Keadaan Umum Wilayah Kepulauan Seribu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Wilayah Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya yang dihuni Penduduk. Pulau-pulau lainnya digunakan untuk rekreasi, cagar alam, cagar budaya dan peruntukan lainnya. Luas Kepulauan Seribu kurang lebih 108.000 ha, terletak di lepas pantai Utara Jakarta dengan posisi memanjang dari utara ke selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong-gosong karang. Pulau Untung Jawa merupakan pulau berpenghuni yang paling selatan atau paling dekat dengan jarak 37 mil laut dari Jakarta. Sedangkan kawasan paling utara adalah Pulau Dua Barat yang berjarak sekitar 70 mil laut dari Jakarta Noor, 2003. Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin monsoon yang secara garis besar dapat dibagi menjadi Angin Musim Barat Desember-Maret dan Angin Musim Timur Juni-September. Musim Pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada musim barat bervariasi antara 7-20 knotjam, yang umumnya bertiup dari barat daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knotjam biasanya terjadi antara bulan Desember-Februari. Pada musim timur kecepatan angin berkisar antara 7-15 knotjam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara Noor, 2003. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember-April dengan hujan antara 10-20 haribulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan total curah hujan tahunan sekitar 1700 mm. Musim kemarau kadang-kadang juga terdapat hujan dengan jumlah hari hujan antara 4-10 haribulan. Curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus Noor, 2003. Sebagai salah satu pulau tujuan wisatawan, Pemerintah DKI mendukung pengembangan wilayah di Pulau tidung dengan membangun sarana dan prasarana. Guna mendukung pengembangan wisata di Pulau Tidung, maka dibangun jembatan penghubung antara Pulau Tidung Besar sebagai pulau pemukiman ke Pulau Tidung Kecil yang diperuntukan sebagai hutan lindung. Jembatan ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka membuka akses antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil dimana pengembangan di masa depan akan diarahkan pada kawasan hutan lindung yang mampu menciptakan kawasan edukasi tidak saja bagi wisatawan, akan tetapi juga bagi riset dan penelitian. Pulau Tidung sering dikunjungi oleh para peneliti untuk melakukan berbagai kegiatan penelitian. Berdasarkan kondisi yang ada, Pulau Tidung berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan pusat edukasi kelautan maupun tujuan wisata umum berbasis pertanian mengingat aksesnya yang terhubung antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil Pemprov DKI, 2010. Kawasan Kepulauan Seribu memiliki beberapa pulau yang menjadi habitat bagi burung seperti Pulau Rambut. Pulau Rambut merupakan kawasan yang habitatnya paling baik untuk keberadaan burung di Kepulauan Seribu. Pulau Rambut merupakan salah satu habitat burung terutama burung air merandai dan sebagai tempat persinggahan burung migran. Tercatat 56 jenis burung yang dijumpai di Pulau Rambut. Burung- burung yang terdapat di Pulau Rambut secara umum terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok burung air 18 jenis dan kelompok bukan burung air 38 jenis Onrizal, 2004. Pulau Rambut memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Hutan campuran merupakan habitat burung di Pulau Rambut yang berfungsi sebagai tempat sarang, tempat kawin, tempat berkembangbiak, tempat membesarkan anak, tempat berlindung dari ancaman predator, dan tempat beristirahat Onrizal, 2004. Habitat burung di Pulau Rambut terdiri dari hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan hutan dataran kering campuran Mardiastuti 1992. Pohon yang dijadikan sebagai tempat bersarang di Pulau Rambut adalah Sterculia foetida, R. mucronata, Ficus timorensis dan Excoecaria agallocha Ayat, 2002. Habitat burung air di Pulau Rambut terdiri dari hutan campuran dan hutan payau yang terbagi ke dalam hutan payau primer dan sekunder. Di hutan pantai Sterculia-Dysoxylum dihuni oleh cangak abu, pecuk ular, bluwok dan kowak maling. Di hutan payau primer yang didominasi Rhizophora mucronata dihuni oleh pecuk, roko-roko, pelatuk besi, kowak maling, kuntul kecil, kuntul kerbau dan cangak abu. Hutan payau sekunder CeriopsXylocarpus-Scyphiphora dihuni oleh cangak merah, kuntul besar, kuntul kecil,kuntul sedang dan kowak maling Mahmud, 1991.

2.2. Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung