungan dengan kehamilan meliputi gingivitis, hiperplasia gingiva, granuloma piogenik, perubahan pada saliva, dental karies, erosi, gigi goyang. Kehamilan tidak menyebabkan penyakit periodontal tetapi dapat memperburuk keadaan kondisi rongga mulut.15-16,19-20 Oleh sebab itu, dokter gigi perlu memahami perubahan fisiologis pada masa kehamilan yang


(28)

dental yang akan dibahas selanjutnya meliputi tindakan dental yang dilakukan, pemberian obat-obatan seperti anestesi lokal, analgesik dan antibotik serta penggunaan radiografi.

2.5 Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil

Menjaga kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan sama pentingnya dengan menjaga janin yang ada dalam kandungan. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang lengkap.18,21,22 Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu hamil.3,18

Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian obat dan radiografi harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli untuk menghindari terjadinya kecacatan. Trimester kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dan kematangan janin, tetapi masih dapat dipengaruhi oleh obat-obatan seperti tetrasiklin.3,15 Berikut ini akan dibahas tindakan perawatan dental yang dapat dilakukan, pemberian obat-obatan dan penggunaan radiografi.


(29)

2.5.1 Tindakan Dental yang Dilakukan pada Pasien Wanita Hamil

Meskipun prosedur perawatan gigi yang paling tepat dapat ditunda hingga postpartum, perawatan dental pada kasus emergensi untuk wanita hamil yang mengalami rasa nyeri di mulut, penyakit atau infeksi yang parah tidak boleh ditunda dan harus ditangani sesegera mungkin.13,19-20,21 Pada trimester pertama (minggu pertama hingga minggu ke-14 kehamilan) terjadi pembelahan sel dan organogenesis secara aktif pada fetus, tepatnya antara minggu ke-2 s.d. minggu ke-8 kehamilan. Terdapat risiko yang besar akan dampak stress dalam periode ini. Lima puluh persen hingga 75% aborsi spontan terjadi pada periode ini. Di samping itu, kondisi ibu hamil pada periode ini tidaklah optimal, sebab ibu hamil mengalami mual, lesu dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah, sehingga perawatan dental rutin dan elektif sebaiknya tidak dilakukan pada trimester pertama.15,20,24-26

Tindakan dental yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien trimester pertama kehamilan antara lain sebagai berikut.13,15,20,22 ,24-26

1. Mengedukasi pasien tentang perubahan di rongga mulut selama masa kehamilan. 2. Memberi instruksi kontrol plak dan oral higiene.

3. Membatasi tindakan perawatan dental, terbatas hanya pada profilaksis dan kasus-kasus darurat.

4. Hindari tindakan perawatan dental elektif.

5. Hindari penggunaan radiografi secara rutin, hanya digunakan secara selektif dan bila diperlukan.


(30)

juga merasa lebih nyaman pada periode ini sebab rasa mual dan muntah tersebut biasanya sudah menghilang. Sehingga trimester kedua kehamilan merupakan saat yang paling aman untuk memberikan perawatan dental selama masa kehamilan. 13,22-23,26-28

Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi kavitas, perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan bedah sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching, dental veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan gigi tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya ditunda hingga postpartum.29

Perawatan dental dilakukan pada trimester kedua kehamilan ditujukan untuk mencegah komplikasi atau infeksi yang dapat muncul di trimester ketiga. Misalnya terdapat karies gigi, mulut dalam keadaan terbuka akan menyebabkan semakin banyak kuman dan bakteri yang masuk. Kuman dan bakteri tersebut akan masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut tentunya akan membahayakan keadaan fetus. Oleh karena itu, perawatan dental haruslah dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi.18

Tindakan dental yang direkomendasikan pada periode ini antara lain: 13,15,19-20,22-26

1. Instruksi oral higiene dan kontrol plak. 2. Perawatan dental rutin aman dilakukan. 3. Kontrol penyakit mulut.


(31)

5. Hindari penggunaan radiografi secara rutin. Hanya digunakan secara selektif dan jika diperlukan.

Perawatan dental aman dilakukan pada trimester kedua hingga awal trimester ketiga. Walaupun tidak ada risiko terhadap fetus pada trimester ketiga, namun wanita hamil mengalami ketidaknyamanan bila terlalu lama berada dalam posisi terlentang, sebab terjadi penyumbatan vena cava inferior dan aorta akibat tekanan dari fetus. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran yang disebut dengan sindrom supin hipotensi.3,13,20 Sehingga perawatan dental dalam periode ini dilakukan dalam waktu kunjungan yang singkat, menghindari posisi supinasi yang terlalu lama yaitu dengan menempatkan pasien pada posisi semisupinasi dimana dokter gigi menginstruksikan pasien berbaring ke sebelah kirinya, menempatkan bantal kecil di panggul kanan pasien dan memposisikan kepala lebih tinggi daripada kaki.13-15,20

Tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien trimester ketiga kehamilan antara lain: 13,15,19-20,22-26

1. Instruksi oral higiene, kontrol plak, profilaksis khususnya pada pasien yang menderita penyakit mulut dan memiliki oral higiene buruk.

2. Bila perlu dapat dilakukan skeling, polish dan kuretase.

3. Hindari perawatan dental elektif mulai pertengahan trimester ketiga.

4. Hindari penggunaan radiografi secara rutin. Hanya digunakan secara selektif dan jika diperlukan.


(32)

2.5.2 Pemberian Obat - Obatan

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin. Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.5,30

Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan ketergantungan obat pasca lahir.2,5

Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar baik masa pemberian obat (trimester pertama, kedua atau ketiga), dosis dan durasi terapi agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Dalam kasus pasien hamil, praktisi dental harus menetapkan bahwa manfaat potensial terapi gigi yang dibutuhkan untuk perawatan ibu hamil masih lebih besar dibanding risikonya terhadap janin.5


(33)

Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan FDA.5,7,13,14,16,30

1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil. 2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak

beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap janin.

3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan 4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya


(34)

yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa kehamilan. 5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa

obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-bukti peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap janin melebihi segala manfaatnya.

Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama kehamilan.5,31

Pada umumnya anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik terhadap manusia dan dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan. Anestetikum lokal yang paling aman digunakan pada masa kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin (kategori B). Sebagian besar anestetikum lokal yang digunakan di kedokteran gigi tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain, etidokain. Mepivikain dan bupivikain (kategori C) tidak direkomendasikan sebab tidak terdapat data yang mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik pada fetus.4,5,14,16


(35)

Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada masa kehamilan.5,14,16,24,32

Tabel 1. DAFTAR ANESTETIKUM LOKAL BESERTA KATEGORI FDA

Nama Obat Kategori FDA

1. 2% lidokain (Xylokain) dengan 1:100000 epinefrin 2. 4% prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin (Citanest

Forte)

3. 4% prilokain HCl tanpa epinefrin (Citanest Plain) 4. Etidokain (Duranest)

5. 0.5% bupivikain (Markain)

6. 4% septokain (Artikain) dengan 1:100000 atau 1:200000 epinefrin

7. 2% mepivikain (Karbokain) dengan 1:20000 levonordefrin (NeoCobefrin)

8. 3% mepivikain HCl (Karbokain, Polokain) 9. Prokain (Novokain, Ester)

B B B B C C C C C

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama kehamilan antara lain:14

1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.

2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum penggunaan adalah 2 karpul.


(36)

3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita hipertensi. Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.

Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan

onset serta offset yang cepat.34 Analgesik yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen (kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan.5,13,16,26 Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan. Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik.5,16,22

Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin (Demerol) dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.5,16,20

Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan jika


(37)

diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum, penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.5,13,16,20

Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan berdasarkan FDA.4,5,13,16,20

Tabel 2. DAFTAR ANALGESIK BESERTA KATEGORI BERDASARKAN FDA

Ket : 3D = kontraindikasi pada trimester ketiga

Banyak prosedur dental yang memerlukan obat antibiotik untuk mencegah infeksi. Penggunaan bahan - bahan antibiotik sangat terbatas indikasinya di bidang kedokteran gigi. Dokter gigi harus memberikan perawatan khusus bagi pasien hamil khususnya jika ada infeksi akut. Pemilihan bahan yang paling aman, pembatasan durasi pemberian obat dan meminimalkan dosis merupakan prinsip yang mendasar

Nama Obat Kategori FDA

Asetaminofen

Asetaminofen dengan kodein Kodein Hidrokodon Meperidin Morfin Oksikodon Propoksifen

Setelah trimester pertama (24-72 jam)

Ibuprofen Naprosin Aspirin

B C C/3D C/3D B B B/3D

C B/3D B/3D C/3D


(38)

untuk terapi yang aman. Antibiotik derivat beta-laktam (penisilin dan sefalosporin) merupakan pilihan pertama pada kasus infeksi orofasial. Obat-obatan ini tergolong kategori B dan aman digunakan pada masa kehamilan. Antibotik golongan makrolida seperti eritromisin, klindamisin, azitromisin, metronidazol (kategori B) diyakini mempunyai risiko kecil dan diberikan pada pasien hamil yang alergi terhadap penisilin.5,15,24,26

Aminoglikosida seperti streptomisin, gentamisin (kategori C) dan klorheksidin (kategori B) aman digunakan pada masa kehamilan, tetapi bila digunakan pada akhir kehamilan akan menyebabkan toksisitas pada janin. Tetrasiklin termasuk doksisikolin hiklat yang berdampak diskolorasi gigi, kerusakan pada hati dan pankreas, malformasi serta menghambat pertumbuhan tulang pada janin, sehingga tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien wanita hamil. Kloramfenikol juga dikontraindikasikan karena akan menyebabkan toksisitas pada ibu dan kegagalan sirkulasi pada janin yang disebut gray syndrome.5,16,20,34


(39)

Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan.3,16,20,31

Tabel 2. DAFTAR ANTIBIOTIK BESERTA KATEGORI FDA

Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B) dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol, ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya digunakan untuk mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.34

2.5.3 Penggunaan Radiografi

Radiografi dental dapat dilakukan semasa kehamilan untuk tujuan diagnostik darurat. American Dental Association mendukung kriteria seleksi dari US Food and Drug Administration (FDA) untuk pemaparan sinar X dental, yang menyatakan

Nama Obat Antibiotik Kategori FDA

Penisilin Amoksisilin Sefalosporin Klindamisin Metronidazol Klorheksidin Gentamisin Tetrasiklin Kuinolon Klaritromisin Kloramfenikol Doksisiklin B B B B B B C D C C X D


(40)

bahwa radiograf dental bagi pasien hamil dapat diberikan sesuai dengan kriteria umum. Saat mempertimbangkan potensi resiko dari pencitraan diagnostik, potensi manfaatnya juga harus dipertimbangkan. Radiografi membantu penentuan diagnosis secara akurat. Hal ini selanjutnya akan mendorong pemeliharaan kesehatan atau inisiasi terapi korektif pada saat yang tepat bila diperlukan. Diagnosis yang tidak sempurna atau tidak akurat dapat mengakibatkan penanganan yang tidak sesuai dan tertundanya terapi yang tepat sehingga membuka kemungkinan untuk komplikasi lebih lanjut.13,20,22,25,34

Apabila mungkin, radiografi sebaiknya ditunda hingga setelah trimester pertama. Radiografi untuk tujuan screening sebaiknya ditunda hingga setelah melahirkan. Radiografi yang diaplikasikan dalam kedokteran gigi seperti panoramik dan rangkaian intraoral seluruh gigi umumnya aman selama kehamilan. Rata-rata dosis radiasi yang diabsorbsi oleh janin dalam radiograf panoramik adalah 15 x 10-5 Gy dan radiograf seluruh gigi adalah 1 x 10-5 Gy. Dosis radiasi aman hingga 0,05 Gy atau kurang, tidak berhubungan dengan peningkatan yang signifikan pada teratogenitas. Radiasi dental yang diterima ini juga 40 kali lipat lebih sedikit dari radiasi lingkungan yang terjadi secara alami (4 x 10-4 Gy). Resiko teratogenik akibat pemaparan radiasi dari film oral adalah 1000 kali lebih kecil dari resiko abortus spontan atau malformasi secara alami.13,20,22,25,34

Meski risiko teratogenitas dengan radiograf dental sangat rendah, banyaknya pemaparan radiasi terhadap ibu hamil dan janin harus diminimalkan lebih jauh dengan menggunakan radiograf bitewing daripada panoramik, memakai film berkecepatan tinggi, corong dengan fokus yang benar, pemakaian apron timah untuk


(41)

melindungi abdomen dan tiroid, menghindari pengulangan. Penerapan semua tindakan pengamanan yang disebut di atas akan semakin mengurangi pemaparan radiasi pasien.13,20,22,25,34


(42)

KERANGKA TEORI

PENGETAHUAN

Dokter gigi

TINDAKAN DENTAL

SIKAP

PERAWATAN DENTAL PADA WANITA HAMIL

PEMBERIAN OBAT-OBATAN

PENGGUNAAN RADIOGRAFI TINDAKAN


(43)

KERANGKA KONSEP

 Pengetahuan

 Sikap

 Tindakan

Perawatan dental pada wanita hamil

 Dokter gigi yang praktik

 Lama praktik


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah para dokter gigi di Kotamadya Medan. 3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang melakukan praktik di Kotamadya Medan. Penentuan kecamatan dilakukan secara cluster sampling. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu diambil secara acak sepuluh kecamatan yang ada di Kotamadya Medan yaitu Kecamatan Medan Area, Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Kota, Medan Sunggal, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Barat dan Medan Timur. Pemilihan sampel dokter gigi dilakukan dengan cara probability sampling yaitu setiap subyek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian. Jenis probability sampling yang digunakan adalah teknik systematic sampling.

Caranya adalah setiap subyek diberi nomor dan dibuat daftar elemen secara acak antara 1 sampai dengan n, kemudian dengan membagi jumlah anggota populasi


(45)

dengan jumlah sampel yang diinginkan didapatkan interval sampel yang dimisalkan dengan X. Maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut.

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan persentase dokter gigi yang mampu melakukan perawatan dental pada pasien wanita hamil berdasarkan survei Pistorius J, dkk di Jerman yaitu 54,6%, diperoleh sampel dengan menggunakan rumus :

N = Za2.p.q / d2

Dimana : Za = confidence level 95% ( 1,96)

p = persentase dokter gigi yang mampu melakukan perawatan pada pasien wanita hamil

q = 1-p

d = presisi relatif 10%

N = 1,962. 0,546 ( 1-0,546) / 0,12 = 95,22

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 95,22 atau 96 orang. Maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang. Maka untuk masing-masing kecamatan diambil sepuluh sampel.

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.1 Kriteria Inklusi:

a. Dokter gigi yang telah praktik minimal selama enam bulan . b. Dokter gigi yang bersedia mengisi kuesioner.


(46)

3.3.2 Kriteria Eksklusi: a. Dokter gigi yang tidak praktik.

b. Dokter gigi yang praktik kurang dari enam bulan. c. Dokter gigi yang menolak mengisi kue sioner.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas : 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Tindakan

3.4.2 Variabel terikat : Perawatan dental pada pasien wanita hamil 3.4.3 Variabel terkendali : 1. Dokter gigi yang praktik

2. Lama praktik 3.4.4 Variabel tak terkendali : Universitas tamatan

3.5 Definisi Operasional

1. Pengetahuan yaitu pemahaman dokter gigi tentang perawatan dental pada pasien wanita hamil.

2. Sikap merupakan respon tertutup yang ditentukan dari pendapat dokter gigi mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil.

3. Tindakan merupakan wujud dari sikap dokter gigi tersebut.

4. Perawatan dental pada wanita hamil adalah perawatan gigi dan mulut yang diberikan khususnya pada pasien wanita hamil yang meliputi tindakan dental seperti instruksi oral higiene dan kontrol plak, skeling, restorasi kavitas,


(47)

perawatan saluran akar, bleaching, prostetik, ekstraksi; pemberian obat-obatan seperti lokal anestetikum, analgesik, antibiotik; dan penggunaan radiografi.

5. Dokter gigi yang praktik adalah dokter gigi yang melakukan praktik di Kotamadya Medan, baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta, puskesmas, poliklinik dan tempat praktik pribadi.

6. Lama praktik yaitu lamanya dokter gigi yang telah melakukan praktik, minimal enam bulan.

7. Universitas tamatan yaitu universitas yang terdapat di seluruh Indonesia, tempat menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat praktik dokter gigi di Kotamadya Medan. Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.

3.7 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan mengunjungi responden. Untuk mengumpulkan data identitas responden dilakukan dengan sistem wawancara. Data yang diperoleh dicatat pada kuesioner yang telah disediakan.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan.

3.9 Analisis Data


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, terdiri dari 39 orang laki-laki (39%) dan 61 orang perempuan (61%). Gambar 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Untuk kelompok umur 20-29 tahun sebesar 9% pada laki-laki dan 20% pada perempuan. Untuk kelompok umur 30-39 tahun sebesar 10% pada laki-laki dan 18% pada perempuan. Untuk kelompok umur 40-49 tahun sebesar 6% pada laki-laki dan 16% pada perempuan. Untuk kelompok umur 50-59 tahun sebesar 10% pada laki-laki dan 5% pada perempuan. Untuk kelompok umur 60-69 tahun sebesar 4% pada laki-laki dan 2% pada perempuan.


(49)

Persentase responden paling banyak dijumpai pada kelompok tamatan Universitas Sumatera Utara sebesar 86%. Responden yang berasal dari tamatan Universitas Trisakti sebanyak 6%, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sebanyak 5%, Universitas Airlangga sebanyak 2% dan 1% berasal dari Universitas Gajah Mada (Gambar 2).

Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan tamatan universitas

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama praktik dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk kelompok lama praktik 1-9 tahun sebesar 12% pada laki-laki dan 27% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 10-19 tahun sebesar 8% pada laki-laki dan 17% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 20-29 tahun sebesar 9% pada laki-laki dan 13% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 30-39 tahun sebesar 7% pada laki-laki dan 3% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 40-49 tahun sebesar 3% pada laki-laki dan 1% pada perempuan.


(50)

Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama praktik

4.2 Pengetahuan Responden Mengenai Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil

Seluruh responden mengetahui bahwa perawatan dental penting dilakukan pada pasien wanita hamil. Delapan puluh lima persen responden menyatakan bahwa perawatan dental dapat dilakukan pada pasien wanita hamil pada masa trimester kedua, 61% pada masa trimester ketiga dan 60% persen pada masa trimester pertama. Gambar 4 menunjukkan pengetahuan responden mengenai saat yang paling aman untuk melakukan perawatan dental pada pasien wanita hamil. Responden yang mengetahui masa trimester kedua merupakan masa yang paling aman untuk melakukan perawatan dental sebesar 55%. Enam persen responden menjawab trimester pertama, 24% menjawab pada masa trimester ketiga dan 15% responden tidak tahu.


(51)

0 10 20 30 40 50 60

Trimester ITrimester II Trimester III

Tidak tahu

Jum

la

h (

%

)

Gambar 4. Pengetahuan responden mengenai saat yang paling aman untuk melakukan tindakan dental pada pasien wanita hamil.

Tabel 4 menunjukkan pengetahuan responden mengenai tindakan dental yang dilakukan pada trimester pertama, kedua dan ketiga serta mengenai posisi duduk yang tepat bagi pasien wanita hamil di dental unit. Instruksi oral higiene dan kontrol plak merupakan tindakan dental yang paling banyak dilakukan pada trimester pertama yaitu sebesar 98% diikuti tindakan restorasi kavitas dan skeling sebesar 79% dan 78%. Persentase responden yang menginstruksikan oral higiene dan kontrol plak pada pasien trimester kedua sebesar 97%, 90% melakukan skeling, 89% melakukan restorasi kavitas, 66% melakukan perawatan saluran akar, 53% melakukan prostetik. Pada masa trimester ketiga, 95% responden melakukan instruksi oral higiene dan kontrol plak, 72 % melakukan skeling, 81% melakukan restorasi kavitas, 46% melakukan perawatan saluran akar. Persentase responden yang menjawab posisi semisupine sebagai posisi duduk yang tepat adalah sebesar 69%.


(52)

Tabel 4. PENGETAHUAN RESPONDEN MENGENAI TINDAKAN DENTAL YANG DILAKUKAN PADA PASIEN WANITA HAMIL

Tindakan Dental Jumlah

(orang)

Persentase (%) Trimester pertama

Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling

Restorasi kavitas Perawatan saluran akar Bleaching Prostetik Ekstraksi Tidak tahu 98 78 79 41 7 42 3 2 98 78 79 41 7 42 3 2 Trimester kedua

Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling

Restorasi kavitas Perawatan saluran akar Bleaching Prostetik Ekstraksi Tidak tahu 97 90 89 66 13 53 32 3 97 90 89 66 13 53 32 3 Trimester ketiga

Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling

Restorasi kavitas Perawatan saluran akar Bleaching Prostetik Ekstraksi Tidak tahu 95 72 81 46 8 44 12 5 95 72 81 46 8 44 12 5

Posisi duduk yang tepat di dental unit

Supine Semisupine Duduk tegak 15 69 19 15 69 19


(53)

Gambar 5 menunjukkan pengetahuan responden mengenai pemberian obat-obatan (anestetikum lokal, analgesik dan antibiotik) kepada pasien wanita hamil. Responden yang mengetahui bahwa anestetikum lokal boleh diberikan pada pasien wanita hamil sebesar 77%. Delapan puluh delapan persen responden menyatakan pemberian analgesik boleh diberikan pada pasien wanita hamil dan 66% responden menjawab pemberian antibiotik boleh diberikan pada pasien wanita hamil.

Gambar 5. Pengetahuan responden mengenai peresepan obat-obatan bagi pasien wanita hamil

Bahan anestetikum lokal yang paling banyak digunakan oleh responden adalah lidokain. Enam puluh enam persen responden menggunakan lidokain nor adrenalin dan 9% menggunakan lidokain dengan adrenalin. Septokain dan mepivikain digunakan oleh masing-masing 9% responden dan satu persen menggunakan benzokain. (Gambar 6).


(54)

Gambar 6. Pengetahuan responden mengenai penggunaan bahan anestetikum lokal

Obat analgesik yang paling sering diresepkan oleh responden yaitu parasetamol sebesar 63%. Diikuti dengan asam mefenamat sebanyak 21%, NSAID sebesar 13%, ibuprofen sebesar 4% dan metampiron sebesar 1% (Gambar 7).


(55)

Gambar 8 menunjukkan pengetahuan responden mengenai peresepan obat antibiotik. Amoksisilin merupakan pilihan terbanyak yaitu sebesar 71%, golongan makrolida sebesar 13%, 4% kuinolon, 2% tetrasiklin, 2% sefalosporin dan 2% metronidazol.

Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai peresepan obat antibiotik

Gambar 9 menunjukkan pengetahuan responden tentang penggunaan radiografi pada pasien wanita hamil. Tujuh puluh lima persen responden menyatakan penggunaan radiografi tidak boleh dilakukan pada pasien wanita hamil dan 24% menyatakan pasien wanita hamil boleh dilakukan tindakan radiografi. Sedangkan satu orang responden (1%) tidak tahu.


(56)

Gambar 9. Pengetahuan responden mengenai penggunaan radiografi pada pasien wanita hamil

4.3 Sikap Responden Mengenai Perawatan Dental Pada Pasien Wanita Hamil

Gambar 10 menunjukkan persentase sikap responden mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil. Sebanyak 87% responden setuju dengan pendapat bahwa perawatan dental untuk kasus darurat pada pasien wanita hamil harus dilakukan sesegera mungkin. Tujuh puluh delapan persen responden setuju terhadap pendapat yang menyatakan bahwa perawatan dental elektif harus ditunda hingga postpartum, 70% responden menyatakan setuju terhadap pemberian obat-obatan pada pasien wanita hamil sedangkan 20% responden tidak setuju dan 10% tidak ada pendapat. Sikap responden yang setuju terhadap penggunaan radiografi pada pasien


(57)

wanita hamil untuk membantu menegakkan diagnosis sebanyak 63%, sedangkan yang tidak setuju sebesar 32% dan 5% tidak ada pendapat.

Gambar 10. Sikap responden terhadap perawatan dental pada pasien wanita hamil

4.4 Tindakan Responden Mengenai Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil

Pada penelitian ini, semua responden menjawab akan merawat pasien wanita hamil yang mengunjungi tempat praktiknya. Instruksi oral higiene dan kontrol plak merupakan salah satu tindakan yang akan dilakukan oleh semua responden. Selain itu, sebanyak 82% responden melakukan skeling, 87% melakukan restorasi kavitas, 47% melakukan perawatan saluran akar, 5% melakukan bleaching, 46% melakukan prostetik, 14% melakukan ekstraksi gigi dan 1% melakukan pemasangan ortodonti pada pasien wanita hamil. (Gambar 11)


(58)

Gambar 11. Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil

Responden yang melakukan tindakan ekstraksi gigi pada pasien wanita hamil sebanyak 44%. Tiga puluh tiga persen responden menunda tindakan ekstraksi hingga postpartum, 8% responden merujuk pasien ke dokter lain dan 15% tidak melakukan tindakan. (Gambar 12)


(59)

Gambar 12. Tindakan responden terhadap kasus ekstraksi gigi pada pasien wanita hamil

Responden yang melakukan tindakan ekstirpasi pulpa pada pasien wanita hamil yang mengalami pulpitis sebesar 66%. Sedangkan 27% meresepkan obat-obatan, 4% merujuk ke dokter lain dan 3% responden tidak melakukan tindakan. (Gambar 13)


(60)

Responden yang akan meresepkan obat-obatan pada pasien wanita hamil sebanyak 75% dan 25% tidak meresepkan obat-obatan karena takut menimbulkan risiko pada janin. Demikian juga halnya dengan 73 % responden tidak menggunakan radiografi pada pasien wanita hamil disebabkan takut menimbulkan risiko pada janin dan hanya 27% menggunakan radiografi pada pasien wanita hamil. (Tabel 5)

Tabel 5. TINDAKAN RESPONDEN MENGENAI PERAWATAN DENTAL PADA PASIEN WANITA HAMIL

Tindakan responden

Persentase (%)

Ya Tidak

Peresepan obat-obatan 75 25


(61)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kehamilan merupakan suatu kondisi kompleks fisiologis yang disertai perubahan psikologis, anatomi dan hormonal. Perubahan tersebut mempengaruhi penatalaksanaan dental pada masa kehamilan. Sangat penting bagi dokter gigi untuk mengetahui perubahan-perubahan normal yang terjadi pada masa kehamilan. Dengan demikian, kualitas pelayanan perawatan dental pada pasien wanita hamil dapat ditingkatkan.15,16 Selain itu, dalam melakukan perawatan dental pada wanita hamil, dokter gigi harus mempertimbangkan keadaan janin yang sedang berkembang dan keadaan ibu hamil tersebut. Dokter gigi harus dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik dan psikologis pasien sehingga dapat mencegah timbulnya potensi stress bagi janin dan ibu hamil tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perawatan dental pada pasien wanita hamil merupakan suatu tantangan bagi sebagian besar dokter gigi.6

Tingkat pengetahuan yang dimiliki dokter gigi sangatlah penting dalam memberi perawatan pada pasien hamil, sebab kurangnya pengetahuan terhadap perawatan dental pada pasien wanita hamil bisa saja menyebabkan tertundanya perawatan yang semestinya dapat dilakukan dan begitu juga sebaliknya.6 Dalam penelitian ini, yang pertama dievaluasi adalah pengetahuan dokter gigi terhadap penting tidaknya perawatan dental dilakukan pada pasien wanita hamil. Terlihat bahwa seluruh dokter gigi dalam penelitian ini menganggap bahwa perawatan dental pada wanita hamil adalah penting untuk dilakukan.


(62)

Sebagian besar dokter gigi di Medan melakukan tindakan dental pada pasien hamil trimester kedua kehamilan (85%). Persentase ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Pistorius dkk, dimana di Jerman hanya 8,5% dokter gigi yang tidak melakukan tindakan dental pada pasien hamil trimester kedua.6 Tindakan dental pada pasien hamil dibedakan berdasarkan trimester kehamilan sebab maturitas dan risiko terhadap fetus pada tiap trimester berbeda. Pada trimester kedua, ibu hamil umumnya sudah tidak merasa mual dan muntah, organogenesis janin telah sempurna dan risiko terhadap fetus rendah. Oleh karena itu, trimester kedua merupakan saat yang paling aman untuk memberi perawatan dental.13,22,23 Dalam penelitian ini hanya 55% dokter gigi yang mengetahui hal tersebut. Terlihat pengetahuan dokter gigi mengenai saat yang paling aman untuk melakukan tindakan dental pada pasien hamil masih sangat kurang.

Posisi duduk pasien wanita hamil di dental unit perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya sindrom supin hipotensi, khususnya bagi pasien hamil trimester ketiga. Sindrom supin hipotensi dapat terjadi bila pasien hamil berada dalam posisi terlentang, uterus menekan vena cava inferior sehingga tekanan darah menurun, jumlah oksigen yang sampai ke otak berkurang. Pasien akan merasa pusing dan mual. Karena itu, pasien harus diposisikan dalam posisi semisupinasi. Dokter gigi dapat menginstruksikan pasien berbaring ke sebelah kirinya atau dengan menempatkan bantal kecil di panggul kanan pasien serta posisi kepala lebih tinggi daripada kaki.13-15 Dalam penelitian ini terlihat 69% responden menganjurkan pasien hamil duduk dalam posisi semisupinasi. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian di Jerman oleh Pistorius dkk yang menemukan 77% dokter gigi mengindikasikan posisi


(63)

tersebut.6 Namun, terdapat 15% - 19% dokter gigi memilih posisi supinasi dan duduk tegak. Terlihat kurangnya pengetahuan dokter gigi di Medan tentang posisi duduk yang tepat bagi pasien hamil di dental unit.

Di sisi lain, pengetahuan dokter gigi di Medan mengenai penggunaan anestetikum lokal pada pasien wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Tujuh puluh tujuh persen dokter gigi dalam penelitian ini menyatakan anestetikum lokal boleh digunakan pada pasien hamil dan 20% lainnya menyatakan tidak. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Pertl dkk yang menemukan 58% responden yang akan menggunakan anestetikum lokal, sedangkan penelitian Pistorius dkk menemukan 11,8% dokter gigi tidak menggunakan anestetikum lokal pada pasien hamil, dan penelitian di Arab Saudi menemukan 25% dokter gigi menghindari penggunaan anestesi lokal, serta studi lainnya menemukan 14% dan 42% dokter gigi juga menghindari penggunaan anestesi lokal.6,7,35 Tampak secara keseluruhan, lebih dari 50% responden dalam setiap penelitian menggunakan anestesi lokal pada pasien hamil. Pada umumnya anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik dan relatif aman untuk digunakan selama kehamilan.

Dua per tiga dokter gigi dalam penelitian ini menggunakan lidokain pada pasien hamil. Lidokain termasuk FDA kategori B dan merupakan anestetikum lokal yang paling aman untuk digunakan. Lidokain dengan epinefrin dapat memperpanjang waktu kerja karena obat diabsorbsi dengan lambat, tidak bersifat teratogenik, namun harus diperhatikan tekanan darah yang meningkat pada masa kehamilan. Oleh karena


(64)

dianjurkan untuk digunakan pada pasien hamil. Selain lidokain, anestesi lokal prilokain dan etidokain juga digunakan di kedokteran gigi.13-15

Selain lidokain, terlihat 9% dokter gigi menggunakan mepivikain dan septokain. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Pistorius dkk yang menemukan 58,1% dokter gigi menggunakan septokain dan 12,1% mepivikain.6 Septokain dan mepivikain termasuk dalam kategori C FDA. Obat-obatan ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin berupa fetal bradikardi.5,13-15

Survei ini menemukan 88% dokter gigi menyatakan obat analgesik dapat diresepkan pada pasien hamil dan 63% meresepkan parasetamol pada pasien hamil. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan dokter gigi di Arab yang meresepkan parasetamol sebesar 96,7%. Parasetamol merupakan obat analgesik yang paling dianjurkan untuk diresepkan pada pasien wanita hamil. Ibuprofen dan NSAID digunakan oleh sekitar 4% - 13% dokter gigi, persentase ini sebanding dengan penelitian di Arab.7 Tetapi berbeda jauh dengan penelitian Huebner dimana 51% dokter gigi tidak meresepkan NSAID dan ibuprofen.36 Ibuprofen dan NSAID dapat menunda kelahiran akibat menghambat sintesis prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin. Oleh karena itu, ibuprofen dan NSAID dikontraindikasikan khususnya pada trimester ketiga kehamilan.5,26

Dalam penelitian pengetahuan dokter gigi dalam meresepkan antibiotik, amoksisilin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan (71%). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian di Arab yang menunjukkan 96% dokter gigi meresepkan amoksisilin.7 Dua persen dokter gigi di Medan meresepkan


(65)

metronidazol dan sefalosporin, persentase ini lebih rendah bila dibandingkan dengan dokter gigi di Arab yang meresepkan metronidazol dan sefalosporin sebesar 15% – 18,5%. Di sisi lain, dua persen dokter gigi dalam penelitian ini akan meresepkan tetrasiklin dan hasil ini sebanding dengan 1,5% dokter gigi di Arab.7 Tampak pengetahuan dokter gigi tentang antibiotik yang aman diresepkan kepada pasien hamil masih sangat rendah. Amoksisilin dan sefalosporin tidak memiliki efek teratogenik, termasuk dalam kategori B FDA. Selain itu, golongan makrolida seperti eritromisin dan klindamisin aman diresepkan pada pasien yang alergi terhadap golongan penisilin. Peresepan metronidazol masih bersifat kontroversial sebab sisa reduksi obat tersebut dapat bersifat teratogenik. Namun, belum pernah dilaporkan adanya efek teratogenik pada studi binatang. Metronidazol hanya aman dan diindikasikan pada pasien hamil trimester kedua dan ketiga.16,17 Tetrasiklin (kategori D) dikontraindikasikan bagi pasien wanita hamil, sebab dapat menyebabkan diskolorisasi gigi dan penghambatan perkembangan tulang dalam janin.5,13-15

Prosedur perawatan dental rutin dapat diberikan pada masa kehamilan. Khususnya perawatan dental untuk wanita hamil yang mengalami rasa nyeri pada mulut, penyakit atau infeksi parah tidak boleh ditunda.5,14 Beberapa penulis menyatakan bahwa komplikasi yang muncul selama masa kehamilan seperti abses, gangren dapat membahayakan ibu dan janin bila tidak dilakukan perawatan.6 Dalam penelitian ini, 87% responden setuju bahwa penanganan rasa sakit dan darurat harus dilakukan sesegera mungkin. Persentase ini hampir sama dengan persentase penelitian yang dilakukan oleh Zanata dkk yakni sebesar 81% dan lebih tinggi


(66)

Perawatan dental elektif paling baik ditunda hingga postpartum, 78% dokter gigi setuju dengan pendapat di atas. Hasil ini menunjukkan sikap dokter gigi di Medan jauh lebih baik dibandingkan dengan penelitian di Arab dan Eropa yang hanya menemukan 66% dan 35% dokter gigi yang menunda perawatan elektif hingga post partum. Di sisi lain, 10% responden tidak memberi pendapat terhadap pernyataan peresepan obat-obatan pada pasien, hasil ini sama dengan penelitian di Arab dimana 9% dokter gigi tidak tahu pasti tentang peresepan obat-obatan pada pasien hamil.7 Hal ini mugkin disebabkan kurangnya pengetahuan dokter gigi tentang peresepan obat-obatan yang aman berdasarkan kategori FDA.

Penelitian ini menunjukkan bahwa 63% dokter gigi setuju melakukan radiografi pada pasien hamil untuk membantu menegakkan diagnosis yang tepat. Hasil ini lebih tinggi dibanding dengan dokter gigi di Arab (56,6%).7 Pertl dan Pistorius dkk menemukan hanya sepertiga (29,2%) dokter gigi yang menghindari penggunaan radiografi.6,35 Hal ini berbanding terbalik dengan hasil yang ditemukan pada penelitian ini dimana hanya 27% dokter gigi yang akan menggunakan radiografi pada pasien hamil. Hasil ini hampir sebanding dengan studi di Eropa yang menunjukkan 33% dokter gigi yang melakukan tindakan radiografi. Terlihat sebagian besar dokter gigi menghindari radiografi pada pasien hamil sebab takut menimbulkan risiko pada janin dan khawatir akan terjadinya komplikasi pasca kelahiran. Secara teoritis, radiografi membantu penentuan diagnosis secara akurat. Diagnosis yang tidak sempurna atau tidak akurat dapat mengakibatkan penanganan yang tidak sesuai dan tertundanya terapi yang tepat. Rata-rata dosis radiasi yang diabsorbsi oleh janin dalam radiograf panoramik adalah 15 x 10-5 Gy dan radiograf seluruh gigi adalah 1 x


(67)

10-5 Gy. Dosis radiasi aman adalah hingga 0,05 Gy. Radiografi yang diaplikasikan dalam kedokteran gigi seperti panoramik dan rangkaian intraoral seluruh gigi umumnya aman selama kehamilan. 20,25,34

Dalam penelitian ini, 44% dokter gigi melakukan tindakan ekstraksi pada pasien hamil trimester kedua dengan kasus ekstraksi, hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan 55% dokter gigi di Arab dan dalam penelitian Huebner dkk ditemukan 85,2% dokter gigi melakukan ekstraksi pada trimester kedua.7,36 Pada kasus nyeri akibat pulpitis, dijumpai 66% dokter gigi yang melakukan ekstirpasi pulpa dan 27% meresepkan obat-obatan. Penelitian di Arab menemukan 43% dokter gigi melakukan peresepan obat-obatan dan ekstirpasi pulpa untuk meredakan rasa nyeri dan penelitian oleh Huebner, terdapat 81,2% dokter gigi melakukan ekstirpasi pulpa.7,36 Hanya sebagian kecil dokter gigi di Medan yang melakukan tindakan ekstraksi pada pasien wanita hamil. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan terhadap jenis tindakan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien hamil berdasarkan usia kehamilan. Trimester kedua merupakan saat yang paling aman untuk dilakukan perawatan dental rutin termasuk tindakan ekstraksi sekalipun.

Keseluruhan dokter gigi di Medan akan memberikan instruksi oral higiene dan kontrol plak pada pasien hamil. Sedangkan penelitian di Arab hanya menunjukkan 86% yang memberi instruksi oral higiene. Sebanyak 82% dokter gigi dalam penelitian ini melakukan skeling pada pasien hamil sedangkan di Arab hanya 12% dokter gigi yang menolak konsep skeling pada pasien hamil.7 Tindakan ekstraksi dilakukan oleh 14% dokter gigi di Medan sebanding dengan hasil dalam penelitian


(68)

dokter gigi di Jerman melakukan tindakan konservatif sedangkan survei menunjukkan 87% dokter gigi di Medan melakukan restorasi dan 47% melakukan perawatan saluran akar. Empat puluh enam persen dokter gigi melakukan tindakan prostetik, persentase ini lebih rendah dibanding hasil penelitian oleh Pistorius dkk sebesar 68,8%.6 Sebagian besar dokter gigi tetap menganjurkan perawatan dental yang dapat ditunda hingga postpartum sebaiknya ditunda, sebab perawatan dental pada pasien hamil mungkin dapat menimbulkan risiko terhadap ibu hamil maupun janinnya. Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi kavitas, perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan bedah sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching, dental veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan gigi tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya ditunda hingga postpartum.29


(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi dalam memberi perawatan dental pada pasien wanita hamil baik dalam hal tindakan dental, peresepan obat-obatan maupun penggunaan radiografi masih kurang. Pengetahuan dokter gigi di Medan hanya mencapai tingkat memahami dan belum memasuki tingkat aplikasi. Pada masa kehamilan, dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi dan mulut. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua kehamilan. Dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien hamil, dokter gigi sebaiknya memahami proses kehamilan dan perkembangan janin serta mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin.

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi tentang perawatan dental pada wanita hamil. Oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode observasi dan kuesioner yang lebih mendalam. Dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk bersikap profesional dalam menjalankan tugas. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dokter gigi perlu selalu membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi pasien wanita hamil dapat ditingkatkan.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter gigi. ed 3. Jakarta Selatan: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006: 1-2

2. Admin. Obat-obat yang berpengaruh pada kehamilan. 18 Aug 2007. <http://medlinux.blogspot.com/2007/08/obat-obat-yang-berpengaruh-pada.html> 20Aug. 2009

3. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan. < http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti3.pdf> 20 Aug. 2009

4. Silk H, Douglass AB, Douglass JM, Silk L. Oral health during pregnancy. Am Fam Physian 2008; 77(8): 1139-44

5. Moore PA. Selecting drugs for the pregnant dental patient. J Am Dent Assoc 1998; 129: 1281-6

6. Pistorius J, Kraft J, Willershausen B. Dental treatment concepts for pregnant patients – results of a survey. Eur J Med Res 2003; 8: 241-5

7. Sadhan RA, Manee AA. Dentist’s opinion toward treatment of pregnant patients.

Saud Dent J 2008; 20(1): 24-30

8. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005: 50-6

9. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001:92-3


(71)

10.Ramdhani N. Sikap & beberapa definisi untuk memahaminya.

<http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2008/03/definisi.pdf> (7 Aug. 2009)

11.Wismanto YB. Pengaruh sikap terhadap perilaku kajian meta analisis korelasi. < http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/bw-1.pdf> (9Aug. 2009) 12.Dorland WAN. Kamus kedokteran dorland. Alih Bahasa. Huriawati Hartanto,

dkk. Jakarta: EGC, 2002: 1760

13.New York State Department of Health. Oral care during pregnancy and early childhood practice guidelines. New York: New York State Department of Health, 2006: 24-38

14.Ganda KM. Dentist’s guide to medical conditions and complications. USA: Wiley-Blackwell, 2008: 373-81

15.Suresh L, Radfar L, Buffalo. Medical management update pregnancy and lactation. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2004; 97(6): 672-82

16.Giglio JA, Lanni SM, Laskin DM, Giglio NW. Oral health care for the pregnant patient. JCDA 2009; 75(1): 43-8

17.Turner M, Aziz SR. Management of the pregnant oral and maxillofacial surgery patient. J Oral Mawillofac Surg 2002; 60 (1479-88)

18.Loss KA. Healthy & Safe Pregnancy: Oral health while pregnant common dental concerns during pregnancy. <http://www.pregnancy.today.com.articles/health-and-physical-changes/teeth-trouble-2166> (11 Aug 2009)


(72)

20.Gajendra S, Kumar JV. Oral health and pregnancy: a review. NYSDJ 2004; 70(1): 40-4

21.Wrzosek T, Einarson A. Motherisk update dental care during pregnancy.

Canadian Family Physician 2009; 55: 598-9

22.Cavaliere TA, Grunseich PJ. Should elective dental procedures be done during pregnancy?.<http://www.nursing.center.com/library/JournalArticle.asp?Article_I D=761667> (9 Aug. 2009)

23.American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on oral health care for the pregnant adolescent. Clinical Guidelines Reference Manual 2007; 30(7): 102-6 24.Khosla. Dr. Khosla’s Dental Centre – Mumbai dentists: Pregnancy & dentistry.

2009. <http://members.rediff.com/drkhosla/pregnancy.html> (11 Aug. 2009) 25.Tonn EM. Oral health center dental care and pregnancy. 8 Feb 2009.

<http:www//webmd.com/oral-health/dental-care-pregnancy>(7 Aug. 2009) 26.Neal TD, Munger R, Christine F, Jimenez D. Best Practices for Pregnancy and

Oral Health: For physcians, midwives and prenatal care providers.<http://www.sonoma_country.org/health/ph/mcah/pdf/ref_oralhealth.p df> (10 Aug. 2009)

27.Volkers N. Dental treatment safe for pregnant woman. 24 Jun 2008. <http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.EMIHC252/st.32571/t.32571/pr. 3/d.dmtNewsContent/c.776782.html> (11 Aug. 2009)

28.Anonymous. Scaling and root planing dental treatment safe for pregnant woman. < http://www.ada.org/public/media/releases/0806_release02.asp> (11Aug. 2009)


(1)

dokter gigi di Jerman melakukan tindakan konservatif sedangkan survei menunjukkan 87% dokter gigi di Medan melakukan restorasi dan 47% melakukan perawatan saluran akar. Empat puluh enam persen dokter gigi melakukan tindakan prostetik, persentase ini lebih rendah dibanding hasil penelitian oleh Pistorius dkk sebesar 68,8%.6 Sebagian besar dokter gigi tetap menganjurkan perawatan dental yang dapat ditunda hingga postpartum sebaiknya ditunda, sebab perawatan dental pada pasien hamil mungkin dapat menimbulkan risiko terhadap ibu hamil maupun janinnya. Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi kavitas, perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan bedah sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching, dental veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan gigi tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya ditunda hingga postpartum.29


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi dalam memberi perawatan dental pada pasien wanita hamil baik dalam hal tindakan dental, peresepan obat-obatan maupun penggunaan radiografi masih kurang. Pengetahuan dokter gigi di Medan hanya mencapai tingkat memahami dan belum memasuki tingkat aplikasi. Pada masa kehamilan, dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi dan mulut. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua kehamilan. Dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien hamil, dokter gigi sebaiknya memahami proses kehamilan dan perkembangan janin serta mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin.

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi tentang perawatan dental pada wanita hamil. Oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode observasi dan kuesioner yang lebih mendalam. Dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk bersikap profesional dalam menjalankan tugas. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dokter gigi perlu selalu membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi pasien wanita hamil dapat ditingkatkan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter gigi. ed 3. Jakarta Selatan: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006: 1-2

2. Admin. Obat-obat yang berpengaruh pada kehamilan. 18 Aug 2007. <http://medlinux.blogspot.com/2007/08/obat-obat-yang-berpengaruh-pada.html> 20Aug. 2009

3. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan. < http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti3.pdf> 20 Aug. 2009

4. Silk H, Douglass AB, Douglass JM, Silk L. Oral health during pregnancy. Am Fam Physian 2008; 77(8): 1139-44

5. Moore PA. Selecting drugs for the pregnant dental patient. J Am Dent Assoc 1998; 129: 1281-6

6. Pistorius J, Kraft J, Willershausen B. Dental treatment concepts for pregnant patients – results of a survey. Eur J Med Res 2003; 8: 241-5

7. Sadhan RA, Manee AA. Dentist’s opinion toward treatment of pregnant patients.

Saud Dent J 2008; 20(1): 24-30

8. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005: 50-6

9. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001:92-3


(4)

10.Ramdhani N. Sikap & beberapa definisi untuk memahaminya.

<http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2008/03/definisi.pdf> (7 Aug. 2009)

11.Wismanto YB. Pengaruh sikap terhadap perilaku kajian meta analisis korelasi. < http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/bw-1.pdf> (9Aug. 2009) 12.Dorland WAN. Kamus kedokteran dorland. Alih Bahasa. Huriawati Hartanto,

dkk. Jakarta: EGC, 2002: 1760

13.New York State Department of Health. Oral care during pregnancy and early

childhood practice guidelines. New York: New York State Department of

Health, 2006: 24-38

14.Ganda KM. Dentist’s guide to medical conditions and complications. USA: Wiley-Blackwell, 2008: 373-81

15.Suresh L, Radfar L, Buffalo. Medical management update pregnancy and lactation. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2004; 97(6): 672-82

16.Giglio JA, Lanni SM, Laskin DM, Giglio NW. Oral health care for the pregnant patient. JCDA 2009; 75(1): 43-8

17.Turner M, Aziz SR. Management of the pregnant oral and maxillofacial surgery patient. J Oral Mawillofac Surg 2002; 60 (1479-88)

18.Loss KA. Healthy & Safe Pregnancy: Oral health while pregnant common dental concerns during pregnancy. <http://www.pregnancy.today.com.articles/health-and-physical-changes/teeth-trouble-2166> (11 Aug 2009)


(5)

20.Gajendra S, Kumar JV. Oral health and pregnancy: a review. NYSDJ 2004; 70(1): 40-4

21.Wrzosek T, Einarson A. Motherisk update dental care during pregnancy.

Canadian Family Physician 2009; 55: 598-9

22.Cavaliere TA, Grunseich PJ. Should elective dental procedures be done during pregnancy?.<http://www.nursing.center.com/library/JournalArticle.asp?Article_I D=761667> (9 Aug. 2009)

23.American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on oral health care for the pregnant adolescent. Clinical Guidelines Reference Manual 2007; 30(7): 102-6 24.Khosla. Dr. Khosla’s Dental Centre – Mumbai dentists: Pregnancy & dentistry.

2009. <http://members.rediff.com/drkhosla/pregnancy.html> (11 Aug. 2009) 25.Tonn EM. Oral health center dental care and pregnancy. 8 Feb 2009.

<http:www//webmd.com/oral-health/dental-care-pregnancy>(7 Aug. 2009) 26.Neal TD, Munger R, Christine F, Jimenez D. Best Practices for Pregnancy and

Oral Health: For physcians, midwives and prenatal care providers.<http://www.sonoma_country.org/health/ph/mcah/pdf/ref_oralhealth.p df> (10 Aug. 2009)

27.Volkers N. Dental treatment safe for pregnant woman. 24 Jun 2008. <http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.EMIHC252/st.32571/t.32571/pr. 3/d.dmtNewsContent/c.776782.html> (11 Aug. 2009)

28.Anonymous. Scaling and root planing dental treatment safe for pregnant woman. < http://www.ada.org/public/media/releases/0806_release02.asp> (11Aug. 2009)


(6)

29.Vir K. University of Southern California School of Dentistry Center for Diagnostik Sciences Bulletin: Dental care in pregnant woman. May 2005. <http://www.usc.edu/hsc/dental/students/cds_bulletin/2005_05may_cds.pdf> (9 Aug. 2009)

30.Lodi KB, Carvalho LFCS, Koga-Ito CY, Carvalho VAP, Rocha RF. Rational use of antimicrobials in dentistry during pregnancy. Med Oral Patol Oral Cir Buccal 2009; 14(1): E15-9

31.Lincir I, Rosin-Grget K. Pharmacotherapy of the dental patient during pregnancy and lactation. Acta Stomatol Croat 2001; 35(1): 103-8

32.Michalowicz BS, DiAngelis AJ, Novak MJ, et al. Examining the safety of dental treatment in pregnant women. J Am Dent Assoc 2008; 139: 685-95

33.Sullivan, Benger J. Nitrous oxide in emergency medicine. Emerg Med J 2003; 20: 214-7

34.Roberts SS. Pregnancy x-ray precaution. Diabetes Forecast 2005 Feb: 23-4 35.Pertl C, Heinemann A, Pertl B, et al. The pregnant patient in dental care. Survey

results and therapeutic guideliness. Schweiz Monatsschr Zahnmed 2000: 110(1): 37-46 (abstrak)

36.Huebner CE, Milgrom P, Conrad D, Lee RSY. Providing dental care to pregnant patients: a survey of Oregon general dentists. J Am Dent Assoc 2009: 140: 211-22

37.Zanata RL, Fernandes KBP, Navarro PSL. Prenatal dental care: evaluation of proffesional knowledge of obstetricians and dentists in the cities of Londrina/PR and Bauru/SP,Brazil,2004. J Appl Oral Sci 2008: 16(3):194-200