2.5.2 Pemberian Obat - Obatan
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat
atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin.
Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak
dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.
5,30
Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien
hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani
kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan
ketergantungan obat pasca lahir.
2,5
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan- pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah
penting, obat harus selalu digunakan secara benar baik masa pemberian obat trimester pertama, kedua atau ketiga, dosis dan durasi terapi agar memberikan
manfaat klinik yang optimal. Dalam kasus pasien hamil, praktisi dental harus menetapkan bahwa manfaat potensial terapi gigi yang dibutuhkan untuk perawatan
ibu hamil masih lebih besar dibanding risikonya terhadap janin.
5
Universitas Sumatera Utara
Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan
janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan
FDA.
5,7,13,14,16,30
1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji
melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester
pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil. 2.
Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang
telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan
yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko
terhadap janin. 3.
Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin memiliki efek teratogenik danatau toksik terhadap
embrio, tetapi belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada
penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan 4.
Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya dalam situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan
Universitas Sumatera Utara
yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa kehamilan.
5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa
obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-bukti peningkatan resiko terhadap janin,
berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap janin melebihi segala manfaatnya.
Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan
peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan
kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum
lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu
cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama kehamilan.
5,31
Pada umumnya anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik terhadap manusia dan dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan. Anestetikum lokal
yang paling aman digunakan pada masa kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin kategori B. Sebagian besar anestetikum lokal yang digunakan di kedokteran gigi
tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain, etidokain. Mepivikain dan bupivikain kategori C tidak direkomendasikan sebab tidak terdapat data yang
mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik pada fetus.
4,5,14,16
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada masa kehamilan.
5,14,16,24,32
Tabel 1. DAFTAR ANESTETIKUM LOKAL BESERTA KATEGORI FDA
Nama Obat Kategori FDA
1. 2 lidokain Xylokain dengan 1:100000 epinefrin
2. 4 prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin Citanest
Forte 3.
4 prilokain HCl tanpa epinefrin Citanest Plain 4.
Etidokain Duranest 5.
0.5 bupivikain Markain 6.
4 septokain Artikain dengan 1:100000 atau 1:200000 epinefrin
7. 2 mepivikain Karbokain dengan 1:20000
levonordefrin NeoCobefrin 8.
3 mepivikain HCl Karbokain, Polokain 9.
Prokain Novokain, Ester B
B
B B
C C
C
C C
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama kehamilan antara lain:
14
1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau tanpa
epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.
2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman Tabel 1, maksimum penggunaan
adalah 2 karpul.
Universitas Sumatera Utara
3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita hipertensi.
Gunakan 4 prilokain tanpa epinefrin Citanest Plain setelah konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.
Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka
analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan
onset serta offset yang cepat.
34
Analgesik yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen kategori B dapat diberikan pada setiap trimester
kehamilan.
5,13,16,26
Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan.
Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat
kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik.
5,16,22
Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester ketiga kehamilan menjadi kategori CD, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon
dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin Demerol dianjurkan
penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.
5,16,20
Aspirin kategori C harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu.
Anti-inflamasi nonsteroid AINS hanya diberikan pada masa kehamilan jika
Universitas Sumatera Utara
diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum,
penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus
arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.
5,13,16,20
Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan berdasarkan FDA.
4,5,13,16,20
Tabel 2. DAFTAR ANALGESIK BESERTA KATEGORI BERDASARKAN FDA
Ket :
3
D = kontraindikasi pada trimester ketiga
Banyak prosedur dental yang memerlukan obat antibiotik untuk mencegah infeksi. Penggunaan bahan - bahan antibiotik sangat terbatas indikasinya di bidang
kedokteran gigi. Dokter gigi harus memberikan perawatan khusus bagi pasien hamil khususnya jika ada infeksi akut. Pemilihan bahan yang paling aman, pembatasan
durasi pemberian obat dan meminimalkan dosis merupakan prinsip yang mendasar Nama Obat
Kategori FDA Asetaminofen
Asetaminofen dengan kodein Kodein
Hidrokodon Meperidin
Morfin Oksikodon
Propoksifen
Setelah trimester pertama 24-72 jam Ibuprofen
Naprosin Aspirin
B C
C
3
D C
3
D B
B B
3
D C
B
3
D B
3
D C
3
D
Universitas Sumatera Utara
untuk terapi yang aman. Antibiotik derivat beta-laktam penisilin dan sefalosporin merupakan pilihan pertama pada kasus infeksi orofasial. Obat-obatan ini tergolong
kategori B dan aman digunakan pada masa kehamilan. Antibotik golongan makrolida seperti eritromisin, klindamisin, azitromisin, metronidazol kategori B diyakini
mempunyai risiko kecil dan diberikan pada pasien hamil yang alergi terhadap penisilin.
5,15,24,26
Aminoglikosida seperti streptomisin, gentamisin kategori C dan klorheksidin kategori B aman digunakan pada masa kehamilan, tetapi bila
digunakan pada akhir kehamilan akan menyebabkan toksisitas pada janin. Tetrasiklin termasuk doksisikolin hiklat yang berdampak diskolorasi gigi, kerusakan pada hati
dan pankreas, malformasi serta menghambat pertumbuhan tulang pada janin, sehingga tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien wanita hamil. Kloramfenikol
juga dikontraindikasikan karena akan menyebabkan toksisitas pada ibu dan kegagalan sirkulasi pada janin yang disebut gray syndrome.
5,16,20,34
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan.
3,16,20,31
Tabel 2. DAFTAR ANTIBIOTIK BESERTA KATEGORI FDA
Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin kategori B dan klotrimazol kategori C aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol,
ketoconazol, fluconazol kategori C sebaiknya dihindari pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya digunakan untuk
mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.
34
2.5.3 Penggunaan Radiografi