kelompok bukan burung air 38 jenis Onrizal, 2004. Pulau Rambut memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Hutan campuran merupakan habitat
burung di Pulau Rambut yang berfungsi sebagai tempat sarang, tempat kawin, tempat berkembangbiak, tempat membesarkan anak, tempat berlindung dari
ancaman predator, dan tempat beristirahat Onrizal, 2004. Habitat burung di Pulau Rambut terdiri dari hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan
hutan dataran kering campuran Mardiastuti 1992. Pohon yang dijadikan sebagai tempat bersarang di Pulau Rambut adalah
Sterculia foetida, R. mucronata, Ficus timorensis dan Excoecaria agallocha Ayat, 2002. Habitat burung air di Pulau Rambut terdiri dari hutan campuran dan
hutan payau yang terbagi ke dalam hutan payau primer dan sekunder. Di hutan pantai Sterculia-Dysoxylum dihuni oleh cangak abu, pecuk ular, bluwok dan
kowak maling. Di hutan payau primer yang didominasi Rhizophora mucronata dihuni oleh pecuk, roko-roko, pelatuk besi, kowak maling, kuntul kecil, kuntul
kerbau dan cangak abu. Hutan payau sekunder CeriopsXylocarpus-Scyphiphora dihuni oleh cangak merah, kuntul besar, kuntul kecil,kuntul sedang dan kowak
maling Mahmud, 1991.
2.2. Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung
Keanekaragaman diversity yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi istilah
kekayaan jenis
species richnes
Krebs, 2013.
Pengukuran keanekaragaman pada setiap tipe habitat digunakan untuk mengetahui perbedaan
jenis yang mengisi suatu habitat tertentu. Menurut Alikodra 2002, pengukuran keanekaragaman jenis diversity dipergunakan untuk membandingkan komposisi
jenis dari ekosistem yang berbeda, misalnya perbandingan antara masyarakat mamalia kecil dari dua kawasan, perbedaan masyarakat burung di dalam dua
macam hutan, atau jenis-jenis intevertebrata sebelum dan sesudah adanya proyek yang mengubah keadaan aliran sungai.
Odum 1993 mengatakan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan evenness dari
kelimpahan individu tiap jenis. Keanekaragaman dibedakan atas tiga ukuran meliputi kekayaan jenis species richness, keanekaragaman jenis diversity, dan
kemerataan jenis evenness. Pada umumnya kekayaan jenis dibuat dalam indeks keanekaragaman. Menurut Bibby et al. 2000, semakin tinggi indeks
keanekaragaman jenis maka semakin tinggi pula jumlah jenis dan kesamarataan populasinya. Akan tetapi, bisa terjadi bahwa komunitas burung yang kekayaan
jenisnya lebih tinggi dan kesamarataannya lebih rendah memiliki indeks keanekaragaman yang sama dengan komunitas yang keanekaragamannya yang
lebih rendah dan kesamarataannya tinggi. Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung
kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Krebs 2013 menyebutkan bahwa ada enam faktor yang saling berkaitan yang menentukan naik
turunnya keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu waktu, heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, dan kestabilan lingkungan dan produktivitas.
Menurut Sutopo 2008, informasi tentang kekayaan jenis burung dapat diperoleh dengan menggunakan metode daftar jenis. MacKinnon et al.2010 menyatakan
bahwa daftar jenis burung menjadi jauh lebih berguna jika dapat menunjukkan kelimpahan jenis. Beberapa keuntungan dengan menggunakan daftar jenis yaitu
tidak terlalu bergantung pada pengalaman dan pengetahuan pengamat, intensitas pengamatan, dan keadaan cuaca. Indeks kekayaan jenis Shannon-Wiener
merupakan ukuran nisbah keanekaragaman yang paling sering digunakan oleh para ahli ekologi untuk mengukur keanekaragaman jenis satwaliar Sutopo, 2008,
karena menurut Magurran 1988 pertimbangan yang mendasari penggunaan indeks tersebut adalah kepekaan terhadap perubahan ukuran unit contoh rendah
sampai sedang, kemampuan mendeteksi perbedaan antara unit contoh atau lokasi sedang sampai tinggi dan kemudahan dalam proses perhitungan semuanya
sederhana.
2.3. Komunitas Burung