Ekologi Burung TINJAUAN PUSTAKA

memiliki lima tipologi atau karakteristik, yaitu keanekaragaman, dominasi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur trofik. Kaban 2013 menemukan komunitas burung di tegakan puspa yang tersusun dari 11 kategori kelompok guild. Kategori kelompok guild tersebut adalah pemakan daging, pemakan buah dibagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, pemakan biji-bijian, pemakan serangga di bagian tajuk pohon, pemakan serangga di bagian dahan atau ranting, pemakan serangga di serasah atau lantai hutan, pemakan serangga sambil melayang, pemakan serangga dan penghisap nektar, pemakan serangga dan buah-buahan, pemakan invertebrate dan vertebrata. Berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan oleh Kaban 2013, pada tegakan puspa, didominasi oleh pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon 10 jenis, sedangkan kategori pemakan serangga sambil melayang, pemakan buah di bagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, dan pemakan biji-bijian merupakan kategori yang jumlah jenisnya paling sedikit, hanya ditemukan satu jenis. Berdasarkan jumlah individu, kategori pemakan serangga sekaligus penghisap nektar mempunyai jumlah individu lebih banyak dibandingkan kategori guild yang lainnya 116 individu, sedangkan pemakan daging merupakan kategori yang mempunyai jumlah individu paling sedikit hanya ditemukan lima individu.

2.4. Ekologi Burung

Burung merupakan komponen penting ekosistem hutan. Satwaliar berperan dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai pengontrol hama, pemencar biji seed disperser, dan penyerbuk polinator. Burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya Rombang dan Rudyanto, 1999. Alikodra 2002 menjelaskan bahwa tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu tempat didukung oleh keanekaragaman habitat. Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, main, kawin, bersarang, bertengger, dan berlindung. Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat. Burung merasa betah tinggal di suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan hidupnya antara lain habitat yang mendukung dan aman dari gangguan Hernowo, 1985. Keberadaan burung di suatu habitat sangat berkaitan erat dengan faktor- faktor fisik seperti tanah, air, temperatur, cahaya matahari serta faktor-faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya Welty dan Baptista, 1988. Alikodra 2002 menjelaskan, bahwa habitat merupakan kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik secara fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar. Tumbuhan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan burung, karena selain sebagai tempat bernaung dan beristirahat, beberapa bagian dari tumbuhan seperti biji, buah, bunga dan jaringan vegetatif menjadi sumber pakan. Habitat terdiri dari kumpulan sumber daya yang didefinisikan sebagai tipe komunitas tumbuhan berbeda Hunter et al., 1992. Tidak ditemukannya suatu jenis hewan termasuk burung di suatu habitat menurut Krebs dan Davies 1993 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketidak cocokan habitat, perilaku seleksi habitat, kehadiran jenis hewan lain predator, parasit, pesaing dan faktor kimia-fisika lingkungan yang berada di luar kisaran toleransi jenis burung yang bersangkutan.

2.5. Habitat Burung