Dasar Hukum Tindak Pidana Pornografi Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008

“Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah”. Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 : “Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah”.

E. Pertimbangan hakim dalam Memutus dan Menjatuhkan pidana

Seorang hakim mempunyai tugas utama mengadili, yaitu serangkaian tindakan untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana, menentukan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal menurut acara yang diatur dalam undang-undang. Menurut Sudarto 1983:74, hakim memberikan keputusannya mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. keputusan mengenai peristiwanya, yaitu apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya, dan kemudian 2. keputusan mengenai hukumnya, yaitu apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana, dan akhirnya 3. keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana. Peranan hakim ditinjau dari Undang-Undang No.48 Tahun 2009 dalam proses peradilan pidana sebagai pihak yang memberikan pemidanaan dengan tidak mengabaikan hukum atau norma serta peraturan yang hidup dalam masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 : 1 Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 2 Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa. Adanya Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tersebut, maka kebebasan hakim semakin besar, dimana hakim selain mempunyai kebebasan dalam menentukan jenis pidana, ukuran pidana atau berat ringannya pidana, dan cara pelaksanaan pidana, juga mempunyai kebebasan untuk menemukan hukum terhadap peristiwa yang tidak diatur dalam undang-undang atau dengan kata lain hakim tidak hanya menetapkan tentang hukumnya, tetapi hakim juga dapat menemukan hukum dan akhirnya menetapkannya sebagai keputusan.